Subhanallah Cinta Ini...

Subhanallah Cinta Ini...

Di hari pertama setelah pernikahan

"Mas Arlan, tungguin Daniah!"

Daniah berlari dari dalam kamar menuju ruang tamu menyusul Arlan, untuk berangkat bersama-sama. Gadis berusia 18 tahun, berwajah manis dan putih serta memiliki tahi lalat ditengah-tengah alisnya, matanya bulat, dan rambutnya yang terbungkus oleh jilbab putih menambah keindahan dirinya itu berlari secepat mungkin, agar tidak tertinggal oleh Arlan-suaminya.

"Yah, makannya jangan lambat jadi orang! Ditinggal baru tahu rasa!" Dengus Arlan dingin dan datar.

Arlan adalah pria berusia 30 tahun yang dingin dan sangat pemarah. Memiliki wajah tampan dengan tinggi badan 175cm serta perawakan yang seperti atlet, itu menyilangkan kedua tangannya sambil menatap dingin isteri mudanya itu.

"Ih, Mas Arlan! Kok, ngomongnya gitu sama Daniah! Jangan suka marah-marah, nanti tuanya kecepetan. Daniah kan masih muda, malu dong kalau pas gandengan, Mas Arlan nya keliatan tua," sahut Daniah melepas canda dengan Arlan.

Arlan hanya menyipitkan matanya kesal. Lalu, menggeleng pelan dan berbalik kembali melangkah meninggalkan Daniah.

"Eh, tunggu!" seru Daniah kembali mengejar langkah Arlan yang cepat.

Mereka pun segera berangkat bersama-sama. Kini Arlan harus mengantar Daniah sekolah sebelum pergi ke kantornya. Baginya mempunyai isteri yang masih sekolah itu sangat merepotkan dirinya.

Tidak ada perbincangan apapun selama dalam perjalanan. Ketika Arlan tiba mengantar Daniah hingga gerbang sekolahnya. Daniah mencoba bersalaman pada Arlan sebelum turun dari mobil.

"Mau ngapain?" tanya Arlan datar dan ketus.

"Salam. Daniah kan isterinya mas Arlan. Jadi, mulai sekarang Daniah harus hormat sama Mas Arlan," jawab Daniah dengan tatapan polosnya.

"Gak usah. Kamu gak perlu bersikap seperti seorang isteri. Dan sebisa mungkin, coba tolonglah untuk tidak mengangguku. Jika tidak penting jangan bicara padaku."

Daniah cemberut kesal karena pernyataan Arlan. "Yasudah, kalau begitu."

Daniah hendak akan keluar dari mobil. "Dan yah. Mulai besok, pergilah kesekolah sendiri. Jangan manja!" ujar Arlan.

"Yah, gak bisa gitulah, Mas Arlan! Rumah Mas Arlan kan jauh dari sekolahan Daniah. Ibu bilang, mulai sekarang akau tanggung jawab mas Arlan, kan? Jadi, Mas harus melakukan tanggung jawab Mas Arlan le Daniah," rengek Daniah memelas.

Arlan menghela nafas kasar dan memijat kepalanya pelan. "Daniah, kamu harus tahu! Aku sama sekali tidak pernah menganggap pernikahan kita. Bagiku, kamu hanyalah orang asing, dan aku tidak pernah menganggapmu sebagai tanggung jawabku. Sekarang turun!"

Daniah merasa sesak ketika Arlan mengatakan hal itu kepadanya. Ia tahu, bahwa pernikahannya itu bukan keinginan mereka berdua. Melainkan ada sebab mengapa pernikahan ini harus terjadi. Dan akan sangat bagi Daniah, untuk bisa membuat Arlan menerima dirinya. Ia membisu sambil menatap Arlan dengan berbinar-binar.

Arlan memalingkan wajahnya tidak peduli. "Pergilah! Atau kamu akan terlambat."

Dengan hati sedih Daniah turun dari mobil. Sejenak ia menatap berlalunya mobil Arlan sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.

Daniah menghela nafas dan segera masuk. Ketika ia sampai di kelas, ia dapati Kevin tengah duduk di bangkunya sedang mengobrol dengan Ega sohibnya.

"Maaf, bisa kamu bangun? Aku mau duduk," ucap Daniah dengan lembut.

Lelaki bertubuh jangkung, dan penuh pesona itu pun berdiri dan segera menyingkir. Daniah segera duduk di bangkunya. "Oh, maaf. Silahkan!"

