Bab Dua Belas

Tak terasa hari yang di nanti itu tiba. Tiga hari lagi, pesta pernikahan Adam dan Annisa akan diadakan di sebuah hotel berbintang. Semua orang sibuk untuk kelancaran acara itu.

Harris dan keluarga telah datang ke kota itu. Dia menginap di hotel di mana acara akan diadakan. Namun, setiap pagi hingga sore akan berada di rumah kediaman Syifa, membantu persiapan pernikahan putranya.

Seperti hari ini mereka semua berkumpul di rumah Syifa. Ibu Marni telah tiada dua tahun lalu. Rida tersenyum begitu melihat Gafi dan Adam.

"Aku tak sabar ingin melihat Abang bersanding, pasti tambah ganteng," ucap Rida dengan sok akrab. Walau dia bicara dengan Adam, tapi matanya terus saja melirik ke arah Gafi. Sepertinya dia tertarik dengan anak laki-laki itu.

Adam hanya menjawab dengan tersenyum. Walau dia memiliki hubungan sedarah dengan Rida, tapi tak bisa seakrab dengan Hawaa. Mungkin karena jarangnya mereka bertemu. Terakhir lima tahun lalu.

Rida ikut duduk di antara Adam dan saudara yang lain. Pria itu tak banyak bicara, hanya sesekali menyahut jika ditanya. Begitu juga Gafi, dia hanya menjawab seperlunya saja.

Nadia memutuskan tidak ikut karena tak ingin terpancing cemburu saat melihat kemesraan Syifa dan Haikal. Sedangkan Harris masih saja seperti dulu. Dingin dan kaku, apalagi semenjak anak mereka mulai remaja.

Sementara anak-anak asyik menonton, ibu-ibu sedang sibuk buat pernikahan Adam dan Annisa besok. Pria itu tampak gelisah dari tadi. Matanya terus saja menatap pintu utama. Seperti menunggu kedatangan seseorang.

Hingga sore hari menjelang, akhirnya Adam memilih masuk ke kamar. Pamit dengan adiknya Rida.

"Dari tadi aku tak melihat kehadiran Kak Hawaa. Kemana dia, Gafi?" tanya Rida.

Gafi tidak langsung menjawab, dia hanya tersenyum saja. Tak menanggapi pertanyaan Rida. Sebenarnya dia juga sedang menunggu kedatangan sang Kakak. Hawaa mengatakan akan pulang sehari sebelum pesta, tapi sudah sesore ini belum terlihat batang hidungnya.

"Kak Hawaa-nya dimana? Dari kemarin tak terlihat." Kembali Rida bertanya. Biasanya dimana ada Adam, pasti ada gadis itu.

"Kak Hawaa kerja di Batam!" jawab Gafi. Dia tak enak hati jika terus tak menjawab pertanyaan gadis itu.

Jawaban yang diberikan Gafi membuat Rida cukup terkejut. Dia bisa melihat betapa semua orang menyayangi gadis itu dan dia tampak begitu manja. Apakah bisa hidup tanpa kedua orang tuanya? Tanya Rida dalam hatinya.

"Kenapa? Bukankah Abi Haikal memiliki perusahaan yang besar dan berkembang. Apakah di Batam itu juga perusahaan Abi?" tanya Rida ingin tahu.

"Bukan ... Kak Hawaa tidak mau bekerja di perusahaan Abi. Dia tak mau jadi bahan omongan karena masuk ke perusahaan Abi sendiri. Orang tak akan pernah lihat keberhasilannya, pasti di kira karena anak Abi saja," jawab Gafi

"Peduli apa dengan omongan orang. Bukankah harta orang tua juga nantinya akan jadi milik anaknya. Jadi, apa salahnya sang anak bekerja di perusahaan orang tuanya. Walau anggap saja dia tak tau apa-apa tentang bisnis, bukankah bisa sekalian belajar sebelum benar-benar jatuh ke tangan kita nantinya," ucap Rida.

"Itulah bedanya Kak Hawaa dengan anak lainnya. Dia mau masuk ke perusahaan setelah memiliki banyak pengalaman, tak mau aji mumpung," balas Gafi.

Rida jadi terdiam mendengar ucapan Gafi. Dia saja masih sekolah sudah mewanti Papanya Harris jika nanti setelah lulus dari universitas dia yang pegang perusahaan sang ayah.

Gafi lalu pamit pada Rida. Dia sepertinya tak begitu menyukai gadis itu. Entah apa alasannya. Apa lagi dia yang pernah berkata kasar pada sang kakak.

***

Annisa duduk di pinggir ranjangnya, wajahnya penuh dengan kegelisahan. Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu, hari dimana dia akan melangsungkan akad nikah dengan Adam, lelaki yang telah menjadi pendampingnya selama hampir tiga tahun terakhir.

Di dalam kamarnya yang sepi, Annisa terduduk sendiri, membatin dalam hati. "Apakah ini benar-benar keputusan yang tepat?" bisiknya pelan sambil memandangi cincin pertunangan yang tergantung di jarinya. Renungannya terus berputar-putar, mencari kepastian.

