"Eh, Vin. Ngapain sih, kita nguping segala?" tanya Astrid ketika Kevin menyeretnya hingga ke depan pintu ruang koseling.
"Diam! Mereka bisa denger kita!" seru Kevin merapatkan giginya berbisik pelan sambil menutup mulut Astrid.
"Lagian, lu juga! Kenapa harus ngajak gue?"
"Udah diem!" sahut Kevin sambil merapatkan telinganya di pintu ruang konseling. Astrid hanya memutar malas kedua bola matanya.
Kevin menyimak obrolan di dalam dengan baik-baik.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Winda pada Daniah setelah hening beberapa saat setibanya Daniah disana.
"Iyah, Daniah baik-baik saja, Bu? Ada apa yah, Bu?" jawab Daniah balik bertanya karena sepertinya ada hal penting yang ingin dikatakan.
"Ibu hanya cemas. Karena tidak biasanya kamu sampai terlambat seperti ini. Yah, kamu tahu kan. Kamu adalah salah satu siswa yang paling Ibu sukai," balas Winda sambil bersandar di sofa.
"Ah, iyah Bu. Daniah benar-benar minta maaf. Hari ini tidak akan pernah terulang lagi," sesal Daniah.
"Ibu percaya sama kamu. Tapi, mengapa Ibu menyuruhmu datang kesini. Karena ada hal yang ingin Ibu tanyakan."
"Soal apa?" tanya Daniah melebarkan tatapannya. Namun, tidak mengurangi rasa hormatnya pada Bu Winda.
"Begini. Akhir-akhir ini, Ibu lihat kamu sering di antar oleh seorang pria bermobil mewah. Ibu hanya penasaran, siapa pria itu? Ada hubungan apa kamu dengan dia?" tanya Winda membuat Daniah terhenyak kaget mendapat pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.
Sejenak Daniah terdiam, lalu menyungging senyum tipis dengan menghela nafas ringan. "Sebelumnya, Daniah mohon maaf banget sama Ibu. Daniah mengerti maksud dari pertanyaan Ibu. Dan Daniah paham, mengapa Ibu bertanya, karena Ibu mencemaskan Daniah. Tapi...."
Daniah terhenti dan menatap mata Winda yang membulat penuh juga menatap Daniah menunggunya untuk melanjutkan kalimatnya.
"Tapi?" ulang Winda.
Daniah menurunkan pandangannya dan menggigit bibir bawahnya singkat. "Daniah, tidak tahu harus menjawab apa? Daniah hanya tidak bisa memberitahu Ibu untuk sekarang," lanjut Daniah mengatakan apa yang memang harus ia katakan.
"Kenapa?" Winda meraih tangan Daniah dan menatapnya lebih dalam lagi.
Daniah tersenyum. "Bu, Ibu percaya kan, sama Daniah?"
Winda sejenak terdiam dan melepaskan genggaman tangannya dari Daniah. "Tentu saja. Kamu anak yang jujur, dan sangat baik. Tapi Daniah, orang-orang akan salah paham, jika melihat kamu dengan pria itu. Ibu hanya cemas, karena setahu Ibu selain almarhumah ibu kamu, kamu tidak punya kerabat ataupun saudara lagi di Jakarta. Maaf, jika pertanyaan Ibu menyinggung perasaanmu," jelas Winda berterus terang akan tujuannya menanyakan hal itu.
"Tidak papah, Bu. Daniah mengerti, Kok. Dan terimakasih, Ibu sudah mencemaskan Daniah," bala Daniah, "kalau soal pria itu, Ibu gak perlu cemas," tambahnya.
Winda sebenarnya merasa amat kecewa karena Daniah tidak mau terbuka kepadanya. Jujur, Windi begitu cemas, karena memang Daniah adalah salah satu siswa kesayangan dan kebanggaannya.
"Baiklah. Ibu mengerti. Tapi, jika kamu ada masalah, jangan kamu simpan seorang diri. Temui Ibu dan datanglah, hmmm? Ibu akan membantumu," sahut Winda.
Daniah mengangguk semangat diiringi senyuman manis terpampang diwajahnya. "Iyah."
Lantas, Winda hendak akan beranjak bangun dari duduknya. Daniah menatap heran Winda.
"Bu!" panggil Daniah sehingga Winda kembali duduk ditempatnya.
"Iyah, Daniah. Kenapa?"
"Hukuman Daniah apa?" tanya Daniah membuat garis senyum lebar di wajah Winda.
