Bab Tujuh

Semua pasti tau kisah nabi Adam dan Hawaa, awalnya mereka bahagia di Syurga, namun karena godaan syetan yang terkutuk. Keduanya dikirimkan ke Bumi untuk menjalankan ujian sebagai akibat melanggar aturan Allah.

Itu yang dihindari Hawaa. Dia tak mau karena cintanya, akan melakukan suatu dosa. Misalnya, hingga menyakiti hati wanita lain. Lebih baik dia yang mundur sebelum cinta itu menghilangkan logikanya.

Nabi Adam dan Hawa dipisahkan, dari ujung dunia satu dan ujung dunia lainnya. Maha Baiknya Allah sebagai pengatur kebahagiaan terbaik, dipersatukan kembali keduanya, hingga mempunyai anak.

Jika Adam dan Hawaa memang berjodoh, suatu hari Allah pasti akan mempersatukan mereka kembali.

Hawaa berjalan pelan memasuki rumahnya. Jam baru menunjukan pukul tiga sore. Dia mau mempersiapkan semua barang-barang yang akan di bawa lusa. Besok gadis itu ingin menghabiskan waktunya bersama sang bunda sebelum bekerja ke luar kota.

Saat sampai di ruang keluarga, dia melihat bundanya yang sedang tidur di paha Abi. Dia tersenyum. Kemesraan keduanya tak luntur walau sudah lama menikah. Abi masih terus meratukan bundanya.

Gadis itu berdehem agar kedua orang tuanya menyadari kehadirannya. Melihat Hawaa, sang bunda langsung bangun, tersenyum malu.

"Kamu sudah pulang, Sayang?" tanya Syifa dengan tersenyum simpul. Mungkin tak mengira sang putri cepat pulang dan melihat dia yang sedang bermanja dengan sang suami.

"Sudah, Bunda," jawab Hawaa. Dia lalu duduk di antara keduanya.

"Kenapa cepat pulangnya?" tanya Abi Haikal.

Hawaa hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Abi-nya. Dia memeluk sang bunda. Menyandarkan kepala di bahu wanita itu.

Sejak awal pertemuan dengan bunda Syifa, dia juga telah jatuh cinta dengan wanita itu. Kasih sayangnya yang tulus membuat Hawaa langsung menyayanginya. Dia lebih memilih wanita itu dari Celine sang tante. Hingga tantenya harus pergi menjauh.

Hawaa jadi teringat kisah cintanya. Hampir sama dengan Tantenya. Harus pergi menjauh demi menjaga kewarasan hati. Hingga dia bertemu dengan seorang bule dan membawanya ikut tinggal di negara sang suami. Rasanya Hawaa ingin tinggal lagi bersama sang Tante di Australia.

"Abi, Bunda, sebenarnya aku pulang cepat karena sudah resign dari kantor," ucap Hawaa pelan.

Suaranya yang pelan tetap dapat di dengar Syifa dan Haikal. Keduanya langsung memandangi sang putri.

"Kamu capek, Nak? Dari awal Abi sudah katakan, kerja saja di kantor Abi. Apa lagi sekarang sudah ada Adam. Pasti jauh lebih ringan semua pekerjaan di kantor," ucap Haikal.

"Aku resign dari kantor yang sekarang, bukan dari perusahaannya," balas Hawaa.

"Maksudnya ...?" tanya Haikal.

Dia mungkin mengerti ucapan Hawaa, tapi ingin jawaban yang pasti dari anak gadisnya itu. Sebagai pengusaha dia tahu itu artinya sang anak hanya pindah kantor.

"Aku pindah ke kantor cabang di Batam," jawab Hawaa dengan suara pelan.

Walau dia menjawab dengan suara pelan, tapi Haikal dan Syifa dapat mendengarnya dengan baik. Keduanya langsung menatap Hawaa, meminta jawaban. Gadis itu menunduk, tak berani menatap kedua orang tuanya.

"Hawaa, kamu bercanda saja'kan?" tanya Syifa dengan suara yang masih sangat terkejut.

"Abi harap semua ini hanya candaan saja!" seru Haikal.

"Itu benar Abi, Bunda. Aku lusa mulai bekerja di perusahaan cabang di Batam. Aku ingin pamit dan meminta izin pada Abi serta Bunda. Aku akan berangkat lusa," balas Hawaa.

Haikal yang awalnya memeluk tubuh sang putri spontan melepaskan. Dia memperbaiki duduknya menjadi tegak.

