Part 4 ~ Ngga kenal

Perlahan tangan-tangan lentik itu memijit pelipis ke daerah kening, rasa pening di kepala belum hilang meskipun ia sudah terlelap untuk beberapa waktu.

Matanya dipaksa terbuka demi mengetahui ia berada dimana, nyatanya maskara dan eyeliner cukup memberatkan usahanya untuk membuka kelopak mata karena telah bersatu padu merekat disana, belum lagi bulu mata tanam itu mendadak berat, seperti beban pikiran seorang kepala negara.

"Duh," keluhnya, alisnya mengernyit antara silau dengan cahaya kamar dan rasa perih di mata akibat tidur nyenyak.

Semrawut, dan bau alkohol bersatu padu membentuk satu penampilan menjijikan versi seorang Dina, ia bangun dan meneliti sekelilingnya, "ini dimana sih?" hatinya sudah berdebar saat mendapati ruangan yang digunakannya untuk berbaring adalah sebuah kamar, lantas refleks ia melihat ke arah badannya sendiri, kali aja kan kaya di drama-drama sinetron curutt berenang, dimana ia mabuk berat bareng cowok, tiba-tiba bangun ada di atas ranjang dengan kondisi telan jankk. Fyuhhhh! Alhamdulillah engga. Korban sinetron lu!

"Dina!" panggil mami dari luar pintu kamarnya.

Dina mengernyit memastikan jika pendengarannya itu bukan sebuah halusinasi, saat kembali suara merdu mami memanggil lirih namanya ia tersenyum lebar, "hehe....syukur itu mami. Itu artinya gue bukan di kamar hotel." ujarnya namun sedetik kemudian ia kembali mengernyit, "eh! Tapi coba gue liat dulu deh, beneran mami gue kan? Bukan house keeping?!" tanyanya bermonolog.

Dengan langkah yang masih sempoyongan Dina berusaha menggapai pintu kamar, namun dorongan pintu yang mama-nya lakukan justru lebih dulu menghantam keningnya.

Dugh!

"Awww!"

"Eh, ya ampunnn!"

Pagi-pagi sudah disuguhi drama kejedot pintu, maka kesia lan apa lagi selanjutnya yang akan ia hadapi?

"Mami gimana sih?!!!"

Mamahnya malah tertawa melihat Dina mengaduh dan refleks ikut mengusapi kening putri bungsunya itu.

"Aduh maaf sayang, ngga apa-apa kan? Sakit banget ngga?"

"Haruskah Dina bilang enak?!" sengitnya memancing tawa wanita yang modis meski usianya tak lagi muda itu, mama Dina memanglah aktif bersosialisasi dengan wanita kalangan jetset di nusantara termasuk ada beberapanya artis ibukota, sampe punya geng sendiri dimana kalo ngadain arisan sampe ratusan juta di hotel bookingan. Beda halnya dengan dengan wanita kebanyakan yang paling banteran arisan surpet.

"Kamu tuh ya, baru nyampe nusantara udah kelayapan sampe tengah malem. Kemana sih?! Tau ngga, papi tuh sampe marah semalem?! Kamu ngga ngelakuin hal apapun kan?! Ngga sampe?..... Amit-amit Dinata!" gidik mama ngeri membayangkan jika sampai Dina diperk oossaa.

Dina yang melengos masuk kamar mandi berjalan malas-malasan sambil menguap, mengikat rambutnya asal, "ya engga lah." Kini, ia justru tengah mengingat-ingat dengan siapa ia bisa pulang, siapa yang mengantarnya, setaunya si om-om rese itu ninggalin Dina ketika menerima semacam panggilan hati, atau apalah itu, whatever, Dina menyikat giginya yang menyisakan bau alkohol semalam. Sementara mama sudah menyalakan vacum cleaner buat beresin kamarnya dari debu, kotoran dan dosa.

"Iya maaf. Kemaren kebablasan betah di rumah Cle..." jawabnya beralasan diantara sikatan giginya.

