Setelah kejadian beberapa tahun lalu hubungan Azcel dan Gritte justru semakin renggang saja, bagaimana mungkin akan semakin membaik jika apa yang terjadi sungguh tidak pantas untuk hubungan seorang ibu dan anak meskipun itu hanyalah sebatas anak tiri. Azcel yang merutuki kebodohannya semakin menggila dalam bekerja agar ingatan memalukan itu dapat terlupakan meskipun hanya sejenak. Sedangkan Gritte kini lebih fokus mengurus suami tuanya yang justru semakin kesini semakin hot saja.
"Sayang, apa kamu tidak ingin honeymoon?" pagi ini sambil di temani secangkir kopi hitam Agio duduk santai menghirup udara segar taman belakang rumah di temani istri manisnya.
"Sudah tua begini kamu masih memikirkan honeymoon?" Gritte tersenyum sambil menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah suaminya itu.
"Ehh jangan salah, tua-tua begini jiwa dan tenagaku tidak kalah dengan yang muda sayang." Agio menoel gemas ujung hidung Gritte.
"Iya.. iya aku percaya. Terserah kamu sajalah, aku ikut kemanapun kamu membawaku." Gritte menyandarkan kepalanya di pundak Agio.
"Ini baru istriku." Agio mengecup pucuk kepala Gritte.
"Ehh tunggu! Kita sudah menikah bertahun-tahun Agio, kenapa kau masih memikirkan Honeymoon. Bahkan kita sudah berkali-kali Honeymoon." Heran?? tentu saja. Pernikahan mereka sudah terjalin 5 tahun lebih, apalagi setelah 2 tahun lalu kejadian di apartemen Azcel sudah membuat Gritte menjadi nyonya muda Agio seutuhnya. Mereka sudah sering berpergian bisnis yang juga sekaligus merangkap sebagai bulan madu berkali-kali.
"Tapi honeymoon-honeymoon sebelumnya kan belum jadi Agio junior sayang." Agio mengelus mesra rambut Gritte yang tergerai dengan indah.
"Dengan umurmu yang sudah tua ini kau masih memikirkan untuk memiliki anak?" Gritte cukup terheran dengan keinginan sang suami, bagaimana tidak, usia Agio sudah hampir 60tahun.
"Apa kau keberatan? Apa kau tidak menginginkan seorang anak? Putri cantik misalnya?"
"Entahlah, biar aku pikirkan lagi." Jawaban ambigu dari Gritte membuat Agio gemas dan menghujami dengan ciuman singkat bertubi-tubi di seluruh wajah Gritte.
Keikhlasan hatinya dalam menerima takdir sepertinya membuat kelegaan dan kebahagiaan tersendiri bagi Gritte. Ternyata benar, dengan bersyukur kita akan merasakan kedamaian dalam hidup.
Sementara itu di lain tempat,
"Jo, datang ke ruangan ku sekarang!" Telfon tertutup begitu saja sebelum seseorang diseberang sana menjawab.
Tok tok
"Masuk!"
"Ada apa tuan menganggil saya?" Jonathan hanya bisa menunduk. Merasa dirinya tidak membuat kesalahan namun tampang tampan di depannya terlihat tidak bersahabat.
"Kosongkan jadwal ku dari lusa hingga 10 hari kedepan. Aku membutuhkan liburan sejenak Jo." Guratan lelah terlihat di wajah Azcel, pria itu tetap duduk di kursi kebesarannya dengan memijat ujung pangkal hidung sambil terpejam.
"Baik tuan. Jadwal dua hari kedepan akan saya revisi dan segera saya antarkan kemari." Setelah mengatakan itu Jonathan segera keluar dan melanjutkan pekerjaannya yang terjeda sejenak.
Azcel yang merasa pening dengan segala aktivitas menginginkan sedikit liburan untuk merefresh seluruh isi otak dan mencharge tenaganya. Selain lelah bekerja dirinya juga lelah memikirkan jalan hidupnya yang penuh dengan kekecewaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kak Azcel ngapain disini?"
Azcel yang merasa familiar dengan suara perempuan itu mengernyit "Kamu ngapain disini?"
"ish, di tanya malah balik tanya!" Disha menggerutu pelan namun masih terdengar di telinga Azcel.
mendapat tatapan tajam dari Azcel membuat sedikit nyali seorang Disha menciut.
"Ada teman ku ulang tahun dan di adakan di club ini."