"Bercanda kamu tak lucu, Abi tak suka!" ucap Haikal.

Syifa juga merubah duduknya. Memandangi wajah putrinya. Walau Hawaa bukan terlahir dari rahimnya, tapi sayangnya pada gadis itu jangan diragukan. Dia tak pernah membedakan ketiga anaknya.

"Sayang, apa semua itu benar? Kenapa mendadak begini? Apa yang menyebabkan kamu memutuskan pindah ke kota Batam?" Syifa mengajukan banyak pertanyaan.

Wajah Haikal tampak berubah. Dia sepertinya tak bisa menerima keputusan ini. Apa lagi semua seperti mendadak.

"Aku tidak bohong, Abi, Bunda. Aku akan pindah ke Batam dan semua ini aku lakukan biar bisa mengembangkan karirku," jawab Hawaa.

"Abi tak mengizinkan! Apa kata orang-orang jika tau kamu kerja hingga sejauh itu, padahal kamu bisa bekerja di perusahaan Abi saja!" ucap Haikal dengan penuh penekanan.

Hawaa terdiam mendengar ucapan Abi-nya. Dia menunduk dan air matanya mulai jatuh membasahi pipi. Adam dan Gafi yang telah pulang, heran melihat ketegangan ketiga. Mendengar saja apa yang Abi-nya ucapkan.

"Abi, izinkan aku kali ini untuk bekerja di sana! Aku janji tidak akan merepotkan Abi dan Bunda. Dengan jauh dari Bunda, aku juga bisa sekaligus belajar masak," jawab Hawaa.

Adam yang dari tadi diam akhirnya ikut bicara. Dia tak bisa lagi menahan keinginan untuk mengatakan apa yang saat ini dia pikirkan.

"Kenapa harus jauh-jauh, Hawaa? Kamu resign saja dari perusahaan. Jika memang ingin karirmu makin tinggi, aku akan beri kamu satu proyek besar di perusahaan Abi, dan semuanya kamu kerjakan saja sendiri. Kamu bisa ambil pengalaman dari proyek itu, kenapa harus jauh-jauh cari pengalaman kerja?" tanya Adam.

Gafi yang bisa menebak tujuan sang kakak pindah ke luar kota hanya bisa diam. Sebagai anak yang paling kecil dia tak bisa memberikan nasehat. Hanya mendengarkan saja.

"Adam, ini bukan hanya soal pengalaman. Jika aku bekerja di perusahaan Abi, bagaimana pun kehebatanku, mereka hanya akan memandang sebelah mata dan pasti berpikir jika semua itu karena aku anaknya Abi!" ucap Hawaa.

Haikal berdiri dari duduknya. Dia ingin masuk ke kamar. Tak ingin berdebat dengan putri kesayangannya itu lagi. Baru saja ingin melangkah, pria itu kembali dikejutkan dengan apa yang Hawaa lakukan.

Hawaa berlutut dihadapan sang ayah. Meraih tangan Haikal dan menggenggamnya.

"Abi, mohon izinkan aku untuk mencoba pengalaman baru ini. Selama ini kebutuhanku selalu disediakan Abi dan Bunda, sehingga aku menjadi manja. Aku ingin belajar mandiri juga, Abi!" ucap Hawaa.

"Abi tetap tak setuju!" ucap Abi Haikal dengan tegas.

"Abi, aku mohon ... Aku tak akan berdiri hingga Abi mengizinkan aku bekerja ke luar kota!" balas Hawaa. Dia terpaksa mengancam Abi-nya agar dapat izin.

"Apa alasan sebenarnya kamu pindah ke luar kota? Apa karena Adam akan menikah, sedangkan kamu masih sendiri?" tanya Haikal.

"Kemarin malam saja semua dikagetkan dengan kepulangan kamu yang tiba-tiba. Jika kamu memutuskan pergi di saat Adam mau menikah, pasti orang akan berpikir jika kamu tidak bisa menerima pernikahannya sehingga kamu memutuskan pergi! Atau semua ini memang ada kaitannya dengan Adam?" tanya Abi Haikal dengan suara yang cukup tinggi.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Hawa cewek geblek cerdas tapi bego emang bisa nikah sama adik tiri sementara ayah bundanya aja masih sah sbg pasangan

2024-04-18

1

Rahmawati

Rahmawati

tepat sekali tebakan abi, ini semua karena Adam, hawa gk mau merusak hubungan antar keleuarga

2024-04-26

0

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

sediiih jadi hawa

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!