Mencanggung

Daniah merasa begitu lelah sekali menghadapi sikap Kevin yang mulai berlebihan padanya. Daniah mulai tidak suka dengan semua tindakan Kevin. Kini, ia bahkan kena hukuman karena ulah Kevin tadi pagi.

Seusai pulang sekolah ia harus berbenah diperpustakaan. Tentunya bersama Kevin. Padahal, Daniah merasa ia tidak melakukan kesalahan apapun, tapi malah ia juga yang kena imbasnya.

"Maaf, yah," ujar Kevin.

"Sudahlah, lupakan! Yang terjadi biarlah terjadi. Tapi, aku harap semua ini bisa kamu jadikan pelajaran. Dan sampai kapanpun, maaf. Aku tidak bisa menerima kamu," balas Daniah mencoba membuat Kevin untuk mengerti.

"Itulah sebabnya, aku tidak mengerti dirimu. Jika memang tidak bisa, tolong katakan alasannya! Agar aku bisa memahami situasi kamu," kekeh Kevin masih menanyakan alasan Daniah menolak dirinya.

Daniah menghela nafas berat. "Kevin, dengar! Kamu ini sangat tampan, keren, pintar. Banyak wanita yang mengantri ingin menjadi kekasihmu. Kenapa harus aku? Padahal, kamu bisa mencari yang lebih cantik, dan lebih baik daripada aku," ucap Daniah lagi.

Kevin menggeleng dengan cepat. "Tidak. Tidak ada gadis lain yang menarik hatiku, kecuali dirimu. Hanya 1001 dizaman sekarang gadis seperti dirimu. Dan karena itu, aku tidak ingin melepasmu begitu saja," balas Kevin lagi sambil menyungging senyum, dan pergi untuk merapihkan buku-buku yang masih berserakan dimeja lainnya.

Daniah hanya menatapnya dengan lesu. Lantas, ia segera menyusul menyusun buku-buku itu pada tempatnya semula. Tidak terasa waktu semakin petang. Daniah dan Kevin selesai membersihkan dan merapihkan perpustakaan. Sekolah, nampak sangat sepi sekali karena semua siswa sudah pulang lebih dulu.

"Aku anterin kamu pulang, yah?"

"Gak usan Vin. Lagi pula, aku mau mampir ke suatu tempat dulu."

"Kemana? Gak papah, aku anterin!" kekeh Kevin memaksa.

Daniah tidak mungkin terus-terusan menolaknya juga. Lantas, ia pun mengalah dan membiarkan Kevin untuk mengantar dirinya. Daniah berniat, akan pergi ke kantor Arlan. Ia hanya ingin tahu, kenapa Arlan selalu pulang larut malam. Apa yang ia kerjakan, hingga larut seperti malam kemarin.

Setibanya didepan gedung kantor Arlan, Daniah turun dari motor Kevin. "Kamu ada urusan apa disini?" tanya Kevin lagi.

"Kamu tunggu disini saja. Aku akan segera kembali," jawab Daniah mengabaikan pertanyaan Kevin.

Kevin hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Lantas, Daniah segera pergi untuk masuk kedalam gedung kantor Arlan tersebut. Namun, salah satu satpam menghentikan langkahnya.

"Maaf, dek. Ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam itu.

"Ah, iyah pak. Saya mau bertemu dengan Mas Arlan. Eh, maksudnya Pak Arlan. Apa beliau ada?" jawab Daniah mengatakan tujuannya datang kesana.

"Maaf, apa adek sudah buat janji dengan Pak Arlan?" tanya satpam itu lagi.

Daniah terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Tidak, Pak. Tapi, Pak Arlan mengenal saya dengan baik. Jadi, bisa saya bertemu dengannya. Please!" pinta Daniah memohon pada satpam itu.

"Baiklah, tunggu sebentar!"

Lantas, satpam itu segera meminta salah satu staf information untuk menghubungi Arlan.

"Maaf, Pak sudah mengganggu waktu Bapak. Ada seorang gadis yang mau bertemu Pak Arlan. Katanya Pak Arlan mengenal dia dengan baik," ucap salah satu staf information wanita itu dengan lembut.

"Baiklah, Pak." Ia menutup panggilannya. "Pak Arlan, menyuruh saya mengantar adek ini ke ruangannya, silahkan ikuti saya!" ucapnya dengan lembut dan sopan.

