"Grite kamu dimana? Apa kamu baik-baik saja?" kekhawatiran terdengar jelas dari nada bicara di sebrang sana.
"Aku masih di rumah bi, aku baik-baik saja, aku juga akan segera kesana."
"Iya, segeralah kemari, dokter ingin berbicara denganmu."
"Baik bi sekarang aku akan kesana."
"Hati-hati di jalan Grite." Pesan bibi Ranti penuh perhatian.
🍃🍃🍃
"Cidera di bagian belakang kepala ibu anda cukup serius, ini yang menyebabkan beliau koma. Kami sudah melakukan tindakan operasi di beberapa bagian seperti kaki, dan punggung karena lukanya cukup dalam. Untuk sementara sampai menunggu ibu anda sadarkan diri beliau akan berada di ruang ICU."
Degh..
Selain perkataan ayah tirinya, kini pernyataan dokter mampu membuat tubuh kecil itu lemah, Grite merosot jatuh terduduk di lantai depan ruang ICU.
"Grite, bersabarlah.. ibumu pasti akan baik-baik saja." Pelukan hangat penuh sayang itu bibi Ranti berikan dengan harapan bisa mengurangi sedikit beban Grite.
"Paman dan bibi pulanglah. Kalian pasti lelah sejak pagi tadi berada di disini."
"Tidak, kami tidak lelah. Kamu dan bibimu pulang saja biar paman yang menjaga di sini. Nanti malam kamu yang berjaga dan besok pagi biarkan bibimu yang berjaga saat kau sedang kuliah."
Bi Ranti dan suaminya ini tidak memiliki seorang anak jadi mereka sudah menganggap Grite seperti putri mereka sendiri. Apalagi Grite yang memiliki sikap humble, periang, dan ramah terhadap siapapun jadi mudah untuk membuat orang-orang disekitarnya menyukainya.
"Baiklah, bibi akan aku antarkan pulang setelah itu aku akan ke kampus sebentar."
"Iya, bibi akan masak lalu kita kan makan bersama disini malam nanti sebelum pamanmu pulang."
Bi Ranti memilih untuk pulang agar bisa beristirahat meskipun hanya sebentar serta memasak untuk makan malam Grite serta suaminya. Dia tahu jika dalam keadaan seperti ini Grite akan melupakan makannya, dia terlalu mengkhawatirkan sang ibu jadi sampai lupa untuk mengurus dirinya sendiri.
Sedangkan Grite dia ingin ke kampus untuk bertemu dengan Azcel, lelaki tampan sejuta pesona dan idaman para perempuan yang dalam waktu 10 bulan ini resmi menjadi menjadi kekasihnya.
🍃🍃🍃
"Kak Adit!" Grite melambaikan tangannya ketika melihat Aditya yang baru saja menuruni mobil.
"Hay Grite, udah dong jangan panggil aku kakak.. Aditya saja, kita kan teman Grite." tegur Aditya
"Iya maaf aku lupa, ehh apa kamu melihat Azcel?"
"Sepertinya Azcel masih ada mata kuliah.." Aditya yang merasa terdapat perbedaan pada diri Grite itupun segera mengalihkan pembicaraan. "Grite? are you okay?"
"Hmm??" Grite yang tidak ingin orang lain tahu itu berusaha untuk menghindar.
"Apa kamu baik-baik saja? Sepertinya ada yang berbeda dengan mu? Apa telah terjadi sesuatu terhadapmu?" tanya Aditya dengan penuh selidik.
"Ooh aku baik-baik saja. Aku permisi ingin mencari Azcel dulu." Grite segera melangkah menjauh dari Aditya, bagaimanapun juga Aditya adalah calon dokter, tanpa diceritakan pun dirinya pasti tau luka-luka ditubuhnya itu disebabkan oleh apa.
Grite yang semakin lama semakin gelisah itu duduk dengan tidak tenang sambil menunggu Azcel. Ingatan tentang ucapan Hadi masih terdengar jelas, mengganggu ketenangan yang selama ini selalu ditunjukkan Grite kepada siapapun meski sebenarnya dia teramat rapuh bagaikan karang yang tertimpa ombak berkali-kali dan berulang-ulang.
