Aliran Pedang Iblis

*Di Puncak Gunung Huashang. Wilayah Kekuasaan Aliran Pedang Iblis*.

Trang!

Tring!

Suara pedang saling beradu. Beberapa murid dari Aliran Pedang Iblis nampak mengelilingi seorang gadis muda. Gadis itu memiliki rambut panjang yang diikat layaknya ekor kuda. Mengenakan pakaian dominan hitam bercorak merah. Tatapan matanya tajam. Dagunya sedikit mendongak menunjukkan bahwa gadis itu adalah gadis angkuh. Sudut Bibirnya sedikit terangkat.

"Tidak perlu sungkan-sungkan untuk menyerang," ucap gadis itu.

Beberapa murid dari Aliran Pedang Iblis saling berpandangan. Salah satu pria membuka suara.

"Jika begitu, kami tidak akan sungkan pada Nona Fu Jia."

Tidak lama berselang, beberapa murid yang mengelilingi gadis bernama Fu Jia menghunuskan pedang hitam. Menyerang secara bersamaan.

"Hyaaa!"

Fu Jia tak gentar dan mengulas senyum tipis. Kaki kanannya menjejak tanah lantas melayang ke udara. Dia menghunuskan pedang berwarna hitam legam dengan ukiran yang menawan. Fu Jia memutar tubuh sembari menangkis pedang yang mengarah padanya.

Whus!

Trang!

Tenaga Qi milik Fu Jia begitu kuat sehingga dapat dengan mudah menangkis serangan. Disusul serangan balasan darinya. Hingga membuat murid Aliran Pedang Iblis terpental.

"Lemah!" ejek Fu Jia.

Salah satu murid tidak terima. Dia lantas bangkit dan menyerang Fu Jia. Fu Jia menangkis dengan pedangnya dan menggeser tubuhnya ke kiri. Salah satu pria yang menyerangnya memutar pedang sekaligus menyerang Fu Jia. Gadis itu merunduk dan dengan gerakan cepat pedangnya menebas dada lawan.

Srat!

Si Pria terkapar bersimbah darah. Murid Aliran Pedang Hitam yang lain terbelalak. Mereka sepakat menyerang bersama. Fu Jia tersenyum meremehkan. Gerakan pedangnya begitu cepat. Menangkis serangan yang datang. Sesekali dia merunduk sembari balas menyerang. Lantas pedang hitamnya bergerak cepat menebas beberapa orang sekaligus.

Srat!

Srat!

Darah segar menyembur kemana-mana. Beberapa murid Aliran Pedang Iblis saling bertatapan dan merasa ketakutan. Fu Jia tersenyum menyeringai. Dia mengusap darah yang terciprat ke wajahnya dengan santai.

"Khukhukhu.... Matilah kalian!" ucap Fu Jia dengan tatapan tajam.

Dia melompat ke udara dan pedang hitamnya mengayun ke sana kemari. Beberapa murid Aliran Pedang Iblis berlarian untuk menghindari serangan. Namun semuanya sia-sia, mereka ditebas satu persatu tanpa ampun.

Darah terciprat ke mana-mana. Fu Jia menyerang dengan senyum seringai dan tanpa rasa belas kasih. Hingga tak lama kemudian, seorang kakek tua melayang di udara.

"Hentikan!" teriaknya.

Lantas kakek tua itu menahan pedang Fu Jia. Kemudian memberikan serangan dengan menghantamkan telapak tangan ke dada gadis yang tanpa kendali tersebut.

Fu Jia mundur beberapa langkah. Salah satu kakinya ditekuk untuk menopang tubuh. Pedangnya tertancap di tanah. Fu Jia terlihat kesal, karena kesenangannya terganggu.

"Apa kau sudah gila?! Kau ingin membantai saudara seperguruanmu sendiri?!" hardik seseorang yang tak lain Tetua Fu Yang.

Fu Jia hanya menggigit bibirnya. Dia menahan untuk tidak melawan kakeknya sendiri.

"Kendalikan dirimu! Jika kau ingin membantai, maka bantai saja lawan kita," lanjut Tetua Fu Yang.

Gadis bernama Fu Jia merupakan cucu kesayangan Fu Yang, Tetua Pedang Iblis. Fu Jia tersohor akan kegilaannya yang suka membantai siapa saja. Tak mengenal rasa belas kasih bahkan terhadap saudara seperguruannya sekalipun. Bagi Fu Jia, mereka yang lemah hanyalah lalat pengganggu.

Tetua Fu Yang memerintahkan murid lain untuk membawa mayat-mayat yang bergeletakan. Meminta murid lain untuk membersihkan tempat tersebut.

Fu Jia membungkukkan badan dan memberi salam *Gongshuo* pada Fu Yang.