"Boong banget kamu ya! Udah pinter boong sekarang!" mama yang berapi-api lantas menghampirinya di ambang pintu toilet dan menegur Dina sambil memanjangkan tangan demi menjewer telinga putrinya itu yang langsung mengaduh.

"Aduduhh mih, sakit!"

"Semalem tuh kamu dianterin bapak tentara tau ngga! Kamu kena razia apa gimana, Mahika!" geram mama. Dina mengernyit mendengar jawaban mamanya, mencoba mengingat-ingat dan pernyataan mama itu akhirnya menjawab pertanyaannya tadi, jika nyatanya si om tentara itu menepati janjinya dengan tak meninggalkan dirinya yang tengah mabuk berat.

Senyuman miring tercetak jelas di bibir Dina, namun ucapan mama itu tak lantas menorehkan nama Pras di lubuk hatinya, seolah hati Dina sudah mati rasa dengan perhatian seorang lelaki.

"Ya engga lah, mi. Dina ngga akan sampe bikin papi sama mami malu. Udah ah, Dina mau mandi dulu...mami keluar." pintanya mendorong kedua bahu mamanya.

"Papi nunggu di meja makan, abis makan katanya kamu ditunggu buat nemenin papi main golf..."

Dina mengangguk seraya menutup pintu kamar mandinya, papinya memang begitu, quality timenya bersama papi adalah main golf. Papi yang hobby bermain golf seringkali mengajaknya bermain dan mengajarkan Dina tentang permainan golf, hingga Dina dianggap bisa menjadi partner main golf yang asik dan menantang di mata papi.

Gadis itu sudah turun dengan kaos polo pink mencetak lekukan tubuhnya dan rok rempel sepa ha senada, serta sarung tangan putih dan topi cady yang ia tenteng begitu saja.

"Morninggg!" sapanya tersenyum menyapa anggota keluarganya. Papi yang memang terlihat semakin tua namun semakin parlente, mengingat ia adalah seorang pengusaha batu bara ternama negri.

"Morning sayang, baru ketemu papi....kamu ya, dasar anak nakal!" gerutu papi tersenyum jahil, Dina mengecup pipi papanya dengan sayang, "kangen papi. Tapi aku lebih kangen main golf sama papi."

"Yes, sayang." Papi mengangkat pisau rotinya demi menunjuk Dina.

"Makanya papi ngajak kamu untuk main...tau kamu bakal pulang, papi sengaja mengosongkan jadwal, sekalian....papi mau ketemu rekan bisnis juga disana. Oh ya gimana singa putih? Betah? Semalam katanya---" Dina langsung memotong ucapan papanya.

"Maafin Dina pi, Dina salah. Tapi suerr, Dina ngga lakuin hal-hal aneh yang bikin papi malu..." ia menunjukan kedua jarinya di samping wajah.

Dan selanjutnya apa? Papa percaya saja pada putri bungsu kesayangannya itu. Marah? Ternyata Dina tak perlu mengkhawatirkan ucapan mamanya tadi, karena buktinya sekarang, papi fine-fine saja.

"Oke, papi done. Papi tunggu di depan ya..." perawakan papinya yang sedikit gendut itu dilengkapi dengan kaos yang sama hanya berbeda warna saja dengan Dina, kilauan emas yang menghiasi pergelangan tangannya dituangkan dalam arloji mewah.

Dina segera menyelesaikan sarapannya lalu beranjak dan pamit pada mama, "mi, Dina pamit nemenin dulu pacar mami main golf!" kekehnya mencium pipi mamanya, "iya sayang. Have fun sama papi!" lambaian tangannya.

*****

Sebuah taman golf di kawasan elite ibukota menjadi tempat favorit Dina dan sang papa.

...~ Pantai Indah Kapas ~...

Dina berjalan seraya membawa tas stick golfnya bersama papa, memilih tempat mereka bermain. Tak banyak pengunjung karena memang jenis olahraga ini cukup dianggap olahraga mewah dan butuh merogoh kocek yang cukup dalam.

"Temen papi dimana?" tanya Dina celingukan.

