"Kamu ingin bicara apa Gritte?" meskipun sudah bermenit-menit dalam keheningan, Agio mencoba tetap bersabar dan bertanya dengan penuh kelembutan. Padahal kalau boleh jujur sebenarnya Agio sudah ingin segera istirahat karena memang tubuhnya sungguh lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, apalagi di tambah pekerjaan yang dia lakukan juga cukup menguras emosi serta pikirannya.
"Aku minta maaf." ungkap Gritte lirih dirinya pun semakin menundukkan kepalanya. "Jika setelah ini kau marah, kecewa bahkan ingin bercerai lalu mengusirku dari sini aku bersedia."
"Hey, apa yang terjadi? Kenapa harus seperti ini? Katakan yang sebenarnya padaku." Agio berdiri, mendekat, duduk di sebelah isterinya. Gritte yang semakin menunduk itu membuat Agio sedikit khawatir, di cubitnya dagu Gritte.
"Tatap aku Gritte." Agio semakin dibuat bingung dengan diamnya istrinya itu.
"Apa terjadi masalah?"
Gritte hanya menggeleng pelan. Diamnya Gritte membuat pikiran Agio berkelana kemana-mana. Memikirkan sesuatu yang tidak-tidak, padahal yang terjadi adalah yang iya-iya.
"Agio, aku.." hiks ungkapan Gritte yang menggantung itu benar-benar menguji kesabaran Agio, ditambah lagi terdengar isak tangis lirih dari bibir merah muda yang hanya beberapa kali saja dirinya rasakan.
"Katakan Gritte, jangan menguji kesabaran ku " Lelah dan dibuat kesal membuat emosi Agio sedikit menaikkan nada bicaranya hingga dalam berkata terdengar sedikit membentak saat menghadapi Gritte yang menurutnya terlalu bertele-tele.
"Aku ingin memulai semuanya denganmu dari awal, dari nol. Maka dari itu aku disini ingin menceritakan masa lalu ku terhadapmu. Namun jika setelah kau mendengarkan ceritaku ini apapun yang akan terjadi aku siap menerimanya. Aku mohon jangan marah, tenanglah sebentar dan dengarkan semua ceritaku tanpa kau menyelanya meskipun sebentar saja. Kumohon." Air mata Gritte menetes di pipi mulusnya.
"Maaf jika baru saja aku membuatmu takut. Ceritakanlah, aku tidak akan menyelanya." Agio mengusap lembut pipi Gritte yang basah karena air mata.
"Aku dan Azcel sebenarnya sudah saling mengenal." Gritte sengaja menjeda ucapannya, dia ingin mengetahui reaksi apa yang akan di tunjukkan oleh Agio. Dan ternyata benar sesuai dugaan bahwa Agio terkejut namun meskipun begitu Agio menepati janjinya bahwa dirinya tidak akan menyela apa yang akan Gritte ucapkan dan itu membuat Gritte berani melanjutkan apa ya ingin dia sampaikan.
"Kita saling kenal saat kita kuliah di kampus yang sama, fakultas yang sama pula hanya beda tingkatan. Sejak pertama kali aku melihat Azcel aku langsung jatuh hati padanya. Tapi aku sadar, Azcel adalah pria terpopuler di kampus hingga aku hanya berani mengaguminya dalam diam." Gritte menjeda lagi ceritanya, sama seperti tadi Agio masih tetap terkejut dan bahkan kali ini sedikit terlihat rasa penasaran yang cukup besar pada pancaran matanya.
"Hingga saat itu ada hari dimana aku mulai menaruh harapan ku padanya, hari dimana ketika ada acara kampus dan aku dengan beraninya mengajak berkenalan dan dari situlah kami jadi berteman, aku Azcel dan Aditya. Berbulan-bulan setelah kami saling mengenal satu sama lain akhirnya hari yang aku tunggu selama berberapa tahun itu terwujud, Azcel menyatakan cintanya padaku, dia mengatakan bahwa aku cinta pertamanya dan aku menerimanya. Dia tahu semua bagaimana hidupku, keluarga ku bahkan segala yang ada pada diriku. Dia rela melakukan apapun untuk ku, selalu ada saat ku butuhkan, menjadi sandaran ternyaman saat ku terluka, menjadi pendengar yang baik saat aku berkeluh kesah, bahkan dia sangat mencintaiku begitu pun sebaliknya. Tapi sayang, itu dulu dan tidak untuk sekarang." Gritte mulai terisak lagi saat mengingat masa lalu bahagia bersama Azcel yang harus terpaksa berakhir, mengingat bagaimana ibunya terluka hingga menutup mata tanpa dia disisinya dan sakitnya ketika pria yang selama ini dirinya anggap ayah kandung ternyata tak lebih dari pria penipu dan tak bertanggung jawab. Gritte mengusap kasar air mata yang terus menetes di pipinya tanpa mau berhenti.