Daniah segera mengikuti langkah karyawan staf wanita itu dengan cepat. "Ini ruangan Pak Arlan. Kalau begitu saya permisi."

"Terimkasih."

Karyawan staf wanita itu kembali pada pekerjaan. Sementara Daniah segera masuk ke ruangan Arlan. Dengan pelan ia membuka pintu dan mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum!" sapa Daniah dengan sangat lembut.

"Wa'alaikumussalam," balas Arlan datar dan kecut. "Ada masalah apa, sampai kamu datang kemari?" tanya Arlan langsung pada inti pertanyaannya.

"Tidak ada. Daniah cuma mau, apa yang Mas Arlan kerjakan. Malam ini Mas Arlan pulang jam berapa?" tanya Daniah.

"Kenapa kamu bertanya? Apa pedulimu jika aku pulang larut malam, atau tidak?" balas Arlan sangat kecut.

Daniah mengangkat singkat bibir atas kanannya kesal. "Tentu saja, Daniah akan peduli. Karena Mas Arlan, kan suami Daniah."

Arlan menatap dingin Daniah. "Jangan katakan itu, disembarang tempat. Apa aku harus terus memperingatkanmu setiap saat?"

"Baiklah. Daniah minta maaf."

Arlan kembali menatap layar komputer yang ada dihadapannya dan mulai fokus mengetik dengan cepat. Bisa Daniah dengar kecepatan jari jemari Arlan yang tengah menekan tombol-tombol keyboard tersebut dengan sangat baik.

Daniah diam-diam mendekat dan melihat apa yang tengah Arlan kerjakan. Daniah tersenyum, karena tidak mengerti dengan apa yang Arlan kerjakan saat ini."Apa yang Mas Arlan kerjakan?"

Arlan mengehela nafas malas, karena helaan nafas Daniah begitu dekat dan terasa hangat dipipi Arlan membuatnya merasa sangat risih dan terganggu. Ia terhenti, lalu mendadak menoleh untuk memperingatkan Daniah, agar menjauh darinya.

Namun, siapa duga ketika Arlan menoleh tanpa sengaja bibir mereka beradu singkat. Daniah terbelalak kaget dan terhenyak segera menjauh mundura beberapa langkah dari Arlan sambil meraba bibirnya.

Begitu pun dengan Arlan. Ia tiba-tiba menjadi gugup dan salah tingkah. "Kau ini sangat mengganggu! Jika tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan, pergilah!" seru Arlan mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

"Baiklah. Daniah minta maaf sudah menganggu Mas Arlan. Kalau begitu Daniah pulang dulu," ucap Daniah tiba-tiba mencanggung.

Daniah melangkah pergi menuju pintu. "Ah iyah! Pulanglah untuk makan malam. Daniah akan menunggu Mas Arlan," ucap Daniah. Lalu, segera pergi keluar meninggalkan ruangan Arlan dengan jantung yang berdegup kencang.

"Aish, anak ini! Sudah ku bilang jangan melakukan apapun. Dasar keras kepala!" umpat Arlan setelah Daniah pergi.

Lalu, ia melonggarkan dasinya. Tiba-tiba saja ia merasa sangat gerah dan panas. "Apa ini? Apa Ac-nya mati?" gumam Arlan.

Sementara Daniah kini terus saja menggeleng-geleng kepalanya mencoba melupakan apa yang baru saja terjadi. "Ah, apa ini? Kenapa aku begitu gugup sekali? Jantungku rasanya mau meledak," ucap Daniah.

"Tidak tidak! Itu hanya kecelakaan. Itu tidak pernah terjadi, Huuuhh!" tambahnya lagi menghela nafas panjang, lalu segera kembali menemui Kevin yang ia tinggal di depan gedung.

Nampak, Kevin masih menunggu Daniah dengan sabar. Melihat Daniah yang tengah berlari kembali membuat senyum Kevin melebar.

"Sudah?" tanya Kevin. Daniah mengangguk dan tersenyum.

"Iyah. Sudah sore. Pulang, yuk?" jawab Daniah dengan cerah.

Kevin sejenak merasa ada yang aneh dengan ekspresi yang Daniah tunjukkan saat ini. Namun, ia tidak ingin banyak bertanya. Atau Daniah akan merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaannya itu. Lantas, ia pun segera mengantar Daniah pulang.

Terpopuler

Comments

Ilmi Padila

Ilmi Padila

lanjut

2021-10-05

1

Rezhazulfa

Rezhazulfa

lanjut thor

2020-07-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!