"Annisa, apa yang sedang kamu pikirkan?" suara ibunya tiba-tiba membuyarkan lamunan Annisa. Ibu Annisa, Ibu Siti, memasuki kamar dengan ekspresi cemas di wajahnya.

"Maaf, Bu, aku sedang berpikir tentang semuanya," jawab Annisa sambil menundukkan wajahnya.

"Tentang apa, Nak?" Ibu Siti duduk di sampingnya, menunjukkan kepedulian seorang ibu pada anak perempuannya.

"Aku bertanya-tanya, apakah aku sudah siap untuk menikah. Apakah aku telah memilih pasangan yang tepat untukku?" tanya Annisa dengan ragu.

Ibu Annisa tersenyum lembut. "Annisa, semua orang akan merasa gugup menjelang pernikahan. Ini adalah hal yang wajar. Tapi kamu harus ingat, pernikahan itu bukan hanya soal siap atau tidak siap. Itu adalah tentang bagaimana kalian menghadapi masa depan bersama-sama."

Annisa menatap ibunya dengan ekspresi penuh tanya. "Tapi, Bu, aku belum yakin dengan semuanya. Apa jika aku menyesal? Apa jika keputusan ini salah?"

Annisa ingin sekali jujur dengan ibunya tentang penyebab keraguannya. Namun, dia takut sang ibu menganggapnya terlalu pencemburu. Dia pernah mengatakan pada ibunya tentang perhatian Adam pada Hawaa, ibu Siti justru mengatakan itu hal yang bagus. Dengan saudaranya saja dia perhatian apa lagi dengan istri nantinya.

Ibu Siti tersenyum penuh keyakinan. "Annisa, tak ada keputusan yang tidak memiliki resiko. Tapi dalam hidup, kita tidak bisa hanya memikirkan resiko. Kita harus berani mengambil langkah maju. Dan kamu tahu, kamu tidak sendirian dalam perjalanan ini. Kamu dan Adam akan menjalani semuanya bersama-sama."

Annisa merasa hatinya sedikit lega mendengar kata-kata ibunya. Ia merasa didukung dan dilindungi. Namun, keraguan masih terus menguasainya.

Ibunya benar, setiap pernikahan pasti akan ada resiko atau masalah. Tidak ada yang berjalan mulus.

"Tapi, Bu, apa yang akan terjadi jika kami tidak sejalan? Apa jika kami tidak mampu menghadapi semua tantangan yang akan datang?"

Ibu Siti mengambil tangan Annisa dan memegangnya erat. "Annisa, dalam sebuah pernikahan, kalian akan belajar untuk kompromi. Kalian akan saling belajar dan tumbuh bersama. Tidak akan ada pernikahan yang sempurna, tapi kalian berdua bisa membuatnya menjadi indah. Kuncinya adalah komunikasi dan kepercayaan."

Annisa mengangguk perlahan, air mata mulai berlinang di pipinya. Dia merasa perlahan-lahan mulai yakin dengan keputusannya.

"Tapi, Bu, apakah kamu yakin bahwa Adam adalah orang yang tepat bagiku?" tanyanya lagi dengan ragu.

"Annisa, kamu telah mengenal Adam selama tiga tahun. Pada saat-saat sulit, Adam selalu ada untukmu. Kamu adalah orang yang paling tahu tentangnya. Tapi aku harus memberi tahu kamu, keputusan tetap ada di tanganmu," Ibu Siti menjawab dengan bijak.

Annisa menghela nafas panjang. "Terima kasih, Bu. Aku sudah merasa lebih yakin sekarang."

Ibu Siti pamit, karena masih banyak yang harus dia lakukan. Meninggalkan sang putri seorang diri.

"Ya Allah yakinkan aku sekali lagi, jika ini yang terbaik bagiku. Aku harap keputusanku untuk menikah adalah keputusan yang tepat," gumam Annisa dalam hatinya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Amelia_Ling

Amelia_Ling

sing tenang bolo sing tenang ,hawa dan Adam bakal bersatu kok,, tapi ya begitu, harus melewati uji coba nya mama Reni 7tanjakan, 7tikungan, 7belokan ,7lembah, 7jurang dan masih banyak lagi yang 7 7nya🤭🤭🤭 yok kita getok si Adam biar peka tuh bocah,,
Anisa , kalo ragu jangan deh,, apalgi pas ijab kabul Adam nya nyebut nama hawa bukan nama mu, wahh sakit tak berdarah Anisa,,
ucapan ibu nya hawa lembut dan enak di baca, ibu yang baik, semoga Anisa demikian🥰,, readers yang baca aja ragu sama Adam, apalgi kamu yang jalani sa,,,

egois dan cemburu itu hal wajar, setiap orang punya rasa egois dan cemburu, tapi dengan versi nya masing2, nggak sama,,
semangat mama Reni, ,

2024-03-27

18

Widi Widurai

Widi Widurai

lah ngapain

2024-04-15

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

terkadang memang kita harus mengikuti kata hati sih disamping shalat istikhoroh sebelum ambil keputusan besar ya,,, mam cuma agak terganggu ko terkadang percakapan sama ortu seperti sama teman yah, walo mungkin ada yang seperti itu sih mungkin yah😇😇

2024-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!