Bab Empat

Setelah pemasangan cincin, kedua orang itu kembali duduk. Mata Adam mencari keberadaan Hawaa karena tak melihat gadis itu di antara seluruh keluarga yang ada. Tiba saatnya makan, dia langsung berdiri.

"Nissa, aku dekat bunda sebentar," pamit Adam. Dia berdiri dan mendekati kedua orang tuanya dan Oma yang sedang menyantap makanan.

"Bunda, Hawaa mana?" tanya Adam dengan nada sedikit kuatir.

Mendengar pertanyaan Adam barulah Syifa menyadari jika Hawaa tidak ada di antara mereka. Dia memandangi ke sekeliling. Tapi, gadis itu tak terlihat.

"Mungkin ke toilet. Tunggu saja sebentar," ucap Syifa. Adam mengangguk tanda setuju.

Di halaman rumah Annisa, tangis Hawaa pecah. Dia tak bisa membendung jatuhnya air mata. Gadis itu merasakan kesunyian di keramaian itu.

"Ya Allah, aku melepasnya, aku melepaskan dia meski dengan terpaksa. Aku janji akan mengikhlaskannya seluas aku mencintainya. Aku kembalikan lagi seluruh cinta ku pada mu karena memang Engkaulah Maha Pemilik cinta ini. Sungguh aku percaya, semua sudah kau atur sebaik-baiknya. Jika dia memang takdir ku, biarlah semesta yang membawanya kembali kepada ku," gumam Hawaa dalam hatinya sambil terus terisak.

Tiba-tiba Hawaa merasa seseorang memeluk tubuhnya dari belakang dengan erat. Gadis itu membalikan badannya. Pria itu membawa kepala gadis itu ke dekapan dadanya. Kembali tangisnya pecah.

"Menangislah, Kak. Jika itu bisa membuat Kak Hawaa lega," ucap Gafi.

"Gafi, perut kakak sakit," ucap Hawaa di sela Isak tangisnya. Dia mengatakan itu hanya sekedar berbohong.

"Aku tau, Kak. Bukan perut kamu yang sakit tapi hatimu," balas Gafi.

Hawaa melepaskan pelukannya. Memandangi wajah adiknya dengan intens.

"Apa maksud kamu?" tanya Hawaa.

"Aku tau jika Kak Hawaa mencintai Bang Adam. Cuma tak berani menyatakan karena itu masih tabu dalam masyarakat dan apa lagi keluarga. Kakak memendam semuanya karena tak ingin mengecewakan keluarga," jawab Gafi.

"Gafi, bukan ...."

Gafi menutup mulut Hawaa dengan tangannya. Walau usianya masih tujuh belas tahun, dia bisa melihat cara pandang dan sikap sang kakak pada abangnya.

"Jangan berbohong lagi. Bicaralah dengan jujur. Mungkin akan dapat mengurangi rasa beban di hati Kak Hawaa. Aku tak akan mengatakan pada siapa pun tentang perasaan kakak. Aku juga tak ingin yang lain kecewa," ucap Gafi.

Tangis Hawaa kembali pecah. Dia memeluk erat tubuh adiknya itu. Tenyata bocah itu telah dewasa. Semua memanjakan Gafi, tak menyangka pikirannya bisa sedewasa itu.

Adam yang sudah tidak sabar menunggu Hawaa lalu berdiri. Dia berjalan menuju dapur dan bertanya tentang keberadaan gadis itu. Namun, tak ada yang melihat ada gadis ke toilet.

Adam lalu melangkah keluar dari ruangan melalui pintu samping. Tanpa dia tahu, Annisa mengikuti dari belakang. Pria itu berjalan keliling rumah hingga sampai ke halaman. Dia melihat Gafi yang sedang memeluk Hawaa. Dia merasa lega.

Dengan langkah pasti, Adam melangkah menuju kedua saudaranya itu. Annisa juga mengikuti dari jarak yang tidak begitu jauh.

"Hawaa, Gafi ...," sapa Adam begitu sampai dihadapan keduanya.

Hawaa dan Gafi melepaskan pelukannya. Memandangi Adam dengan intens. Keduanya terkejut dengan kehadiran sang pria.