"Kenapa harus di club? Bocil seperti kalian tidak pantas berada di tempat seperti ini."
"Bocil dari mananya?? aku udah dewasa ya kak, udah mau 20 tahun!" Disha yang tidak terima di sebut bocil itu mengerucutkan bibirnya.
"Oh ya?! Kenapa aku baru sadar?" batin Azcel mengakui jika Disha sudah dewasa bukan lagi gadis kecil seperti 5 tahun lalu saat awal mereka bertemu. Tatapan intens Azcel membuat Disha salah tingkah.
"Tahan Disha, dia hanya menatap mu. Bukan mengajak mu nikah!" jantung Disha berdetak kencang, merasakan debaran hebat saat di tatap dalam oleh lelaki yang selama ini pelan-pelan sudah berhasil menyusup ke setiap sela di hatinya.
"Kak aku permisi dulu ya, sepertinya acaranya akan segera di mulai." merasa semakin lama jantungnya berada di zona darurat Disha memilih menghindar saja.
"Pulang bersamaku!"
"Apa??"
"Sekarang! Pulang bersamaku!" perintah atau permintaan? Entahlah, pokoknya Azcel tidak menerima penolakan.
"Sebentar, aku pamitan dulu dengan yang lain."
"Tidak perlu!" Azcel segera berdiri dan menarik Tangan Disha dengan sedikit tergesa-gesa menuju tempat parkir mobilnya bahkan Azcel sedikit mendorong tubuh Disha agar masuk ke dalam mobil.
"Kak ini mau kemana? Ini bukan jalan menuju apartemen ku." Disha yang hafal arah jalan pulang pun tau jika ini memang bukan arah menuju apartemennya. Sedangkan Azcel yang merasa kesal pun diam seribu bahasa fokus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
30 menit berada di dalam mobil dengan keheningan kini mobil berhenti di depan lobi hotel bintang lima. Vans Hotel tertulis dengan besar dengan lampu menyala berwarna putih berpadu emas menambah kesan mewah pada nama hotel tersebut.
"Kak Azcel, ngapain kita ke hotel?" Disha cukup panik menyadari kini dirinya berada di hotel dengan seorang pria meskipun pria itu sudah mengisi hatinya secara ugal-ugalan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Uuh sayang, ini sungguh nikmat.." Malam dingin terasa panas di dalam salah satu kamar tidur sepasang suami istri yang tengah memadu kasih.
"ooh Agio.." lenguhan kenikmatan terdengar merdu di telinga Agio ketika istrinya menyebut namanya penuh damba.
"enak sayang?" Setelah puas bermain dibawah menggunakan bibirnya Agio mendongak, melihat wajah merah istrinya yang menahan malu.
Agio segera naik ke atas, melebarkan gerbang surga dunianya, siap memasukkan burung perkasanya kedalam surga itu.
"Oohhh, masih saja terasa sempit" lenguhannya ketika benda panjang dan berurat itu mulai keluar masuk dengan ritme pelan. Agio terus memaju mundurkan pinggulnya semakin cepat, terkadang juga menghentak dengan keras, tak ketinggalan kedua tangan Agio juga bekerja keras memberikan rangsangan untuk Gritte. Tangan kirinya sebagai tumpuan agar tidak menindih Gritte, sedangkan tangan satunya lagi dia gunakan mengelus, memijit bahkan terkadang juga meremas dada Gritte yang mulus menggoda.
"Agio, ak.. kuuh.. mau.."
"Sebentar lagi, bersama" mengetahui perempuan dibawahnya akan mencapai puncak Agio segera mempercepat gerakan pinggulnya. Menghentak dengan kencang hingga penuh kedalam lubang kenikmatan Gritte, mencium seluruh wajah Gritte bahkan meninggalkan beberapa tanda kepemilikan berwarna merah ke unguan di leher dan dada Gritte.
"uuh, ahh" akhirnya setelah beberapa kali berganti gaya dalam waktu 3 jam terdengar lenguhan panjang bersamaan ketika kedua pasangan halal itu mencapai apa yang menjadi tujuan utama ketika mereka memulai sebuah misi rahasia di dalam kamar tidurnya.
"Terimakasih sayang, kamu selalu memuaskan." Agio mengecup bibir Gritte, belum puas sampai disitu dia melumat sebentar bibir yang menjadi candunya sejak beberapa tahun terakhir ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf ya sahabat reed sepertinya bab ini kurang nyambung karena kelamaan facum 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments