Bab XX

Waktu liburan 10 hari yang Azcel minta sudah dirinya dapatkan meskipun dua hari sebelum liburannya dimulai pria tampan itu harus bekerja extra siang malam. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 jam 30 menit Azcel kini menginjakkan kakinya di Bali, kenapa selalu Bali? Bali adalah awalan dan akhiran serta kenangan dari sebagai besar perjalanan hidup Azcel.

Bersama dengan Aditya dan Disha kini tiga pasukan jomblo itu menikmati indahnya sunset pulau Bali.

"aaah sudah lama tidak menghirup udara Bali" Disha memejamkan mata, menghirup sebanyak mungkin udara hingga memenuhi paru-parunya lalu menghembuskan dengan perlahan.

"Kau bahagia?" Meskipun Aditya tetap menatap lurus ke depan, tapi Disha tahu jika pertanyaan itu di layangkan untuk dirinya.

"Tentu saja, tidak ada alasan untukku tidak bahagia. Apalagi di sini ada kedua orang tuaku." Aji mumpung memang bagi Disha karena dia bisa berkunjung menjenguk orang tuanya tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun.

"Bocah seperti mu tidak boleh berada di club seperti kemarin! Sampai aku tahu kau pergi ke club lagi maka aku akan mengatakan pada orangtuamu jika di Amerika sana kau selalu saja membuat ulah agar kau di tarik ke sini lagi!" seringai licik tersungging di bibir tebal Azcel.

"Tunggu! Kau pergi ke club?? Bertemu Azcel?!" Baru mau menjawab namun Aditya sudah lebih dulu menjawab.

"Tidak kak, aku tidak pergi bersamanya. Hanya kebetulan saja bertemu." Sebelum terjadi kesalahpahaman yang berkelanjutan Disha segera menyangkal pertanyaan Adit.

"Apanya yang kebetulan? Bukankah kau juga mengajakku ke hotel?" Senyuman mengejek di wajah Azcel justru membuat Disha semakin muak.

Dasar om-om tua licik! Batin Disha

"Tidak kak, aku sudah jujur! Dia yang mengajakku ke hotel." Disha menyebikan bibirnya kesal.

"Jadi kalian sudah sedekat itu? Sudah bersama ke hotel?" Otak dokter muda ini memang sedikit mesum jadi hanya mendengar hotel saja sudah berfikiran yang iya-iya saja.

"Sudahlah tidak perlu dibahas, apa kau tidak lapar!?" Azcel berdiri menuju resto orangtua Disha untuk mengisi perutnya yang sudah demo minta di sogok makan enak.

Liburan kali ini mereka gunakan dengan sebaik mungkin karena untuk mendapatkan liburan bagi ketiga orang pekerja keras dan gigih ini akan sangat sulit. Azcel yang harus fokus kembali ke perusahaan, Aditya yang sebentar lagi akan menjadi dokter dan mengabdikan seumur hidup untuk keluarga Azcel, dan Disha yang sebentar lagi harus sudah mulai magang lalu lulus dan ingin meniti karir memulai semuanya dari nol tanpa ingin merepotkan atau meminta bantuan dari orangtuanya.

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa ini adalah hari ke 4 Azcel di Bali itu artinya juga hari terakhirnya di tempat penuh kenangan ini karena setelah ini Azcel akan mengunjungi kakek dan neneknya di Jawa tengah selama 3 hari. Aditya dan Disha juga akan ikut Azcel karena bagaimanapun Disha dan Aditya juga berasal dari Jawa tengah sebelum pindah dan menetap di tempat mereka masing-masing. Jika Disha dan kedua orangtuanya memilih menjadi warga Bali, maka Aditya akan tinggal dimana Azcel menghendakinya karena kemewahan dan pendidikan yang diperoleh Aditya adalah bentuk perwujudan kebaikan keluarga Azcel yang memang sudah seharusnya di balas baik pula oleh Aditya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Azcel, kenapa kau datang tidak memberi tahu kami?"

"Kejutan nek, dimana kakek? Bagaimana kabar kalian?"

Setelah menempuh perjalanan selama 90 menit do udara Azcel kini sudah berada di rumah kakek dan neneknya dengan di temani dua anak adam dan hawa beda usia.

