Moment disaat harus menghadapi sebuah keputusan yang sulit

"Mamah mau bicara soal apa? Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu," ujar Arlan

"Sayang, bersikap baiklah sama Daniah. Walau bagaimana pun juga, dia itu isteri kamu. Tolonglah, jangan bersikap seperti ini padanya," balas Ajeng memohon sambil meraih pundak putranya itu dan menatapnya penuh akan harapan.

Arlan melirik tangan Ajeng yang mendarat dipundaknya itu dengan sinis. "Isteri?" ulang Arlan tersenyum geli dan jijik.

"Yang benar saja. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menganggap dia sebagai isteriku. Cih, isteri apanya? Mamah bahkan tidak bertanya, apakah aku ingin menikahinya atau tidak? Tapi, Mamah terus memohon dan mengancamku untuk tetap menikahinya, meskipun aku tidak tahu apa alasan Mamah melakukan ini padaku."

"Mamah selalu bertindak sesuka hati Mamah. Dan selalu menyuruhku melakukan ini, melakukan itu. Tanpa bertanya dulu padaku. Dan sekarang, Mamah ingin aku bersikap baik kepadanya? Yang benar saja." sahut Arlan meluapkan segala amarahnya yang tersimpan selama ini terhadap Ajeng.

"Maafkan Mamah Arlan. Mamah tanpa sadar sudah membuatmu menderita. Tapi kali ini percayalah sama Mamah. Daniah, adalah gadis yang sangat baik. Dan Mamah yakin, Daniah adalah wanita yang tepat untuk kamu," balas Ajeng lagi terus saja memberi alasan yang sama pada Arlan.

"Sudahlah, Mah. Jika Mamah tidak mau mengatakan alasan yang sebenarnya mengapa Mamah begitu ingin aku menikahinya, tidak papah. Tapi, yang jangan pernah memintaku untuk bersikap baik kepadanya, karena hal itu tidak akan pernah terjadi."

Arlan merasa muak dengan percakapan ini. Ia pun hendak akan beranjak pergi untuk berangkat bekerja. Namun, pertanyaan Ajeng menghentikan langkahnya.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apa yang akan kamu lakukan pada Daniah? Jawab Mamah!"

Arlan menoleh dan menatap tajam Ajeng. Ia terbungkam rapat tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk menjawab pertanyaan Ajeng. Lantas, ia kembali berbalik dan melangkah pergi tanpa menjawab pertanyaan yang Ajeng ajukan untuknya.

Apa yang akan ku lakukan? Tentu saja, aku akan membuat gadis itu merasa sangat menderita. Sehingga ia akan merasa muak dan meminta untuk berpisah dariku. Kita lihat saja, sampai kapan ia akan bertahan denganku. bathin Arlan.

Arlan melangkah dengan cepat dan melewati meja makan. Daniah langsung bangkit beridiri saat melihat Arlan yang berjalan menuju keluar rumah.

"Mas Arlan, gak sarapan dulu?" tanya Daniah begitu polosnya.

Ajeng baru saja kembali setelah Arlan melewati pintu keluar rumah. "Mah, Daniah berangkat dulu, yah. Assalamu'alaikum!" seru Daniah tergesa-gesa sambil bersalaman pada Ajeng, lalu berlari keluar menyusul Arlan.

Arlan hampir saja akan meninggalkan Daniah. Untunglah Daniah sempat mengejar Arlan dan menghadang mobilnya dari depan.

"Apa-apaan gadis ini? Sudah gila apa dia?" ucap Arlan merasa kesal karena tindakan bodoh Daniah itu. Beberapa kali ia membunyikan klakson agar Daniah menyingkir dari jalannya.

"Pokoknya, Mas Arlan harus anterin Daniah dulu! Atau Daniah tidak akan menyingkir!" seru Daniah.

Arlan menghela nafas, dan mengepal erat setir mobil miliknya itu karena kesal. Lalu tidak lama ia membuka jendela mobilnya. "Naiklah, cepat!" seru Arlan akhirnya mengalah.

Daniah merekah senyum lebar dan segera bergegas naik kedalam mobil. "Ini untuk terakhir kalinya, mengerti?" geram Arlan melirik tajam Daniah.

"Kita lihat saja, nanti," balaa Daniah. Arlan hanya bisa menahan segala emosinya saat ini. Lalu, ia pun segera melajukan mobilnya dan mengantar Daniah ke sekolah.

Saat ditengah perjalanan menuju sekolah, Daniah terus melirik canggung pada Arlan. Menyadari hal itu membuat Arlan merasa sangat tidak nyaman.

"Ada apa? Berhentilah melirikku. Dan lihat saja kedepan!"

"Maaf, tapi aku punya satu pertanyaan buat Mas Arlan."