"Di---"

Telunjuk yang terbungkus sarung tangan itu menunjuk seorang pria seumuran papanya yang tengah memukul bola golf ditemani seorang cady muda nan cantik, "nah itu dia! Om Ammar namanya, yuk!"

"Pi, aku ke toilet dulu deh ya....papi duluan aja nanti Dina kesitu..." ijinnya mendadak kebelet.

"Oh gitu, oke." diangguki papanya, "papi duluan..."

Dina mengangguk dan berbalik mencari toilet. Sementara papanya bertemu sang rekan.

"Pak Ammar!" sapa papa.

"Rendra!" balasnya tertawa menggelegar lalu menjabat tangan papa, mereka berbasa-basi.

"Dimana putrimu yang jago golf itu?" ia mengedarkan pandangannya namun tak menemukan siapapun yang dimaksud.

"Sedang ke toilet."

"Okelah, kita duluan?"

"My pleasure..." jawab papa mengeluarkan stick golf kesayangan.

Hari ini penyelidikan dan pengintaian atas kasus korupsi penyelewengan dana pembangunan proyek negri beberapa tahun lalu di acara kompetisi olahraga taraf Asia masih dilakukan oleh unit intel. Dan disinilah Prasasti berakhir, menjadi seorang office boy di sebuah resort golf kawasan elite.

Rambut disisir rapi ke samping dengan pomade, dan dagu yang ditempeli tahi lalat palsu serta goresan make up sedikitnya mengubah raut wajah Prasasti.

Ia berjalan seraya membawa sapu dan mendorong mop lantai, menyusuri lorong yang langsung terbentang arena golf dengan lapangan berumput rata nan pendek.

"Target berada di arena 4, bersama seorang kawan yang baru saja datang." lapornya, ia mendorong itu agar posisinya lebih dekat lagi. Namun seorang gadis cantik berlari kecil sambil berjinjit yang berlawan arah dengannya.

Cantik, satu kata yang membuat Pras mengedip agak lama.

Tunggu, itu....

"Bocil?" sapa Pras memotong langkah Dina. Dina sampai melongo melihat pria di depannya, sejurus kemudian ia celingukan ke kanan dan ke kiri mencari orang lain selain dirinya, karena ngga mungkin kan...nih orang manggil bocil sama pot tanaman hias di area koridor.

Ini orang sakit atau mau so kenal?

"Gue?" tunjuk Dina. Pras mengangguk, sementara Dina semakin mengenyit, "sorry, mas siapa ya? Kenal gue emangnya? Dimana?" tanya nya.

Pras melotot tak percaya, "yang bener aja cil, kamu sombong amat! Pura-pura ngga kenal, ngga tau terimakasih...udah dianter balik juga..." omel Pras semakin membuat alis Dina mengernyit, "dih, kepala masnya kepentok atau ketiban duren sampe bubuk?!"

"Awas minggir! Gue mau ke toilet! Ngalangin jalan banget sih lo!" usir Dina menabrak Pras karena rasa membuncah yang sudah tak dapat tertahan lagi.

Prasasti sontak menggerutu merutuki Dina, "si bocil sombong! Pake so so'an ngga kenal. Saya bikin jatuh cinta, tau rasa kamu!" omelnya.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Cherry🍒