"Dan tiba pada hari itu, hari dimana Hadi menculik dan menjual ku demi membayar hutang-hutangnya dengan alasan uang itu untuk berobat ibuku. Nyatanya apa?? Uang yang kau berikan tetap dia gunakan untuk berjudi, ibuku dia telantarkan hingga meninggal dunia. Sedangkan aku dimana saat itu? Ibuku meninggal tanpa aku di sampingnya, bahkan sampai detik ini aku tidak tahu dimana beliau dimakamkan. Aku benar-benar membenci hari itu, hari dimana dimulainya aku kehilangan semua orang yang ku cintai. Aku kehilangan ibu dan juga Azcel, aku kehilangan rumahku yang selama ini selalu ada saat aku butuh perlindungan. Bahkan hingga detik ini Azcel selalu menatapku penuh permusuhan, dia membenciku, dia menganggap ku telah mengkhianatinya hanya demi uang." Tangis Gritte semakin pecah. Keluh kesah dan betapa menyedihkan perjalanan hidupnya itu kini telah Agio dengar dan ketahui, itu membuat Agio terenyuh. Agio semakin mendekat lalu memeluk Gritte dengan hangat, di usapnya pelan punggung Gritte dia berharap itu dapat sedikit memberikan ketenangan.
"Tuan Agio, aku adalah kekasih dari putramu yang saat ini juga menjadi putraku meskipun jalannya bagaikan dipermainkan oleh takdir. Aku mengatakan semuanya saat ini karena aku sudah memantapkan hatiku bahwa aku akan menjadi istri yang baik untukmu, aku sudah bertekad akan melupakan semua masa laluku dan akan memulai lembaran kehidupan yang baru meskipun itu dengan status istri Agio Vanska ataupun bukan. Itulah kisah masa laluku, aku tau kenyataan ini akan membuatmu terkejut namun lebih baik aku mengatakan yang sejujurnya padamu saat ini."
Agio termenung, Kekasih Azcel? Jadi aku menikah dengan gadis yang dicintai oleh putraku sendiri? Astaga.. pemainan takdir macam apa ini.
"Gritte aku.." Agio bingung ingin berkata apa, bibirnya kelu, sungguh situasi ini sangat tidak baik dari sudut manapun.
"Satu lagi kejujuran yang ingin aku katakan, mungkin ini akan jauh mengejutkan mu bahkan mungkin setelah ini kau akan membenciku. Tapi sekali lagi, jika kau ingin menceraikan dan mengusirku maka jawabnya aku siap." Gritte mencoba memberanikan memegang telapak tangan Agio.
"Selama ini aku tidak mau kau sentuh bukan karena aku belum siap, tapi.." sekali lagi, keraguan hinggap pada diri Gritte.
Ya Tuhan bagaimana caraku mengungkapkan ini semua pada suamiku. Ini akan sangat memalukan dan pasti menyakitkan. Lirih Gritte dalam hati.
"Aku takut Agio, aku takut mengecewakanmu. Kau begitu baik padaku selama ini meskipun aku tidak membalasnya dengan baik pula. Kau tau pergaulan bebas di negara ini, sedikit banyak di tempat ku dan Azcel dulu juga sudah ada beberapa orang yang melakukan pergaulan yang salah meskipun tidak se bebas disini. Dan itu juga terjadi padaku," Gritte menjeda ucapannya, dirinya mencoba mengatur nafas dan sedikit menenangkan detak jantungnya, ungkapan yang ingin dia keluarkan setelah ini mungkin akan benar-benar membawa petir saat bulan dan bintang sedang berbahagia menunjukkan betapa indah sinarnya di malam ini.
"Aku sudah tidak virgin, dan aku melakukannya bersama Azcel." dengan satu tarikan nafas Gritte mengucapkannya. Gritte segera berlari keluar dari ruang kerja suaminya menuju ke salah satu kamar tamu dan mengunci dirinya didalam kamar tersebut.
Aku sudah tidak virgin, dan aku melakukannya bersama Azcel. Ungkapan terkahir Gritte seakan terus berulang-ulang di telinganya, benar-benar membuat Agio shock.
🍃🍃🍃
Tuuh kan Agio setelah mendengar pengakuan Gritte jadi Shock, selebihnya pasti shick shack shock 😂
Bab ini full Agio & Gritte, jadi jangan lupakan Like/Komen/Vote ya sahabat reed 💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Cancer
semoga hubungan mu dengan agio akan baik-baik saja grite
2024-04-22
0
Cancer
lega kan Grite karena udah jujur sama suami sendiri
2024-04-22
0
Cancer
akhirnya jujur juga
2024-04-22
0