Bab Sebelas

Adam menahan langkah Annisa dengan memegang pergelangan tangan wanita itu. Dia tak mau membiarkan gadis itu pergi.

"Lepas, Dam! Aku mau pulang. Sebaiknya kamu pikirkan lagi pernikahan kita ini!" ucap Annisa dengan sedikit ketus.

"Kamu kenapa, Nissa? Selalu saja mengancam dengan hal yang sama! Apa lagi masalahnya?" tanya Adam.

Pertanyaan Adam membuat Annisa makin meradang. Memandangi wajah kekasihnya dengan tatapan tajam.

"Yang mau menikah itu aku bukan Hawaa, Dam. Kenapa hanya nama dia yang selalu kamu sebut? Cincin itu untukku bukan untuk Hawaa!" ucap Annisa dengan suara sedikit tinggi.

Annisa pikir kepergian Hawaa dari kota ini akan membuat Adam lebih perhatian padanya, tapi ternyata sama saja. Semua dunia ini seolah hanya tentang Hawaa.

"Nissa, kalau kamu tak suka tinggal ngomong saja. Lagi pula aku cuma mengatakan jika cincin itu seperti yang Hawaa suka, aku tak meminta kamu harus memilih model yang sama!" ucap Adam.

Annisa menarik napas. Tak ingin semakin terbawa emosi. Dia sadar jika mereka masih berada di tempat umum. Nanti bisa jadi pusat perhatian.

"Aku tanya sekali lagi, apakah kamu ingin pernikahan ini kita teruskan? Jika memang mau, jangan pernah sebut nama Hawaa di saat kita berdua. Aku cemburu. Coba kamu ada di posisiku, setiap kita bertemu aku menyebut nama pria lain, apakah kamu hanya tinggal diam?" tanya Annisa.

"Maaf, Nissa. Kamu tau dari awal kita kenalan, jika aku dekat dengan Hawaa. Dulu kamu tak pernah masalahkan ini, justru kamu yang sering bertanya kabarnya. Tapi jika memang kamu tak suka, baiklah, aku tak akan pernah menyebut namanya sekali pun kamu tanya!" ucap Adam.

Annisa hanya diam. Memang dari awal kenalan, sebelum mereka berpacaran, Adam sudah sering bercerita tentang Hawaa. Mengatakan dirinya hampir mirip dengan gadis itu. Namun, dia juga manusia biasa yang punya rasa cemburu. Dia juga ingin di sebut namanya seperti Adam yang selalu menyebut nama Hawaa di setiap obrolan.

"Carilah cincin sesuai keinginan kamu. Kemarin aku juga sudah katakan, pesan saja sesuai dengan yang kamu mau. Aku ikut saja, tapi kamu tetap bertanya pendapatku," ujar Adam.

"Itu semua karena aku menghargai kamu, Adam!" balas Annisa.

"Tadi kamu mengatakan padaku, coba berada di posisi kamu, sekarang aku juga ingin kamu bayangkan jadi aku. Setiap detik dihabiskan bersama selama delapan belas tahun, apakah salah jika aku begitu dekat. Aku juga sudah katakan, beri aku waktu. Coba kamu lakukan sesuatu yang membuat duniaku teralihkan hanya untukmu! Kenapa kita tidak saling membantu, kau membantu aku agar terbiasa tanpa Hawaa, dan aku akan berusaha melupakannya," ujar Adam panjang lebar.

"Sampai kapan pun, dan apa pun yang aku lakukan tak akan ada artinya jika di dalam hatimu hanya ada nama Hawaa. Semua kembali padamu, kamu yang harus berusaha melupakan dia, bukan atas keinginan aku!" balas Annisa.

"Sekali lagi aku minta maaf. Aku tak akan mengulang lagi. Bukankah sekarang aku juga sudah jarang menceritakan tentang Hawaa. Justru terkadang kamu yang bertanya padaku. Kalau begitu, kita sama-sama tutup mulut untuk tidak menyebut namanya lagi. Jangan tanyakan padaku apa pun tentang Hawaa!" ucap Adam.

Annisa terdiam. Memang terkadang dirinya yang bertanya tentang Hawaa. Namun, itu semua karena rasa bersalahnya. Dia masih berpikir kepergian gadis itu karena dirinya.

Rasa bersalah yang ada pada dirinya membuat dia ingin tahu keadaan Hawaa. Jika gadis itu baik-baik saja dan dalam keadaan baik, dia akan merasa lebih tenang.

Adam menarik tangan Annisa kembali ke toko perhiasan tadi. Dia membiarkan gadis itu memilih cincin sesuai keinginannya. Dia mengikuti saja.

***

Sejak kejadian di toko perhiasan itu, Adam memang tak sekali pun lagi menyebut nama Annisa. Namun, dia sedikit lebih pendiam. Hari ini pria itu mengajak dirinya untuk memesan gaun pengantin. Kedua orang tuanya membebaskan mereka untuk memilih sesuai keinginan.

"Adam, apakah kamu yakin kita sudah siap untuk memesan baju pengantin?" tanya Nisa dengan riang.

"Tentu saja, Nisa. Kita sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Aku yakin kita akan menemukan pakaian yang sempurna hari ini," Adam menjawab dengan senyum simpul. Tiga hari ini sikap pria itu berubah lebih perhatian.