"Oalah! Ibu lupa!" seru Windi. "Ibu senang, karena kamu masih mengedapankan tanggung jawabmu. Inilah yang Ibu sukai dari kamu. Baiklah, hukumanmu adalah, membersihkan lapangan basket yang ada didalam gedung sepulang sekolah nanti," balas Winda akhirnya memutuskan hukuman yang harus Daniah terima.
"Baiklah, Bu. Daniah akan melakukannya. Jika hanya itu saja, Daniah mau pamit ke kantin. Daniah lapar," sahut Daniah menyungging senyum memelas.
Winda tertawa kecil dengan kejujuran Daniah itu. "Hahaha... Baiklah. Silahkan!"
Daniah pun meraih tangan Winda dan bersalaman. "Kalau begitu, permisi Bu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alikumussalam."
Kevin dan Astrid terskesiap pergi dari sana, ketika Daniah hendak keluar. Mereka bersembunyi dibalik tembok sampai Daniah berlalu pergi menuju ke arah kantin.
"Seorang pria?" gumam Kevin. "Lo tahu, soal pria yang dibicarakan tadi?" tanya Kevin pada Astrid.
Astrid mengangkat kedua bahunya singkat. "Mana gue tahu! Mungkin saja, pria itu anak dari wanita sahabt yokap Daniah," balas Astrid.
"Bisa jadi, sih! Tapi..."
"Udah ah! Lo mah ribet! Gak penting juga buat gue! Gue mau nyusul Daniah, bye!" sela Astrid menyela sambil berseru kesal, lalu melangkah pergi menuju kantin menyusul Daniah.
"Hei, tunggu aku!"
Sementara itu, Daniah baru saja tiba di kantin. Ia celingak-celinguk mencari Astrid. Namun, tidak ia temukan.
"Eh, Dan!" sapa Ega yang entah muncul dari mana.
"Ga, kebetulan, kamu lihat Astrid gak?" sahut Daniah bertanya.
"Nah, itu dia! Si Astrid pergi sama si Kevin. Gue gak tahu mereka pergi kemana? Nih, juga gue lagi nyari mereka," balas Ega.
"Astrid pergi sama Kevin, berdua? Tumben-tumbenan banget," sahut Daniah tidak percaya.
"Yah, masalahnya gue di tinggal. Nyebelin banget, kan?" Kesal Ega memasang muka masam.
"Kamu cemburu yah?" Goda Daniah.
"Idih! Cemburu? Yah, kali!" sangkal Ega bergidik jijik.
Daniah hanya tersenyum. "Yaudahlah. Eh, kamu udah makan belum? Makan sama-sama, yuk! Aku lapar."
"Boleh. Aku juga dari tadi belum makan siang, gara-gara nyariin si Kevin."
Daniah dan Ega pun segera mencari tempat duduk dan memesan makanan. Selang beberapa menit Astrid dan Kevin tiba di kantin. Mereka langsung saja menghampiri Daniah dan Ega saat mendapati mereka disana.
"Ini nih! Orang gue cari tadi. Eh, luh dari mana aja?" ujar Ega pada Kevin.
"Gue ada urusan bentar sama Astrid," balas Kevin sambil mengambil minum milik Ega dan menyeruputnya.
"Eh, Luh maen minum-minum ajah. Punya gue nih!" seru Ega sambil menarik kembali gelas miliknya.
"Yaelah pelit amat sih, loh!"
"Udah-udah. Baru ajah ketemu udah berantem. Kalian habis ngapain? Tumben kalian pergi berdua," sahut Daniah bertanya.
"Gak tahu noh! Si Kevin maen narik-narik gue ajah. Gue pikir penting, ternyata gak penting sama sekali," jawab Astrid melirik Kevin masam.
Daniah hanya tersenyum mendengar jawaban Astrid. "Udahlah. Ngambek terus dari tadi," sambar Kevin. "Eh, Dan. Kaki kamu gak sakit?" tanya Kevin beralih pada Daniah.
"Sedikit sih. Tapi, gak papah," balas Daniah.
"Kaki kamu kenapa Dan?" tanya Astrid tidak ngeh.
"Cuma keseleo tadi. Pas manjat pagar," jawab Daniah jujur.
"Ohok..Ohok...!" Ega tersedak kaget ketika mendengar Daniah memanjat pagar. "Kamu manjat pagar? Wah... Tidak bisa dipercaya!" tambahnya.
"Eh! Lo kalau ngomong pelanin dikit!" seru Kevin memukul pelan kepalanya.
"Yah, aku terpaksa. Karena ulangan matematika," sahut Daniah.
Semua terdiam seketika. Lalu, tidak lama Astrid mengalihkan perbincangan mereka dengan memesan bakso bersama Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments