XVII

"Gritte.." Azcel menyipitkan matanya, menajamkan penglihatannya meyakinkan bahwa apa yang dia lihat tidaklah salah.

"Azcel.." meskipun panggilannya cukup lirih namun Gritte masih bisa mendengarnya.

sejak 15 menit lalu dirinya berdiri disini, Gritte ragu untuk mengetuk pintu di hadapannya, dirinya takut akan di maki atau lebih parahnya di usir oleh putra tirinya sekaligus mantan terindahnya itu.

Yakin bahwa yang kini berdiri di hadapannya adalah Gritte, Azcel segera melangkah mendekat ke arah pintu apartmen, dengan terburu-buru dirinya membuka pintu itu lalu mendorong Gritte masuk kedalamnya.

Azcel menutup pintu menggunakan kakinya, Gritte yang terkejut itu tanpa sadar menjatuhkan kotak yang berisi beberapa macam hidangan untuk makan malam Azcel.

Setelah melihat kehadiran Gritte di depan kamar apartemennya Azcel semakin tidak mampu menahan gairah yang sejak tadi sudah bergejolak dalam diri. Azcel mendorong Gritte ke pintu, mengukung tubuh kecil itu ke dalam pelukannya.

cup.. Sekilas Azcel mengecup bibir merah yang selama ini menjadi candunya, rasa manis dari bibir itu yang selalu dirindukannya itu ternyata masih tetap sama, tidak berubah sedikitpun. Tidak mendapat penolakan dari Gritte, Azcel kini semakin menekan leher belakang Gritte agar dirinya bisa dengan leluasa mengecap bibir manis milik perempuan dari masa lalunya.

Kecupan yang awalnya terasa biasa saja kini semakin memanas sejak lidah Azcel menerobos masuk ke dalam bibir Gritte, mengabsen setiap sudut, menyecap sekaligus melumat habis tanpa sisa sedikitpun dari rasa manis itu. Dengan bibir yang masih bertaut, Azcel menuntun Gritte menuju kamarnya, tangan laki-laki itu sudah menjalar kemana-mana tanpa harus di interupsi bahkan baju atas milik Gritte pun sudah berantakan dan hampir terbuka semuanya.

Puas bermain-main di bibir, kini ciuman Azcel berpindah ke belakang telinga Gritte turun ke leher dan berhenti pada area favoritnya, kini dada Gritte sedikit lebih besar dari sebelumnya. Merasakan gundukan yang semakin indah di pandang Azcel semakin mengeraskan remasannya, melihat ujung berwarna pink itu mencuat dan menegang membuat Azcel tidak sabar untuk melumatnya dengan rakus.

egh.. tanpa saar Gritte kelepasan mendesah nikmat karena ulah Azcel. Terbawa oleh rasa rindu dua tahun tak tersentuh membuat Gritte khilaf.

"Mendesahlah sayang, aku rindu desahanmu" efek dari obat yang di berikan Yukira ternyata membuat Azcel semakin menggebu apalagi setelah melihat kehadiran Gritte yang sejauh ini masih menempati sudut tersendiri di dalam hatinya. Azcel yang sudah diliputi rasa gairah yang memuncak itu segera melepaskan pakaiannya hingga tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh indah lelaki ini. Kulit putih bersih, dada bidang, perut sixpack bagaikan roti sobek hajatan, di tambah lagi kejantanannya yang memiliki ukuran luar biasa bisa membuat banyak kaum hawa sesak nafas hanya melihatnya saja.

Azcel yang sudah tidak sabar itu segera menindih tubuh Gritte, merobek pakaian perempuan itu lalu melemparkannya ke sembarang arah. Azcel kembali mencumbu Gritte dengan brutal.

"ooh Azcel.. engh.." ulah Azcel benar-benar menghanyutkan Gritte.

"kau mau lebih sayang.. aku bahkan sudah tidak tahan.." entah setan apa yang menyesatkan mereka berdua.

Azcel membuka lebar kaki Gritte, kejantanan lelaki itu siap masuk kedalam tempat yang bisa menghangatkan sekaligus memabukkan, namun belum juga ujungnya menyentuh milik Gritte, perempuan itu seolah tersadar bahwa apa yang di lakukan nya ini adalah salah.

"Tunggu Azcel." Kedua tangan Gritte mendorong dada Azcel.

"Kenapa sayang? Kau mau bermain kasar? Bukankah kau tidak menyukainya?"

"Tidak, tidak! Ini tidak boleh! Ini salah! Kota tidak boleh melakukan ini!" Gritte segera menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Apa maksudmu Gritte? Kau biasanya selalu menyambut dengan senang." Tidak terima dengan penolakan Gritte, Azcel yang sedikit kesal itu uring-uringan tidak jelas.