Dalam hati keduanya kuatir jika Adam mendengar semua obrolan mereka. Setelah itu Hawaa dan Gafi saling melepas pandang.

"Sejak kapan Abang di sini?" tanya Gafi.

"Baru ... memangnya kenapa?" Adam balik bertanya.

"Jangan kebiasaan, Bang! Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan juga," ujar Gafi.

"Sewot aja. Aku baru datang," balas Adam. Pandangan matanya tertuju pada Hawaa. Mata gadis itu merah, terlihat sekali jika dia baru menangis. Adam berjalan makin mendekat.

"Kamu menangis? Kenapa ...?" tanya Adam. Dia lalu mengeluarkan sapu tangannya dan menghapus air mata Hawaa.

"Sini aku yang hapus," ucap Gafi merebut sapu tangan dari abangnya. Itu dilakukan karena dia tak sengaja melihat kehadiran Annisa.

"Sewot melulu. Hawaa kenapa?" tanya Adam lagi.

"Perutku terasa sakit. Mungkin mau datang bulan," jawab Hawaa pelan.

"Kamu bawa obatnya?" tanya Adam kuatir. Dia hafal betul jika gadis itu akan kesakitan jika akan datang tamu bulanan.

"Lupa ...!"

"Aku belikan obat dulu, kamu tunggu di sini!" seru Adam.

"Tak perlu, Dam. Aku pulang saja. Nanti kau kabari Abi dan Bunda. Aku mau istirahat saja di rumah," balas Hawaa. Dia lalu berdiri.

"Kalau begitu aku antar kamu pulang," jawab Adam.

Saat dia berbalik, Adam terkejut melihat sang tunangan yang telah berdiri dihadapannya. Pria itu lalu tersenyum.

"Kamu mau kemana, Adam. Aku cari-cari ternyata ada di sini!" ucap Annisa sedikit ketus.

"Aku tadi mencari Hawaa. Tak taunya di sini dengan Gafi. Oh, ya. Aku mau pamit sebentar. Mengantar Hawaa pulang. Kasihan, dia sakit perut," jawab Adam.

"Mengantar Kak Hawaa? Apa kamu tak salah bicara? Bagaimana mungkin kamu mengantarkan Kak Hawaa pulang. Perjalanan pulang dan kembali lagi ke sini memakan waktu dua jam. Pasti acara sudah bubar. Apa kata orang nanti, saat mengetahui kamu tak ada di tempat. Nanti di pikir kamu meninggalkan acara karena membatalkan pertunangan! Apa tidak ada orang lain yang bisa mengantar selain kamu!" ucap Annisa dengan nada suara yang cukup tinggi.

"Annisa, aku hanya ingin mengantar saudaraku!" jawab Adam dengan suara yang tak kalah tinggi.

Gafi yang melihat situasi kurang mengenakkan lalu mengambil inisiatif. Dia berdiri dekat sang calon kakak ipar.

"Betul apa yang Kak Annisa katakan. Biar aku saja yang mengantar. Abang tetap di sini!" balas Gafi.

"Gafi saja paham. Dan aku yakin Kak Hawaa juga mengerti," ujar Annisa lagi.

"Iya, Nissa. Aku juga tak akan mau di antar Adam juga Gafi. Apa kata orang-orang jika melihat keluarga kita pulang duluan. Biar aku sendiri saja. Gafi, pamitkan pada Abi dan bunda ya!" ucap Hawaa.

Tanpa menunggu jawaban ketiga orang itu Hawaa berjalan cepat. Ketika Adam dan Annisa tadi berdebat, dia telah memesan taksi. Sebelum mereka menghalangi, dia langsung masuk ke mobil dan meminta supir menjalankan segera meninggalkan rumah itu.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

biarlah kembali kepada takdir, kl kita mikir pandangan orang gk akan selesai Krn tiap orang beda pemikiran dan yg pastinya orang itu selalu merasa benar, yg penting kita gk melanggar hukum Tuhan

2024-04-22

1

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Nama hawa tingkah memalukan, masa bisa menjatuhkan hati ke saudara tiri pakai acara nangis lagi

2024-04-18

0

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

Oh ikatan adik kakak memang kuat 😭😗😗

2024-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!