Sarapan pagi bersama Agio dan Gritte lalu malamnya makan bersama Yukira sepertinya hari yang cukup menyialkan bagi Azcel. Seperti orang tua lainnya Agio juga ingin melihat putra semata wayangnya bahagia, menikah dengan perempuan cantik, baik dan kaya juga salah satu impian Agio untuk sang putra. Maka dari itu dirinya berusaha mendekatkan Yukira dengan Azcel apalagi Kato sahabat lamanya juga mengatakan bahwa Yukira memiliki ketertarikan terhadap Azcel sejak awal perjumpaan mereka beberapa bulan yang lalu.
Bagaimana bisa Azcel membuka pintu hati untuk mencintai wanita lain sedangkan cintanya sudah habis pada diri Gritte lalu tersakiti begitu dalam hingga rasa cinta itu benar-benar sudah mati dalam hatinya. Apalagi dalam perjumpaan pertama kesannya terhadap Yukira begitu tidak baik, Azcel bisa menilai bahwa Yukira adalah perempuan manja dengan sejuta kemauan kuat yang sama sekali tidak bisa di tolak. Merepotkan!
tok..tok..
"Masuk!"
Belum juga Jonathan mengutarakan apa yang ingin disampaikan namun Azcel sudah menyela terlebih dahulu. "Apa ada kencan makan malam romantis lagi?!" dengan sesungging senyum mengejek.
"Ck! menjengkelkan! Bahkan berkacalah tuan, senyummu itu sungguh sangat menjijikkan" ungkap Jonathan dalam hati. Ya iyalah dalam hati, memangnya dia mau mati saat ini.
"Maaf tuan, agenda anda hari ini hanya satu yaitu menemani tuan Kato melihat proyek setelah makan siang." Jo yang pada dasarnya tidak suka berbasa-basi busuk langsung mengutarakan apa yang menjadi tujuannya datang ke ruangan bos-nya itu.
"Sialan kau Jo!" Maki Azcel yang geram karena asistennya itu sungguh sangat flat dan to the point. "Aku tidak mau datang, suruh Agio saja. Aku malas bertemu dengan orang-orang yang membuat hidupku repot! Waktuku sangat berharga." setelah mengatakan itu Azcel kembali menghadap laptopnya.
"Tapi tuan.."
"Apanya yang merepotkan?! Kau hanya tinggal berjalan di sisinya lalu menjelaskan apa yang seharusnya kau jelaskan tentang proyek itu." Tiba-tiba Agio datang tanpa permisi dan memotong ucapan Jonathan.
"Kalau menurut daddy itu tidak merepotkan maka daddy saja yang datang!" Azcel masih fokus pada laptopnya, dia tidak menatap Agio sama sekali.
"Keluarlah Jo! Biar aku yang berbicara padanya."
"Baik tuan, saya permisi." Jonathan sedikit membungkuk lalu berjalan menuju pintu keluar. Hingga pintu tertutup dan Jonathan menghilang di balik pintu barulah Agio bergerak, berjalan menuju sofa di ruangan itu.
"Jika kau tidak menyukainya maka katakanlah Azcel, setiap masalah itu di hadapi bukan malah kau hindari , seharusnya...."
"Masalah? Masalah apa yang daddy maksud? Jika tuan Kato dan putrinya adalah masalah yang sedang daddy bahas maka seharusnya daddy lah yang menyelesaikan karena daddy yang memulainya. Aku sudah mengatakan berkali-kali untuk daddy tidak ikut campur dalam urusan hidupku apalagi itu menyangkut masa depan ku. Aku bisa mencari pasanganku sendiri, daddy tidak perlu takut kalau aku akan mengambil Gritte dari hidup daddy karena aku tidak akan pernah mengambil kembali apapun yang sudah aku lepaskan!"
"Azcel maafkan daddy tapi bukan itu maksud daddy, kau sudah cukup berumur untuk berumah tangga, daddy juga sakit-sakitan, daddy hanya ingin melihat mu menikah dan bahagia dengan keluarga kecilmu. Umur seseorang tidak ada yang tahu Azcel."
"Kalau daddy sudah tahu bahwa umur tidak ada yang tahu maka daddy tidak perlu risau dengan pernikahan ku, jalani saja hidup daddy dan biarkan semuanya seperti ini. Aku tahu siapa yang terbaik untuk mendampingi hidupku."
Mendengar putranya yang keras kepala sepertinya Agio hanya bisa menghela nafas panjang.
"Jika daddy datang kemari hanya ingin berbasa-basi sebaiknya daddy pergi, tentunya daddy tahu kan jika jabatan yang daddy limpahkan ini tidak bisa membuat ku bersantai." sinisnya.
"Daddy kesini sebenarnya ingin berpamitan padamu, sore nanti daddy akan berangkat ke Indonesia, daddy ingin mengunjungi eyang mu dan makam ibunya Gritte. Apa kau ingin menitipkan sesuatu untuk mereka?" Agio tahu bahwa kedua orang tua mendiang sang istri lebih banyak menempati ruang hati Azcel ketimbang dirinya. Agio juga tahu bahwa semasa hidup ibu Gritte juga sangat menyayangi Azcel seperti putranya sendiri begitupun sebaliknya.
"Tidak perlu aku bisa datang ke Indonesia sendiri kapanpun aku mau." Masih dengan sinisnya.