“Salam kakek.”

Tetua Fu Yang mengelus jenggotnya.

“Seharusnya kau bisa mengendalikan kegilaanmu,” ucap Tetua Fu Yang.

“Aku mengerti. Tidak akan ku ulangi lagi dikemudian hari,” jawab Fu Jia.

Fu Yang tersenyum dan menepuk bahu Fu Jia.

“Kau semakin hebat. Kelak kau akan menjadi penerus Aliran Pedang Iblis Ha!Ha!Ha!” ucap Tetua Fu Yang.

Mendengar dia akan menjadi penerus Aliran Pedang Iblis. Fu Jia tersenyum lebar. Dadanya semakin membuncah, itu artinya kemampuannya telah diakui oleh Sang Kakek.

“Terimakasih kakek, aku tidak akan mengecewakanmu.”

Disaat Tetua Fu Yang tengah berbincang dengan Fu Jia. Seseorang dengan bentuk wajah seperti rubah datang menghadap.

“Lapor Tetua…” ucap seseorang yang bernama Zhou sembari memberikan salam *Gongshou*.

“Katakan berita apa yang kau dapatkan?” tanya Tetua Fu Yang.

“Di Kota Huayin sedang terjadi keributan. Akibat ulah seorang wanita bercadar hitam yang mengeringkan mayat saat memurnikan dosa. Hamba masih menyelidiki siapa wanita itu sebenarnya,” lapor Zhou.

Tetua Fu Yang diam sejenak sembari mengelus jenggotnya. Zhou membungkukkan badan dan melanjutkan kembali.

“Seorang gadis dari Aliran Giok Putih dikabarkan sebagai wanita bercadar pengering mayat karena di dahinya muncul Huadian berwarna merah. Khas Aliran Giok Putih yang sama persis dengan wanita bercadar. Biro Kehakiman sedang bergerak mencari berita mengenai hal ini.”

“Hemm…..Aliran Giok Putih, wanita bercadar pengering mayat?” Tetua Fu Yang bertanya-tanya dalam hati.

Zhou mengulas senyum tipis, lantas berbisik di telinga Tetua Fu Yang. Tak berselang lama, Sang Tetua tertawa kencang.

“Kau memang cerdik. Kita bisa memanfaatkan situasi ini untuk menjatuhkan Aliran Giok Putih, dengan begitu di dunia ini Aliran Pedang Iblis akan menjadi satu-satunya yang terkuat… Ha!Ha!Ha!”

“Jia’er….” panggil Tetua Fu Yang.

Fu Jia mendekat ke arah kakeknya.

“Inilah saatnya kau membuktikan bahwa Aliran Pedang Iblis adalah aliran terkuat di dunia. Kau tahu apa yang harus dilakukan.”

Fu Jia menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.

“Aku mengerti kakek. Akan ku buktikan, aku pantas menjadi penerus kakek dikemudian hari,” ucap Fu Jia dengan penuh percaya diri.

“Ha!Ha!Ha!” tawa Tetua Fu Yang menggelegar.

Zhou tersenyum dan mengangkat tangan.

“Hidup Aliran Pedang Iblis!” teriak Zhou.

“Hidup Tetua Fu Yang!” teriak Zhou lagi.

Beberapa murid yang lain mengikuti dengan mengangkat tangannya.

“Hidup Aliran Pedang Iblis dan Tetua Fu Yang!”

Entah hal apa yang direncanakan oleh Tetua Fu Yang. Namun yang pasti, mereka mengincar kejatuhan Aliran Giok Putih.

Di sisi lain…

Pendeta Shaosheng terlibat adu mulut dengan Petugas Yuen.

“Jika saja kau tidak melindungi gadis itu? Semua ini tidak akan terjadi!” gerutu Pendeta Shaosheng.

Petugas Yuen hanya diam dan tak menjawab. Melihat situasinya seperti ini Petugas Chou berusaha menengahi.

“Pendeta, maafkan kecerobohan adik Yuen,” ucap Petugas Chou.

Shirong pun angkat bicara.

“Petugas Yuen juga tidak ingin hal ini terjadi.”

Pendeta Shaosheng terlihat jengkel.

“Hish! Jika Petugas itu tidak ceroboh. Hal ini tak akan terjadi,” gerutu Pendeta Shaosheng sembari mengibaskan kemucingnya.

Kemudian melangkah pergi. Shirong terlihat kebingungan. Dia membungkuk pada Petugas Chou dan berlari mengejar Pendeta Shaosheng. Sedangkan Petugas Yuen, hanya diam dan menatap jauh ke dalam jurang. Raut wajahnya menunjukkan penyesalan mendalam. Jauh dalam lubuk hatinya Petugas Yuen berharap Rong Rui bisa selamat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!