Gara-gara anak kucing

Pesawat baru saja mendarat di bandara Soekarno Hatta. Derap langkah seorang pria gagah dan tampan terlihat tengah menyeret kopernya keluar dari gedung Bandara. Ia celingak-celinguk mencari orang yang menjemputnya itu. Tidak lama seorang wanita cantik dan anggun menghampiri dan memberinya pelukan hangat.

"Hallo, sayang!" suara manis nan manja itu terdengar indah digendang telinga pria tersebut. Pria itu membalasnya lebih manis lagi.

"Sayang, aku kangen banget sama kamu!" seru pria itu sambil mencubit pelan hidung mancung wanita itu.

Mereka adalah Marcel dan Sindi. Marcel adalah musuh Arlan sejak masih di SMA sampai sekarang. Sementara Sindi adalah mantan Arlan yang berselingkuh dengan Marcel. Cerita cinta yang sangat rumit bagi Arlan saat itu.

Marcel baru saja kembali dari Korea. Disana dia tidak habis liburan ataupun belajar. Melainkan, ia disana untuk syuting flm-nya bersama artis-artis Korea. Kesuksesannya dalam dunia entertaiment telah memuncak pada tahun ini. Apalagi setelah flm pertamanya tahun lalu di Korea itu ditayangkan sampai ke Negaranya sendiri.

Dan ia baru saja menyelesaikan flm keduanya yang memang belum di rilis sampai ke Indonesia. Namun, telah tayang di Korea. Ia sempat menonton flmnya sendiri sebelum terbang ke Indonesia. Dan jumlah penonton dalam satu hari mencapai hingga 12 juta penonton di Korea.

Tentu ia sangat bangga akan karirnya yang melesat begitu cepat.

"Sayang, kamu bawa oleh-oleh apa buat aku?" tanya Sindi begitu manja ketika di jalan menuju pulang.

"Tentu saja, aku membawa oleh-oleh yang sangat spesial," jawab Marcel membuat senyum Sindi mengembang dengan penuh.

"Apa?" tanyanya lagi begitu antusis.

Marcel menatap Sindi sejenak. Lalu, dengan cepat bibirnya ia lesatkan hingga mendarat di bibir Sindi.

"Ciuman pertama kita setelah 3 tahun tidak bertemu," ujar Marcel.

"Ihh, Marcel! Kamu tuh yah! Selalu mencium bibirku tanpa izin!" kesal Sindi merajuk dan cemberut menyilang kedua tangannya didepan dada.

Ia mengalihkan tatapannya ke arah luar jendela mobil.

Marcel tersenyum manis. Lalu, ia memeluk hangat Sindi dari samping. "Hei, jangan marah. Oleh-olehnya ada didalam koperku. Aku membeli banyak oleh-oleh buat kamu," bujuk Marcel sambil meraba dada Sindi.

"Benarkah?" sahut Sindi kembali menebar senyum untuk Marcel.

"Iya dong! Apa sih, yang enggak buat pacarku yang seksi ini," balas Marcel memainkan rambut Sindi dan menatapnya penuh gairah.

"Tapi, sebelum aku memberinya padamu. Beri aku ciuman hangat dulu," tambah Marcel dengan sedikit manja.

Sindi sejenak terdiam dan menatap Marcel dengan tajam. "Cih... Dasar kamu ini. Sangat licik. Tapi, baiklah," sahut Sindi.

Lantas, Sindi merubah posisi duduknya. Ia duduk diatas paha Marcel. Lalu, ia pun segera mendaratkan bibirnya perlahan di atas bibir Marcel. Lalu ia sedikit memainkannya.

Marcel membalas lebih daripada apa yang Sindi berikan. Ia juga memainkan tangan-tangannya di tubuh bagian sensitif milik Sindi. Hingga Sindi sesekali harus mengeluarkan suara desahan-desahan kecil.

Sementara mereka asik bermain adu bibir. Seorang sopir yang mengemudikan mobil mereka nampak begitu tidak nyaman. Dalam hati ia terus beristigfar melihat kedua insan yang begitu bernafsu tersebut.

"Astagfirullah. Anak-anak zaman sekarang. Gak dimana-mana, kelakuannya itu..." bathin sang sopir.

Marcel menghentikan aktivitasnya ketika melihat sopirnya dari balik kaca spion terlihat sangat gelisah.

"Ada apa? Tumben kamu yang berhenti duluan. Biasanya pengen lama," ucap Sindi heran.

"Gak enak ada yang liatin. Kita lanjut ajah nanti pas sampe di apartemen," balas Marcel

"Yaudah." Sindi kembali duduk di kursi penumpang dan menatap lurus menerawang keluar jendela.