"Baiklah kalau gitu daddy pergi dulu." Agio melangkah setelah mencapai pintu dirinya berbalik menatap Azcel yang tetap acuh dan fokus menatap laptopnya sejak tadi. "Untuk Kato, biarkan daddy yang membatalkan pertemuan hari ini."
"hmm" Azcel yang terlanjur kesal itu hanya bergumam saja.
Setelah kepergian Agio ruangan itu menjadi hening, hanya helaan nafas Azcel yang terdengar. Pikirannya melayang jauh mengingat bagaimana betapa bahagia hidupnya dulu, bagaimana hari-harinya yang di lalui bersama dengan orang-orang tersayang yang tentu juga menyayanginya. Kedua eyangnya yang tak henti-henti menunjukkan bahwa mereka sangat menyayangi Azcel, Gritte dengan cintanya yang begitu besar dan begitu hebat, serta ibu Gritte yang memperlakukan dirinya begitu sempurna seperti sosok ibu yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Shit! Ayo lah Azcel lupakan itu semuanya. Kau boleh menyimpan di dalam memori mu sebagai kenangan tapi jangan sampai perasaan itu tumbuh lagi. Dia sudah bukan milikmu lagi, bahkan kau tidak punya kesempatan lagi untuk memilikinya. Azcel mensugesti dirinya sendiri bahwa memang Gritte kini sudah tidak boleh dirinya gapai.
🍃🍃🍃
"Hallo Disha yang manis"
"Hay kak Adit calon dokter idaman banyak wanita hehe" Disha yang memang ceria, humble dan sedikit cerewet ini cukup dekat dengan Adit apalagi sejak pertemuan mereka di restauran kemarin malam.
"Jadi setelah satu tahun disini tempat mana saja yang sudah kamu kunjungi?" Adit duduk di kursi tepat berhadapan dengan Disha, mereka sengaja janjian makan siang sesuai dengan janji Disha jika bulan ini banyak bonusnya maka dia akan mentraktir Aditya yang kini sudah dianggap kakak olehnya.
"Hmmm tidak banyak, selain disini aku fokus belajar aku juga sibuk bekerja menumpuk pengalaman." Disha nyengir menunjukkan gigi gingsul yang semakin membuatnya terlihat sangat manis.
"Selagi kamu masih disini maka pergilah ketempat yang kamu inginkan, jika bisa semuanya datangilah. Simpanlah dalam ingatanmu agar kelak bisa kau ceritakan pada anak cucumu."
"Serius sekali sih kak, lagian nih ya bagaimana jika aku menikah dengan pria kaya raya yang berasal dari negara ini. Maka saat itulah aku akan menghabiskan sedikit kekayaannya untuk berkeliling Amerika, tidak tidak, bukan hanya Amerika tapi seluruh dunia. Hahaha" gelak tawa tanpa jaim terdengar dari bibir mungil Disha. "Aduh!" terdengar keluhan Disha saat Aditya melemparinya tisu bekas.
"Jangan ngayal mulu kamu! Ayo makan!" Aditya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Disha, jika boleh jujur Aditya bahagia bersama Disha, dengan Disha semua kelelahan yang dia rasa menghilang. Ibaratkan ponsel Disha itu charger nya.
Menjadi sahabat Azcel suatu keberuntungan bagi Aditya, karena Azcel dia bisa menggapai cita-cita nya. Dia yang sebatang kara bisa bersekolah, berkehidupan cukup mewah, makan enak tanpa harus mikir besok bisa makan atau tidak, tempat tinggal yang nyaman tapi tentu saja dengan imbalan dirinya harus bisa membanggakan bagi keluarga Azcel, kedua eyang Azcel yang dulu membiayai ketika dirinya masih di Indonesia dan kini daddy Azcel yang membiayai ketika dirinya di Amerika. Apa timbal balik yang harus Aditya berikan? Dia harus menjadi dokter hebat dan bekerja di salah satu rumah sakit besar milik keluarga Azcel. Ahh mujur sekali nasib mu Azcel..
Dan kini bersama Disha dia menemukan penyemangatnya, mewarnai hari-harinya, bahkan Adit bisa mengeluh kesah setiap hal yang mengganggu pikirannya pada Disha. Meskipun terlihat kekanak-kanakan tapi dibalik sifat bar-bar itu Disha juga bisa bersikap dewasa serta serius di saat momen yang memang mengharuskan.
"Andaikan kamu juga sebatang kara sepertiku pasti aku sudah mengadopsi dan menjadikan mu adikku." gumam Aditya.
"Kakak berbicara sesuatu?" Tanya Disha yang sepertinya mendengar Aditya berbicara pelan.
"Telan dulu makanan mu baru bicara." Tegur Aditya.
"Ish, menyebalkan!" Gerutunya.
🍃🍃🍃
Yang bilang 'Kok Azcel manggil daddy-nya Agio sih, gak sopan' dan blablabla lainnya. Itu adalah panggilan kala Azcel benar-benar kesal pada daddy-nya ya kalau dihadapannya langsung dia gak manggil gitu kok. Lagian ikatan antara Agio dan Azcel itu tidak sedekat pada umumnya kan memang dari kecil Azcel tinggal dengan eyangnya di Jawa (Indonesia). Apalagi dengan kasus baru adanya Gritte yang jadi ibu tirinya, jadi wajar dong hubungannya jadi makin jauh.
Okey sahabat reed, happy reading 💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Cancer
Lebih rajin up dong Thor, biar yang baca makin semangat
2024-04-29
1