"Keluarlah Azcel! Biarkan aku ganti baju dan pergi dari sini!"

Bukannya melangkah keluar, Azcel justru semakin mendekat dan menarik selimut yang menutupi tubuh polos Gritte, secepat mungkin Azcel melumat kembali bibir Gritte yang sudah menjadi candunya itu. Tak cukup sampai disitu Azcel segera menindih tubuh kecil itu lalu memasukkan dua jarinya dalam area V Gritte.

"Egh, hentikan Azcel!" mendesah sekaligus meronta berupaya dirinya bisa terlepas dari kungkungan lelaki brengsek yang justru sialnya pernah dia cintai secara ugal-ugalan. Melihat Gritte yang semakin meronta meminta di lepaskan membuat Azcel semakin mempercepat gerakan jari tangannya, bibirnya pun tak tinggal diam masih terus melumat penuh gairah pada bibir Gritte, tangan satunya pun tak tinggal diam juga tetap bekerja meremas dua buah payu dara Gritte dengan bergantian.

egh.. oh.. aahhh.. Tak butuh waktu lama akhirnya Gritte mencapai puncak orgasmenya hanya dengan bantuan tangan Azcel yang sangat kurang ajar tapi memabukkan. Gritte mengatur nafasnya yang memburu, meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke dalam paru-paru nya.

"Kau seolah-olah menolakku tapi ternyata kau menikmatinya juga." mendengar ucapan Azcel, Gritte segera bangun dari posisi tidurnya. Tanpa berfikir malu karena dirinya sedang polos Gritte melangkah mendekati Azcel yang berdiri di ujung ranjang.

Plak! Tamparan keras itu Gritte layangkan pada Azcel. Azcel yang di tampar secara mendadak itu hanya diam, memahami situasi apa yang kini di alaminya. Sudah ku buat enak, tapi aku malah di tampar. Kira-kira itulah yang ada di dalam fikiran Azcel.

Azcel yang tidak terima atas perlakuan Gritte segera menggendong Gritte lalu melemparkannya pada ranjang king size milik Azcel. Lelaki itu kembali menggila, menindih dan berusaha mendapatkan apa yang memang dia butuhkan sejak tadi.

Gritte yang merasa posisinya tidak aman kini hanya bisa menangis dan meronta, memukul dada Azcel berkali-kali namun sepertinya tak berpengaruh terhadap Azcel yang tetap asik mencumbunya.

"Tidak Azcel, bagaimana pun juga aku adalah istri daddy mu!!"

Suara Grite terdengar tegas namun terselip ketakutan dikala bibir yang berucap itu bergetar kecil.

"Oh ayolah Grite, jangan munafik! Bagaimanapun juga kita pernah melakukannya dengan penuh cinta!"

Azcel yang sudah dipenuhi gairah itu terus memojokkan Grite hingga menyentuh kepala ranjang yang membuat Grite tidak dapat kabur. Jangankan untuk kabur, untuk bergerak saja Grite tidak bisa melakukannya.

"Kau bajingan Azcel! Kau bukan Azcel yang kukenal dulu! Azcel yang kukenal tidak kurang ajar sepertimu, bahkan dia melakukan perempuan dengan lembut dan menghormatinya sama seperti dia menghormati mendiang ibunya!" Gritte berteriak di sela tangisannya.

Mendengar seorang ibu di sebut membuat Azcel sadar dengan apa yang sudah di lakukannya. Azcel mengusap wajahnya serta mengacak rambutnya kasar. Lelaki itu seolah sadar dan merasa bersalah dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap Gritte, Azcel segera melangkah menuju kamar mandi dan menutup pintu itu dengan kasar.

Bruak!

Gritte yang masih shock itu berjingkat kaget mendengar suara pintu yang dibanting. Menyadari Azcel tidak ada di dalam kamar itu segera dirinya merapikan diri, karena pakaiannya di robek oleh Azcel, Gritte terpaksa mengambil kemeja milik Azcel di dalam almari pakaian secara acak. Yang penting aku bisa segera keluar dari tempat ini. Setelah selesai bersiap dan merapikan dirinya sendiri seadanya Gritte segera melangkah keluar dari kamar, ceceran makan malam yang dirinya bawa tadi pun tidak dia pedulikan. Keinginannya saat ini hanya satu yaitu segera keluar dari tempat penuh ancaman ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Please jangan pelit like/comen/vote/gift nya yaa sahabat reed 💙

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!