Ada rasa bersalah dalam diri Nisa, karena dia seperti memisahkan saudara. Tapi dia juga tak ingin hatinya tersakiti terus.

Mereka tiba di butik yang ramai dan penuh dengan berbagai pilihan gaun dan jas pengantin. Mata mereka terpana begitu melihat keindahan dan keanggunan pakaian yang terpajang di sana. Adam melangkah antusias sambil menyodorkan tangannya kepada Nisa.

"Ayo, Nisa. Kita jelajahi butik ini dan mencari pakaian pengantin yang terbaik," ujar Adam.

Annisa tersenyum dan menyambut tangan Adam dengan penuh kegembiraan. Mereka mulai mencoba berbagai gaun dan jas, saling memberikan pendapat dan membicarakan fitur mana yang mereka sukai.

"Oh, Adam, lihat gaun ini! Aku suka bagaimana kerahnya terlihat cantik di leherku," ujar Nisa sambil memandang gaun yang memancarkan keanggunan.

"Benar-benar mempesona, Nisa," Adam menjawab, memandangi gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa bersalah setiap kali Annisa marah jika dia menyebut nama Hawaa.

Adam tak ingin pernikahannya gagal, karena itu akan membuat Hawaa marah dan tak mau bertemu dia lagi. Gadis itu selalu mengingatkan dirinya untuk tidak membuat Annisa kecewa, setiap mereka menelepon.

Setelah mencoba beberapa pilihan, akhirnya mereka menemukan baju pengantin yang sempurna. Mereka merasa sudah dekat dengan visi mereka tentang hari pernikahan yang indah.

Setelah memesan baju pengantin yang mereka inginkan, Adam mengajak gadis itu ke restoran dan berkata, "Sekarang, saatnya kita berdua menikmati malam romantis yang aku janjikan kemarin."

Annisa menganggukan kepala tanda setuju. Kemarin malam Adam berjanji mengajaknya makan malam.

Tanpa diketahui oleh Nisa, Adam telah merencanakan makan malam romantis di restoran favorit mereka. Mereka menuju ke restoran yang terletak di tepi pantai, tempat yang selalu memancarkan rasa romantis.

Ketika mereka tiba di restoran dan mencari meja mereka, Adam mendekati seorang pelayan dan memberi tahu tentang reservasinya. Pelayan itu tersenyum dan menunjukkan meja paling tepi dengan pemandangan laut yang membentang luas.

"Terima kasih banyak," ucap Adam sambil tersenyum.

Annisa menatap Adam dengan mata berbinar, "Kamu memang tahu bagaimana cara membuatku bahagia, Adam"

Adam tersenyum dan membalas, "Ini semua aku lakukan sebagai permintaan maaf. Aku ingin malam ini menjadi indah dan tak terlupakan."

Setelah duduk di meja mereka dan menyaksikan matahari terbenam di atas samudera, mereka memesan hidangan favorit mereka dan mulai berbincang.

"Nisa, aku mau mulai hari ini tiada lagi ke salah pahaman. Aku ingin tidak ada lagi pertengkaran. Semoga semua berjalan lancar hingga ke pernikahan," ucap Adam.

Annisa tersenyum bahagia dan memegang tangan Adam, "Aku minta maaf jika tingkahku kurang kamu suka. Semua karena aku sangat mencintaimu."

Keduanya sibuk dengan perbincangan yang hangat, meninggalkan jejak tawa dan canda di sepanjang waktu mereka bersama. Mereka menikmati makan malam lezat sambil saling bercanda dan bergurau.

Bersama-sama, mereka menikmati hidangan penutup, tersenyum dan saling menatap dengan penuh rasa syukur.

"Semoga ini awal yang baik bagi hubungan kita. Dan aku berharap kamu memang pilihan yang tepat bagiku," gumam Annisa dalam hatinya.

***

Di kota lain, Harris sedang berbincang dengan istrinya Nadia dan anaknya Rida. Setahun setelah perpisahan resmi dirinya dan Syifa, istrinya hamil. Usia Rida lebih kurang dengan Gafi.

"Aku ingin kita semua hadir di hari pernikahan putraku," ucap Harris.

"Kamu saja yang pergi, aku malas melihat mantan istrimu itu. Dia selalu saja memamerkan kemesraan dengan suaminya," balas Nadia.

"Aku ikut, aku ingin melihat pernikahan abangku Adam. Pasti dia sangat tampan dengan busana pengantin," ujar Rida.

"Bukankah kamu terakhir bertemu, mengatakan tak ingin lagi main ke kota mereka?" tanya Nadia.

"Aku dulu itu tak suka melihat Hawaa. Dia hanya saudara tiri Adam, tapi terus saja dengan abangku. Sekarang aku sudah besar, aku bisa melawan jika dia masih sok dekat. Aku ini adik sedarah Adam, aku yang lebih berhak dekat dengannya," jawab Rida dengan tersenyum miring.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Rida

Rida

ada aku ditengah tengah keluarga ini ternyata😁

2024-04-19

2

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

masih sama kayak dulu

2024-03-28

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

kirain nadia gk.bs pny ank lg tau nya 11.12.sm.ank.nya sifat nya ..iri.dengki..

2024-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!