"Kenapa wajahmu ditekuk begitu pagi-pagi?" tanya Kevin ketika mendapati Daniah yang terlihat murung.

"Tidak papah. Suasana hatiku lagi kacau, jadi jangan ganggu aku!" balas Daniah.

"Hei hei hei! Ada apa? Kamu terlihat kesal?" sambar Ega menggoda Daniah.

"Kalian ini! Jangan ganggu Daniah, pergi pergi!" Seru Astrid mengusir mereka berdua sambil mendorong tubuh Ega agar menyingkir dari hadapan mereka.

"Daniah!" panggil Kevin. Daniah menoleh kepadanya. "Nanti siang saat istirahat, bisa kamu datang ke pohon besar dibelakang sekolah? Aku mau mengatakan sesuatu yang penting kepadamu," ujar Kevin.

Sejenak Daniah terdiam dan berpikir. "Baiklah."

***

Daniah pergi ke pohon besar dibelakang sekolah setelah istirahat tiba. Namun, ia datang tidak seorang diri. Melainkan bersama Astrid. Sebab, Daniah tidak mau kalau pergi sendirian. Apalagi ke tempat sepi seperti itu.

Tidak lama Kevin pun datang. "Daniah! Maaf, membuatmu menunggu."

"Tidak papah. Apa yang mau kamu katakan?"

Kevin sejenak terdiam dan melirik pada Astrid. Tatapannya itu membuat Astrid peka akan apa yang Kevin pikirkan saat ini.

"Ah, baiklah. Gue akan nungguin lo disana," ucap Astrid segera beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

"Eh Trid!" seru Daniah merasa tidak nyaman berduaan dengan Kevin disana.

"Daniah!" panggil Kevin begitu serius memberikan tatapan lekat pada Daniah.

"Hah?" sahut Daniah merasa begitu canggung.

"Sudah sangat lama aku ingin mengatakannya kepadamu. Daniah... Aku menyukaimu. Maukah kamu jadi pacarku?" ucap Kevin menatap Daniah penuh harapan.

Daniah tercengang bukan main. Jujur saja, Daniah pernah menyukai Kevin, dan perasaan itu masih ia simpan sampai sekarang. Namun, Daniah sudah memiliki komitmen, karena kini ia sudah menjadi seorang isteri. Tidak mungkin, jika ia harus menerima Kevin. Itu melanggar hukum agama. Daniah takut berdosa karena durhaka terhadap suami dengan berpcaran dengan lelaki lain.

"Maaf, Kevin. Aku tidak bisa," tolak Daniah meredupkan harapan yang terpnacar dari wajah Kevin.

"Kenapa? Kamu tidak menyukaiku?" tanya Kevin lagi.

"Bukan. Bukan begitu. Tapi, aku hany tidak bisa," jawab Daniah gelagapan dan kebingungan harus memeberi alasan apa karena telah menolaknya.

Ia tidak bisa menjelaskan situasinya saat ini. Karena ia dan Arlan sudah membuat janji, untuk tetap merahasiakan pernikahannya itu.

"Lalu, karena apa? Apa karena ada lelaki lain?" tanya Kevin lagi menyelidiki.

Daniah terbungkam rapat. Ia benar-benar tidak tahu harus memberi alasan apa pada Kevin.

"Maaf, Kevin. Aku tidak menjawab apapun. Intinya aku tidak bisa," balas Daniah sambil melangkah pergi meninggalkan Kevin menggantung pertanyaan Kevin.

"Daniah!" panggil Kevin mencoba menghentikan langkah Daniah. Namun, Daniah tidak peduli dan terua melangkah pergi meninggalkannya.

Astrid merasa keheranan dengan ekspresi dan langkah Daniah yang terburu-buru pergi seperti itu setelah bicara dengan Kevin. Ia pun segera menyusul langkah Daniah.

"Daniah! Ada apa?" tanya Astrid menyelidiki.

Daniah terhenti dan menatap Astrid dengan mata yang berkaca-kaca seolah tidak tahan menahan bendungan air matanya. Lalu, Daniah memeluk Astrid.

Astrid sangat kebingungan saat ini. Ada apa ini? Pikir Astrid. Sementara dalam hati Daniah, ia merasa begitu sangat terluka dengan semua ini. Daniah merasa begitu terluka.

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

mampir kk

2023-12-09

0

Siti Ashari

Siti Ashari

awal yg bagus nich kk

2023-12-09

0

Noer Anisa Noerma

Noer Anisa Noerma

semangat dania

2022-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!