Tiba-tiba pak sopir menginjak pedal rem dengan mendadak sekali hingga Marcel dan Sindi terdorong kedepan.

"Aduuhh! Pak Jojo, nyetirnya yang bener dong!" bentak Sindi marah-marah.

"Maaf, Non. Ada gadis muda yang tiba-tiba masuk jalanan," balas pak Jojo.

Lantas, Sindi mencoba memeriksa dan turun dari mobil bersama pak Jojo. Sementara Marcel hanya menghela nafas kesal dan kembali bersandar sambil menutup matanya.

"Eh! Lo punya mata gak sih?! Lo tahu kan, mobil gue mau lewat! Lo mau cari mati jangan pas mobil gue!" bentak Sindi marah-marah pada gadis yang kini tengah memeluk anak kucing, yang tidak lain dia adalah Daniah.

Yah, Daniah mencoba untuk menolong anak kucing itu dari jalanan yang hampir tertabrak oleh mobil Sindi. Kebetulan Daniah dan teman-temannya sedang membantu mengedarkan dodol pak Herman untuk dijual. Sekalian mereka ingin mempromosikan dodol dengan rasa baru kepada para pembeli.

"Eh! Biasa ajah dong Mbak! Jangan ngotot gitu! Lagian nih, mobil kalau jalan jangan ngebut! Udah tahu ada kucing, kalau ketabrak gimana?" sela Astrid menyambar tidak terima Daniah dibentak-bentak oleh Sindi.

"Terus, lo pikir gue peduli? Cuma kucing ajah kan?" sahut Sindi sambil membesarkan tatapannya.

"Waahh... Cuma kucing? Eh, Mbak ni kucing juga mahkluk hidup kali! Dia berhak untuk diselamatin," kekeh Astrid begitu kesal.

"Udahlah Trid. Sudah jangan emosi yah?" sela Daniah melerai sambil menarik tangan Astrid pelan.

"Saya minta maaf yah, Mbak. Saya benar-benar minta maaf," tambah Daniah meminta maaf dengan tulus.

"Apa? Maaf? Hanya maaf saja? Lo tahu gak harga mobil ini berapa? Hanya dengan kata maaf itu gak cukup! Sekarang, lo sujud dan cium kaki gue. Baru gue akan anggap masalah ini selesai," tukas Sindi sambil menyilang kedua tangannya didepan dada.

"Apa?! Sujud? Hei, Mbak! Gak ada akhlaq banget, sih! Lagian yah, ni mobil gak kenapa-napa! Dan juga yang salah disini Mbak, yang harusnya minta maaf itu Mbak, bukannya Daniah!" sela Kevin pun mulai terpancing emosinya karena permintaan Sindi.

"Eh, Mbak! Mentang-mentang punya mobil mewah, bukan berarti ni jalan cuma milik situ! Songong amat jadi orang!" timpal Ega ikut kesal dan emosi.

"Tahu nih! Entah ngidam apa tuh emanya bisa sampai ngelahirin anak kayak gini?!" umpat Astrid begitu kesal dan marah.

Sementara Daniah hanya bisa diam dan tidak tahu harus mengatakan apa? Keadaannya sekarang menjadi semakin runyam karena adu mulut yang semakin memanas.

"Apa lo bilang?" sahut Sindi tersinggung dengan umpatan Astrid. Ia menatap Astrid dengan tatapan yang di sulut api amarah.

"Apa?" Astrid terkekeh sambil menatap Sindi kembali tidak mau kalah.

"Eh, lo mau cari ribut sama gue?"

"Apa? Lo pikir gue takut?"

"Ihhh... Lo bener-bener ngeselin banget, yah! Sini lo!" Sindi sangat kesal dan memulai perkelahian dengan Astrid. Ia menjambak rambut Astrid dengan cukup keras. Astrid tidak diam saja. Ia membalas jambakan Sindi sehingga pak Jojo, Daniah, Kevin, dan Ega harus ikut dalam perkelahian tersebut untuk memisahkan mereka.

"Astrid! Sudah lepaskan!" seru Daniah mencoba menghentikan perkelahian tersebut.

"Non, berhenti Non!" seru Pak Jojo ikut mencoba melerai mereka.

Namun, Astrid tetap tidak mau kalah dari Sindi. Sehingga pekerlahian itu terjadi cukup lama. Cengkraman Astrid saat menjambak rambut Sindi begitu kuat sekali. Sehingga beberapa rambut Sindi patah dan rontok karenanya.

Terpopuler

Comments

Sofiatul Nafisah

Sofiatul Nafisah

yeee Sindi songong amat

2022-02-05

1

Fitrah Fitrah

Fitrah Fitrah

Marcell e neng d kui

2022-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!