Menjenguk Daniah

Matahari semakin menampakan dirinya penuh. Daniah akhirnya bisa pulang ke rumah. Meski, rasa nyeri di kakinya belum reda dan demamnya belum betul-betul turun. Arlan berniat ingin membawa Daniah ke tukang urut, namun tidak bersamanya.

Ia menelpon Ajeng-Mamahnya untuk menemani Daniah ke tukang urut. Sebab, hari ini akan ada syuting untuk produk barunya.

"Hallo, Pak Arlan! Selamat pagi!" sapa Allen ketika ia baru saja selesai 'cut' .

"Pagi!" balas Arlan tanpa senyuman ataupun ekspresi senang.

"Bagaiamana, Pak? Anda puas dengan kerja saya?" tanya Allen lagi, nampak ingin menggoda Arlan.

Namun, Arlan tidak menggubrisnya sama sekali. "Baiklah. Kerja bagus untuk kalian semua! Lanjutkan kerja kalian!" seru Arlan memgabaikan Allen.

Arlan hendak akan pergi ke ruangannya. "Ah, dan kamu. Semoga saja, kami tidak sia-sia merekrutmu untuk menjadi model produk baru ini. Jadi, bekerjalah dengan keras," ucap Arlan begitu dingin pada Allen. Lalu, ia pergi begitu saja.

"Cih... Apa-apaan itu? Tidak sopan sekali!" umpat Allen begitu kesal.

Allen kembali bersiap untuk melanjutkan syutingnya. Sementara Salwa kini tengah menyusul Arlan ke ruangannya.

"Permisi, pak!"

"Iyah, ada apa?"

"Maaf, Pak. Apa ada sesuatu yang menganggu pikiran, anda? Saya perhatikan sejak tadi. Sepertinya Bapak tengah memikirkan sesuatu. Apakah hal itu ada kaitannya dengan syuting ini?" tanya Salwa.

Salwa takut kalau Arlan tidak menyukai Allen untuk produk barunya ini setelah apa yang ia lihat tadi.

"Tidak. Bukan karena itu. Hanya masalah pribadi," jawab Arlan.

"Oh, baiklah. Kalau begitu, saya permisi. Saya harus kembali ke lokasi syuting," ucap Salwa meminta diri.

Karena memang syuting itu dilakukan di dalam gedung.

Salwa kembali menemui Allen. Ia tidak suka melihat cara Allem berbicara pada Arlan tadi. Jadi, ia datang padanya untuk memperingati Allen.

"Permisi, bisa kita bicara?"

"Ada apa?"

"Kami senang bekerja dengan anda. Dan suatu kehormatan, anda mau menjadi model dalam produk baru kami ini. Tapi, tolong jaga sikap anda. Pak Arlan, paling tidak suka jika ada orang yang bicara tidak sopan kepadanya. Saya harap, anda mengerti maksud saya," ujar Salwa.

Tanpa menunggu balasan dari Allen, ia pun pergi begitu saja.

"Hah! Ada apa dengan semua orang disini? Ish! Menyebalkan sekali. Kalau bukan karena tawaran mereka yang besar, mungkin aku tidak akan pernah mau menerima kontrak itu," geram Allen mengumpat.

Allen bersiap kembali untuk melanjutkan syuting. Memang, harus dunai akui bahwa Allen adalah aktris yang sangat berbakat. Tidak hanya cantik, namun ia juga mempesona.

****

Matahari semakin meninggi. Menandakan hari semakin siang dengan sorotan sinarnya yang menyengat membakar kulit.

Kevin, Astrid, dan Ega sengaja mengunjungi rumah Daniah untuk menjenguknya. Karena mereka mendapat kabar bahwa Dania sakit.

"Assalamu'alaikum, tante!"

"Wa'alaikumussalam. Kalian pasti teman-teman Daniah? Ayo, masuk!"

"Iyah, tante."

Ajeng mempersilahkan masuk dan mengantar mereka menemui Daniah di kamar.

"Astrid?" ucap Daniah ketika mereka tiba di kamarnya. Daniah terlihat sangat senang ketika di jenguk oleh mereka.

"Yaudah, kalau begitu tante akan ke belakang membuat camilan untuk kalian," ucap Ajeng segera pergi ke dapur.

"Iyah, tante!" serempak mereka.

"Dan, gimana keadaan kamu?" tanya Kevin.

"Alhamdulillah Daniah udah baikan, kok. Tadi, Daniah udah pergi ke tukang urut," jawab Daniah sambil tersenyum.

"Ya ampun, Daniah! Di sekolah, rasanya sepi banget gak ada kamu," sela Astrid memeluk manja Daniah.