"Apa? Sudan ku bilang. Jika tidak penting jangan berusaha untuk bicara denganku," ketus Arlan mengingatkan.

"Justru, pertanyaan ini sangat penting."

"Yaudah apa?"

Sejenak Daniah terdiam dan menelan ludahnya sendiri. Ia merasa ragu untuk menanyakan hal itu pada Arlan. "Semalam, Mas Arlan tidak ngapa-ngapain Daniah kan, pas lagi tidur?"

Mendengar pertanyaan itu dari Daniah, Arlan mendadak menginjak rem karena kebetulan sedang lampu merah dan membuat dirinya dan Daniah terdorong kedepan.

"Aduh! Mas Arlan hati-hati dong!" seru Daniah meraba jidatnya yang terbentur pelan.

"Apa kamu bilang?" ulang Arlan begitu tercengang akan pertanyaan Daniah. "Hei! Kamu pikir aku akan melakukan apa padamu? Yang benar saja, ish!"

"Yah, Daniah kan cuma nanya ajah."

"Hei! Memangnya siapa yang akan bernafsu melihat dirimu?"

"Apa?! Memangnya kenapa dengan Daniah?"

"Lihatlah dirimu. Cantik nggak, dada kecil, pinggul rata. Memang ada pria yang benafsu melihatmu?" ledek Arlan begitu puas mengejek fisik Daniah.

"Apa? Jadi, selama ini diam-diam Mas Arlan selalu memperhatikan tubuh Daniah? Dasar pria mesum!" kesal Daniah sambil menyilang kedua tangannya didepan dada.

"Apa? Mesum? Wahhh... Bukankah, ucapanmu itu terlalu kasar? Kau bilang kau menghormatiku? Menghormati apanya?" geram Arlan begitu sangat-sangat kesal karena telah disebut mesum oleh Daniah.

"Astagfirullah, maaf Mas Arlan. Daniah salah," sahut Daniah beristigfar dan meminta maaf. Namun, tidak Arlan hiraukan permintaan maafnya itu.

Lampu hijau pun menyala, segera Arlan kembali melaju. Ketika tiba disekolah, Daniah segera turun tanpa bersalaman pada Arlan. Jujur, Daniah memang tidak menyukai Arlan, apalagi mencintainya. Namun, sebagai seorang isteri, ia hanya menjalankan kewajibannya, dan apa yang sudah semestinya ia lakukan untuk suaminya.

Lagi pula, Daniah tidak mau sampai mengecewakan almarhumah ibunya. Jadi, sebisa mungkin Daniah akan mencoba yang terbaik untuk hubungannya dengan Arlan. Dan ia bertekad akan mencoba untuk belajar memahami Arlan sedikit demi sedikit.

"Siapa dia?" tanya Astrid berbisik ditelinga Daniah dan mengejutkannya. Daniah mengerjap kaget.

"Astagfirullah, Astrid! Bikin kaget ajah!" sahut Daniah.

Astrid menyeringai penuh. "Maaf. Tapi siapa pria tadi? Kulihat 4 hari ini dia sering nganterin kamu?" tanya Astrid sambil berjalan masuk kedalam bersama Daniah.

"Aku tidak bisa memberitahumu," jawab Daniah.

"Kenapa? Apa dia pacar lo? Tapi dia terlihat lebih tua," terka Astrid bercanda.

"Jangan ngaco deh!" sahut Daniah.

"Hehe... Sensitif amat sih! Gue kan cuma bercanda," ujar Astrid.

Lantas, mereka pun segera bergegas ke kelas. Setibanya dikelas, Daniah terkejut melihat bangkunya dipenuhi cat bergambar hati dan tulisan I LOVE YOU.

"Apa-apaan ini? Siapa yang melakukan ini?" tanya Daniah membuat paginya serasa sangat buruk.

Lalu, tiba-tiba dari sebuket bunga mawar terulur dari samping kanannya. Daniah menoleh pada orang yang memberinya bunga.

"Kevin? Kamu ngapain, sih? Apa semua ini?" tanya Daniah merasa sangat risih dengan apa yang Kevin lakukan. Bukannya terharu, atau senang. Daniah malah merasa sangat terganggu dengan semua ini.

"Aku mencintaimu. Sebelum aku tahu alasan, mengapa kamu menolakku. Aku tidak akan menyerah, sampai kamu bilang 'yah' "

Daniah menghela nafas berat. Ia bingung apa yang harus ia lakukan terhadap Kevin. Situasi ini membuat Daniah sangat bingung. Apa yang harus kulakukan sekarang? Pikir Daniah.

Terpopuler

Comments

Noer Anisa Noerma

Noer Anisa Noerma

bikin bucin suami mu dania

2022-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!