"Kakek mu sedang istirahat, akhir-akhir ini kesehatannya kurang baik."

"Kakek sakit? Sejak kapan? Kenapa nenek tidak memberi tahuku?"

"Tidak perlu khawatir, kakekmu memang sudah tua jadi mudah lelah. Istirahatlah, nanti saat makan siang akan nenek panggil kalian."

"Apa perlu aku memeriksa kakek?" Aditya yang sejak tadi hanya menyimak percakapan kedua orang itu kini mengajukan diri.

"Nanti saja kamu periksa saat kakek sudah bangun. Dia memang sangat susah untuk di ajak ke dokter memeriksakan diri." ujar nenek pasrah.

"Baiklah kalau begitu kita istirahat dulu." Azcel berjalan masuk kedalam kamarnya yang sejak kecil dirinya tempati. Sedangkan Aditya akan tidur di kamar tamu bersebelahan dengan kamar yang akan Disha tempati namun kamar mereka berada tepat di depan kamar Azcel.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Kakek tidak apa-apa hanya tekanan darahnya sedikit tinggi dan sepertinya akhir-akhir ini kakek kurang istirahat." Aditya merapikan alat untuk memeriksa kakek ke dalam tas.

"Bagaimana mau istirahat kalau perkebunan dan pabrik selalu menjadi prioritasnya. Sudah nenek katakan supaya diserahkan kepada orang yang memang dapat dipercaya. Mau dialihkan kepada Azcel juga tidak mungkin." Nenek menghela nafas panjang.

"Maaf nek, Azcel sungguh minta maaf. Azcel juga bingung, jika boleh jujur Azcel lebih nyaman tinggal di sini bersama kalian." Azcel menunduk merasa bersalah karena bagaimanapun juga kakek dan neneknya lah yang sejak dia kecil merawatnya penuh cinta tanpa kurang suatu apapun.

"Sudahlah Azcel jangan kau pikirkan ucapan nenekmu, kakek juga sudah memikirkan itu namun sebelum kakek melimpahkan semuanya ke orang kepercayaan kakek maka kakek harus memastikan bahwa dia dapat dipercaya dan mampu mengurus perkebunan teh serta pabrik milih kakek. Dan kamu, jangan lagi memaksa Azcel biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri, Azcel sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupnya."

"Ya sudah ayo kita jalan-jalan saja melihat perkebunan, Disha belum pernah jalan-jalan disini kan?" nenek mencoba mengalihkan pembicaraan, mencairkan suasana tegang yang tercipta akibat kecerobohannya dalam bertutur kata pada Azcel.

Sore ini ditemani senja Azcel, kakek, nenek, Aditya dan Disha menyusuri jalan setapak diperkebunan teh yang luas milik keluarga Azcel, bercanda penuh tawa bagaikan keluarga harmonis meskipun diantara mereka sebagian tidak ada ikatan darah ataupun saudara. Azcel bersyukur karena terlahir dari keluarga baik, penyayang, bahagia dan tidak kekurangan apapun. Banyak pasang mata yang iri melihat keharmonisan keluarga itu, namun banyak juga yang ikut bahagia karena memang meskipun kaya raya, kakek dan nenek juga sangat baik kepada banyak orang tak jarang mereka memberikan bantuan sembako, uang ataupun kendaraan kepada para tetangga dan pegawainya jika mereka membutuhkan.

"Disha bukankah setelah ini kau harus magang?" Aditya yang berjalan paling belakang membuka percakapan antara keduanya.

"Iya kak, apa kakak tahu kira-kira dimana perusahaan yang cocok denganku?"

"Kenapa tidak di perusahaan Azcel saja?"

"Ahh tidak, aku takut nanti dikira mengandalkan orang dalam." Disha nyengir kuda karena ditatap oleh Azcel saat mengatakan itu.

"Kirimkan surat pengantar magangmu ke perusahaan ku setelah pulang dari sini." Ucap Azcel dingin.

Disha hanya mengangguk saja, karena selain Aditya dan Alexa hanya Azcel yang Disha kenal secara baik serta memperlakukan Disha dengan baik pula.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!