Ingatannya menerawang jauh mengingat masa kecilnya dimana saat dirinya berusia 7 tahun dia selalu memperoleh kekerasan dari sang ayah, Grite kecil berfikir jika dirinya nakal dan selalu meminta dibelikan hal-hal receh yang membuat ayahnya itu marah sehingga apapun yang diinginkannya selalu dia pendam supaya ayahnya itu tidak marah-marah atau bahkan memukul sang ibu lagi.
Dirinya ingat, setiap kali ayahnya marah dan ingin memukulnya maka ibunya akan selalu berdiri tegap melindungi Grite kecil lalu menyembunyikan dirinya yang mungil itu di belakang tubuhnya. Jika sudah seperti itu maka paman dan bibi Ranti lah yang akan datang untuk mengambil Grite, membawanya ke rumah sebagai tempat berlindung.
Grite kecil tidak pernah punya mainan bagus atau baju bagus. Baju baru pun hanya dia miliki di saat-saat tertentu, misalnya bibi Ranti atau tetangga lain yang membelikannya itupun hanya 1-2tahun sekali karena jika sang ayah tau bahwa bu Siska punya uang untuk membelikan barang-barang baru untuk Grite maka bu Siska akan di pukul membabi-buta oleh Hadi.
Bagi Hadi uang yang dimiliki oleh istrinya itu adalah milik Hadi sepenuhnya. Setelah menikah Hadi tidak pernah sekalipun memberi nafkah pada istrinya. Selama ini untuk bertahan hidup dan membesarkan putri semata wayangnya bu Siska berjuang keliling menjajakan dagangannya seperti sayur, lauk dan kue basah pada pagi sampai siang hari, sedangkan siang dan sore hari digunakan untuk mencuci dan menyetrika pakaian yang di laundry kepada bu Siska.
Grite kecil juga tidak mau hanya duduk diam menikmati hasil jerih payah ibunya, sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas Grite juga selalu membawa kue-kue basah buatan ibunya untuk dititipkan di kantin sekolah.
Pantas saja sejak dulu ayah tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya terhadapku, ternyata aku hanyalah... Tangis Grite pecah ketika mengingat masa-masa kelam itu.
Selama ini dirinya selalu berdoa agar ayahnya berubah dan menyayangi nya, tapi kini Grite sadar, bukan doanya yang tidak di kabulkan tapi pada kenyataannya dia memang tidak berhak mendapatkan itu semua dari orang yang terpaksa menerima takdir ini.
Ayah benar, aku adalah benalu. Seandainya aku tidak hadir di waktu yang tidak tepat mungkin ayah akan bahagia bersama wanita yang dicintainya itu.
🍃🍃🍃
"Sudahlah Grite, semua sudah terjadi. Ini bukan salahmu. Lalu kenapa sejauh ini kamu tidak pernah bercerita padaku?" Azcel sedikit menyayangkan sikap Grite yang tidak terbuka padanya sejak awal.
"Maafkan aku Azcel, aku hanya takut kamu tidak bisa menerimaku yang seperti ini." Tangis Grite kembali pecah. Dengan segala kerumitan hidup yang dia punya, apakah pantas dirinya menyeret Azcel kedalam hidupnya yang pelik ini. Itulah yang ada di benak Gritte.
"Grite, kita adalah pasangan, bukankah sudah seharusnya kita saling terbuka? Mulai saat ini jangan ada lagi yang di tutup-tutupi oke?" Usapan halus di punggung dan kecupan ringan di pucuk kepala yang diberikan Azcel mampu membuat Grite merasa nyaman, tenang dan aman.
Grite yang masih enggan menatap Azcel itu hanya mengangguk dalam pelukan sang kekasih.
"Ayo kita ke rumah sakit, aku akan menemanimu menjaga ibu." Azcel yang sangat menyayangi Grite itu memperlakukan sang wanitanya dengan lembut takut jika tersenggol sedikit akan hancur berkeping-keping.
🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
MyBe
Azcel baiknya kek gitu pasti nyesel nih si grite karena udah menyianyiakan Azcel
2024-03-30
1