Cherry🍒

haha kalau jodoh ya gitulah kan din

2024-05-11

5

Maldini

Maldini

iy om bikin jatuh ❤🤭😂

2024-05-12

2

𝒩𝓎ᷱ𝑜ͥ𝓃ᷤ𝓎ͤ𝒶 𝑀𝑒𝓃𝑒𝑒𝓇

𝒩𝓎ᷱ𝑜ͥ𝓃ᷤ𝓎ͤ𝒶 𝑀𝑒𝓃𝑒𝑒𝓇

Pras lupa ngaca pasti tu

2024-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1~ Milk Bun Rasa Thai tea
2 Part 2 ~ Gagal move on
3 Part 3 ~ Bartender untukmu
4 Part 4 ~ Ngga kenal
5 Part 5~ Titip Separuh hati
6 Part 6 ~ Hati yang terluka
7 Part 7 ~ Keputusan besar
8 Part 8 ~ Terkejut-kejut
9 Part 9 ~ Masa lalu vs masa depan
10 Part 10 ~ Drama Cinderella ngambek
11 Part 11 ~ Sebentar cinta sebentar kesal
12 Part 12 ~ Meyakinkan hati
13 Part 13 ~ Kisah kita adalah skenario Tuhan
14 Part 14 ~ Bunga puteku (Bunga putihku)
15 Part 15 ~ Soto susu
16 Part 16 ~ Touching
17 Part 17 ~ Beban dunia akhirat
18 Part 18 ~ Pemanasan
19 Part 19~ 'Meramaikan'
20 Part 20 ~ Bukti Cinta Prasasti
21 Part 21 ~ Menyadarkan jiwa yang telah lelah
22 Part 22~ A lot of change
23 Part 23~ Benih-benih bersemi
24 Part 24 ~ See you again
25 Part 25 ~ Hey hati, apa kamu baik-baik saja?
26 Part 26 ~ Kasmaran
27 Part 27~ Kasmaran 2
28 Part 28 ~ Proyek Cahaya Senja
29 Part 29 ~ Rendrayasa Jennar
30 Part 30 ~ Menyayangi dengan caranya
31 Part 31 ~ Perwira sayang istri
32 Part 32 ~ Bittersweet 1
33 Part 33 ~ Kesetiaan sampai akhir (bittersweet 2)
34 Part 34 ~ Getirnya hidup (Bittersweet 3)
35 Part 35 ~ Rayuan maut
36 Part 36~ Candu
37 Part 37~ Judul kisah kita
38 Part 38 ~ Takut Hamil
39 Part 39~ Teror
40 Part 40~ Saksi kunci
41 Part 41 ~ Cahaya yang menuntunku untuk pulang
42 Part 42~ Snow White
43 Part 43~ Membaik
44 Part 44~ Bertemu
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Part 1~ Milk Bun Rasa Thai tea
2
Part 2 ~ Gagal move on
3
Part 3 ~ Bartender untukmu
4
Part 4 ~ Ngga kenal
5
Part 5~ Titip Separuh hati
6
Part 6 ~ Hati yang terluka
7
Part 7 ~ Keputusan besar
8
Part 8 ~ Terkejut-kejut
9
Part 9 ~ Masa lalu vs masa depan
10
Part 10 ~ Drama Cinderella ngambek
11
Part 11 ~ Sebentar cinta sebentar kesal
12
Part 12 ~ Meyakinkan hati
13
Part 13 ~ Kisah kita adalah skenario Tuhan
14
Part 14 ~ Bunga puteku (Bunga putihku)
15
Part 15 ~ Soto susu
16
Part 16 ~ Touching
17
Part 17 ~ Beban dunia akhirat
18
Part 18 ~ Pemanasan
19
Part 19~ 'Meramaikan'
20
Part 20 ~ Bukti Cinta Prasasti
21
Part 21 ~ Menyadarkan jiwa yang telah lelah
22
Part 22~ A lot of change
23
Part 23~ Benih-benih bersemi
24
Part 24 ~ See you again
25
Part 25 ~ Hey hati, apa kamu baik-baik saja?
26
Part 26 ~ Kasmaran
27
Part 27~ Kasmaran 2
28
Part 28 ~ Proyek Cahaya Senja
29
Part 29 ~ Rendrayasa Jennar
30
Part 30 ~ Menyayangi dengan caranya
31
Part 31 ~ Perwira sayang istri
32
Part 32 ~ Bittersweet 1
33
Part 33 ~ Kesetiaan sampai akhir (bittersweet 2)
34
Part 34 ~ Getirnya hidup (Bittersweet 3)
35
Part 35 ~ Rayuan maut
36
Part 36~ Candu
37
Part 37~ Judul kisah kita
38
Part 38 ~ Takut Hamil
39
Part 39~ Teror
40
Part 40~ Saksi kunci
41
Part 41 ~ Cahaya yang menuntunku untuk pulang
42
Part 42~ Snow White
43
Part 43~ Membaik
44
Part 44~ Bertemu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!