Terlalu malu untuk menghadapinya

Daniah melompat bangun dari atas tubuh Arlan sesegera mungkin. Ia benar-benar gugup dan salah tingkah. Kenapa hal seperti ini terus terjadi? Pikirnya.

Arlan pun segera bangkit dan menatap singkat dingin pada Daniah. Namun, tidak bicara apapun. Arlan sebenarnya sangat gugup karena apa yang terjadi barusan. Tetapi ia tetap berusaha untuk tidak menunjukkannya.

"Makan malamnya sudah siap. Cepatlah keluar!" ucap Daniah terbata-bata dan gugup mencoba mencairkan suasana yang mulai mencanggung itu.

Daniah menyungging senyum singkat dan kaku. Arlan sama sekali tidak menggubrisnya dan berpaling melangkah menuju lemari bajunya untuk mencari pakaian.

Daniah pun segera melangkah pergi untuk keluar dari kamar. Namun, ia lupa ingin mengatakan satu hal lagi pada Arlan. Sementara Arlan baru saja , mengeluarkan sepasang pakaian untuk dipakainya. Tanpa sadar ketika Arlan menutup kembali lemari pakaian tersebut, ujung handuknya tersangkut.

"Ah iyah!" seru Daniah sambil berbalik menatap Arlan.

"Ada apa lagi? Cepat keluar! Aku mau memakai baju!" sela Arlan membentak dan membuat Daniah menggantung apa yang mau ia katakan.

Arlan dengan kesal menyibak baju kaos berwarna merah berlengan pendek itu, dengan memasang muka masam pada Daniah. Lalu, ia beranjak melangkah berniat untuk mengusir Daniah secepat mungkin dari kamarnya. Tanpa ia sadar, bahwa ujung handuk miliknya itu tersangkut pada pintu lemari pakaiannya. Sehingga, handuk itu melorot kebawah dan menampakkan sesuatu yang membuat Daniah langsung menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.

"Mas Arlaaaannnn!" teriak Daniah begitu terkejut segera berbalik dan berlari keluar kamar.

Arlan terlihat sangat Syok, dan berteriak karena hal memalukan tersebut. "Aaaaaaaaa!"

Daniah terus saja menggeleng-geleng kepalanya. Mencoba melupakan apa yang baru saja ia lihat. "Ah, apa-apaan ini? Apa yang harus kulakukan sekarang? Mas Arlan..."

Situasi mereka kini semakin canggung. Arlan terus saja mondar-mandir setelah memakai pakaian. Ia merasa sangat malu sekali. Kenapa harus didepan Daniah? Pikirnya.

"Ah! Apa yang harus kulakukan sekarang? Ah, ini benar-benar sangat memalukan!" Arlan tidak bisa tenang, karena saking malunya.

"Bagaimana aku akan menghadapinya sekarang? Ah, yang benar saja!" Arlan terus saja berbicara sendirian sambil mondar-mandir tidak karuan.

"Ah!" keluhnya berhenti mondar-mandir dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, ia mengacak rambutnya depresi sambil bergulingan seperti cacing yang kepanasan.

"Baiklah. Aku akan tidur saja. Tidur akan membuatku sedikit lebih tenang," tambahnya lagi, merebahkan tubuhnya dengan benar dan membungkus dirinya dengan selimut sampai dada.

Ia berusaha tidur dan menutup rapat-rapat matanya. Namun, ia tidak bisa tidur karena hal yang memalukan terus berputar dalam ingatannya.

Hal yang sama terjadi pada Daniah. Ia bingung harus bersikap bagaimana? Sudah cukup lama ia menunggu dimeja makan. Namun, Arlan tidak kunjung datang juga. Sementara makanannya sudah mulai mendingin.

"Haruskah aku memanggilnya lagi?" ucap Daniah bingung seorang diri sambil bangkit untuk melangkah ke kamar memanggil Arlan.

"Tidak tidak. Aku akan tetap disini saja, sampai Mas Arlan keluar untuk makan malam," lanjutnya lagi mengurungkan niatnya. Daniah kembali duduk.

"Tapi, bagaimana jika Mas Arlan tidak keluar untuk makan malam. Bagaimana jika ia langsung tidur karena terlalu malu menghadapiku? Tidak baik baginya tidur dengan perut kosong," ucap Daniah lagi, mencemaskan Arlan.

Daniah menghela nafas panjang. Lalu, ia pun berusaha untuk bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa dan kembali ke kamar memanggil Arlan untuk makan malam.

"Mas Arlan?" panggil Daniah mengetuk pintu sebelum masuk. Tidak ada sahutan dari dalam. Lantas, Daniah menghela nafas sedalam-dalamnya, lalu masuk begitu saja.