"Ah, lebay luh!" seru Ega. Astrid melirik Ega dengan tajam.

"Apaan sih, luh! Ganggu mulu!" balas Astrid tidak mau kalah.

"Udah udah! Lu berdua kalau mau berantem jangan disini. Kasihan orang yang lagi sakit," lerai Kevin.

Lantas, Astrid dan Ega pun terdiam karena merasa tidak enak sama Daniah. Daniah hanya tersenyum senang, sebab ia rindu dengan moment seperti ini bersama teman-temannya.

"Eh, Dan. Ini ada titipan dari Bu Winda. Katanya dia mau jenguk, tapi gak jadi karena ada urusan mendadak," ucap Astrid menyodorkan sebuah kotak kecil dari dalam tasnya.

"Apa ini?" Daniah membukanya. Ternyata itu adalah cokelat vanilla kesukaan Daniah.

"Waah... Darimana Bu Winda tahu, kalau aku suka cokelat?" tanya Daniah. Astrid, Kevin dan Ega mengangkat bahu tidak tahu.

"Wih... Kayaknya enak tuh! Boleh nyobain satu gak?" ujar Ega.

"Iyah, boleh kok! Cobain deh, enak lho!"

Daniah menawarkan cokelat itu untuk mereka. Dan memang benar, rasanya sangat enak. Manis, tapi agak kegurih-gurihan.

"Mmm... Enak sekali." Astrid begitu menikmatinya.

Tidak lama Ajeng datang membawa camilan dan minuman untuk mereka.

"Ini dia camilannya! Silahkan, dinikmati!"

"Waahh... Terimakasih, tante!"

"Kayakanya, enak tuh!"

"Maaf, merepotkan tante."

"Ah, tidak kok! Silahkan, kalian nikmati dan lanjutkan saja mengobrolnya. Jika butuh sesuatu tante ada di halaman belakang."

"Siap tante!"

Ajeng pun pergi dan meninggalkan mereka untuk mengobrol agar lebih leluasa tanpa harus merasa canggung karena kehadirannya.

"Kamu beruntung yah, Dan. Tante sangat baik sekali," ucap Astrid memuji Ajeng.

"Alhamdulillah, Trid. Daniah sangat bersyukur, Allah mempertemukan Daniah dengan Mamah Ajeng," balas Daniah.

"Mamah?" ulang Kevin.

"Iyah, Daniah sudah menganggap Mamah Ajeng, seperti orang tua kandung Daniah," sahut Daniah menjelaskan.

"Yah, itu bagus!" sambar Ega.

"Oh iyah, ayo dimakan. Mamah Ajeng udah buatan ini untuk kalian," ujar Daniah.

Lantas, mereka pun segera melahap dan menikmati camilan yanga Ajeng buat. Sesekali mereka pun memecah tawa dan saling bergurau membuat candaan.

Daniah merasa bersyukur, karena ia di kelilingi oleh orang-orang baik seperti mereka. Lantas, tanpa sadar ia meneteskan air mata.

"Eh, Dan. Ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya Kevin ketika mendapatinya.

"Daniah, kenapa kamu menangis?" imbuh Astrid.

Daniah menyeka air matanya dan tersenyum. "Tidak. Hanya saja, Daniah merasa bersyukur dan terharu. Meski, Daniah tidak punya orang tua, saudara, ataupun kerabat di Kota ini. Tapi, Daniah bersyukur, karena Daniah dikelilingi orang-orang baik seperti kalian," terang Daniah dengan jujur.

"Mmm.. Daniah! Aku sangat tersentuh lho!" seru Astrid memeluk Daniah.

"Terimakasih temen-temen," balas Daniah.

Suasa seketika berubah menjadi sangat mengharukan. Kevin tersenyum bahagia, meski terbesit rasa sedih dan kecewa entah kenapa. Perasaannya pada Daniah, bukanlah perasaan yang hanya singgah lalu menghilang. Namun, perasaan ini benar-benar ada dan nyata. Rasa ingin melindungi, rasa ingin memiliki dan rasa ingin menjadi orang yang sangat berarti bagi Daniah.

Namun, Kevin tidak bisa memaksakan hatinya dan perasaanya. Karena hal itu, akan menciptakan sesuatu yang buruk bagi hubungannya dan Daniah. Seperti ini, mungkin lebih baik bagiku dan Daniah. Pikir Kevin.

Ego hanya akan membuat dirinya dan Daniah menderita. Karena cinta tidak harus selalu memiliki.

Terpopuler

Comments

Kasimpo Makale

Kasimpo Makale

indahnya suatu persahabatan yg tulus, kayak Kevin yg menyimpan peraSaam cintanya demi persahabatan

2023-01-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!