Daniah melihat Arlan yang sudah tidur. "Mas Arlan sudah tidur? Makan malamnya bagaimana?" tanya Daniah terdengar masih canggung dan kaku. Namun, ia berusaha untuk bersikap sewajarnya seperti biasa.

Awalnya Arlan tidak menjawab dan tetap pada posisinya seperti orang yang tengah tertidur lelap.

"Apa Mas Arlan bisa tidur dengan perut kosong?" tanya Daniah lagi.

Kini Arlan memberi respon dengan mengganti posisi tidurnya. "Aku tidak lapar," sangkalnya tanpa membuka matanya. Ia mencoba untuk bersikap tenang, walaupun sebenarnya ia sangat lapar sekali, karena belum makan apapun sejak tadi sore.

"Ah, baiklah. Kalau begitu. Daniah akan membereskan makanannya," balas Daniah kembali kedapur dan menyimpan cumi pedas asam manis yang ia masak kedalam kulkas.

"Sayang sekali, padahal aku sudah memasak semua ini untuk Mas Arlan," keluh Daniah merasa sangat kecewa, karena semuanya berakhir sia-sia.

Daniah, kembali lagi ke kamar karena malam pun sudah larut. Ia lihat Arlan yang sudah benar-benar tidur. "Tidak apa. Jika tidak sekarang. Mungkin, besok. Dan besoknya lagi, dan seterusnya," gumam Daniah sambil tersenyum memandang lekat wajah Arlan yang tampan dan manis saat tidur sejenak.

Daniah pun segera merebahkan tubuhnya disofa dan menyelimuti dirinya bersiap untuk tidur. Arlan ternyata belum benar-benar tidur. Ia hanya berpura-pura tidur untuk menghindari Daniah.

Sejak tadi, perutnya terus saja berbunyi karena lapar. Membuat ia tidak bisa tidur. "Ah, aku lapar sekali!" gumamnya sambil meraba perutnya yang mulai terasa perih karena menahan lapar.

Perlahan ia mencoba bangkit tanpa mengeluarkan suara. Berharap Daniah benar-benar sudah tidur. Ia mengendap-endap keluar kamar untuk mengisi perutnya. Dengan sangat hati-hati ia mencoba agar tidak membuat suara sedikitpun yang akan membangunkan Daniah.

Arlan berhasil keluar kamar tanpa membuat suara. Lantas, ia pergi ke dapur untuk mencari makanan untuk mengisi perutnya yang rewel sejak tadi. Ia melihat ada cumi pedas asam manis yang Daniah masak. Jujur, Arlan tergiur melihatnya. Itu memang makanan kesukaan Arlan sejak kecil. Lantas, ia mengambilnya dan mencium aroma wangi dari masakan tersebut.

Arlan tersenyum. "Aromanya enak sekali," gumamnya. Lalu, ia mencoba untuk memanaskannya sendiri.

Daniah sebenarnya menyadari Arlan yang mengendap-endap keluar kamar seperti pencuri. Dan ia mengikutinya sampai ke dapur. Daniah tersenyum melihat Arlan yang diam-diam memanaskan cumi pedas asam manis yang ia masak tadi.

Daniah hendak menghampirinya dan membantunya. Namun, niat itu ia urungkan, karena ia pikir mungkin akan lebih baik jika membiarkannya. Atau Arlan akan merasa malu untuk kedua kalinya jika ia memergokinya seperti itu. Dan Daniah tidak mau membuat suaminya terus merasa malu dihadapannya. Jadi, Daniah pun kembali ke kamar dengan raut wajah yang berseri-seri. Ia merasa senang, karena pada akhirnya usahanya sama sekali tidak sia-sia. Lalu, ia kembali tidur.

Sementara Arlan, kini tengah menikmati cumi pedas asam manis itu dengan lahap. Ia mengakui bahwa masakan Daniah itu sangat enak. Dan benar-benar memuaskan lidahnya. Nampak, Arlan menyungging senyum untuk pertama kalinya lagi setelah bertahun-tahun lamanya ia tidak pernah tersenyum selama ini.

Entah kenapa, ia merasakan sesuatu yang aneh ketika mencicipi masakan Daniah. Ia merasa senang dan bahagia. Untuk sekian lamanya, ia tidak pernah lagi merasakan perasaan seperti ini, ia dapati perasaan itu kembali, hanya karena cumi pedas asam manis buatan Daniah? Karena hal itu pula, ia merasa lucu sendiri.

"Sepertinya, aku sudah gila," gumamnya tanpa mengurangi kenikmatanya menyantap cumi pedas asam manis tersebut.

Terpopuler

Comments

amiamiii

amiamiii

malu malu meong...😸😸😸

2022-01-08

2

Fitrah Fitrah

Fitrah Fitrah

🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😁😁😁😁😁😁😁😁

2022-01-08

0

Ilmi Padila

Ilmi Padila

haha🤭🤣🤣 ada yg kelaparan

2021-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!