Pencarian Jejak Pembunuh

Wang Yi berjalan di sebuah lorong kediaman yang besar. Diantara gelapnya lorong, samar-samar terdengar suara rintihan kesakitan.

Tepat! Di penghujung lorong, sebuah kamar besar tertutup rapat. Dari dalam kamar, suara tawa diiringi tangis kesakitan terdengar bercampur baur. Memecah keheningan malam.

Pemuda itu membuka pintu perlahan dan mengintip ke dalam. Seorang wanita yang tak jelas wajahnya merintih kesakitan. Tangannya yang penuh darah ter-ulur ke arah Wang Yi. Disaat bersamaan mata keduanya saling beradu.

Wang Yi terkesiap. Mata penuh darah diiringi tangan berbentuk cakar tepat menusuk ke matanya. Wang Yi merasakan kesakitan yang luar biasa.

Hosh.. Hosh... Hosh...

Suara nafas Wang Yi naik turun tak beraturan. Wang Yi kesulitan bernafas sembari memegangi matanya yang terasa sakit. Lagi-lagi dalam benaknya muncul sebuah kilasan ingatan.

"Hei, Yi'er kau baik-baik saja?" tanya suara yang tak asing lagi.

"Sudah aku katakan. Jangan memanggilku begitu. Kita tidak pernah sedekat itu." jawab Wang Yi sinis.

"Ckckck... Dasar pria muda pemarah." balas seseorang yang tak lain Pendeta Shaosheng.

Kini, Wang Yi dan Pendeta Shaosheng berasa dalam kamar tempat di mana Pejabat Zhang tewas. Semuanya sama persis. Beberapa barang masih tergeletak begitu saja. Sepertinya Biro Kehakiman memerintahkan untuk tetap menjaga tempat pembunuhan tetap apa adanya.

Wang Yi harus segera mencari tahu siapa pembunuh Pejabat Zhang. Mereka dikejar waktu untuk segera melakukan ritual Pelahap Dosa. Jika ritual tidak segera dilaksanakan. Tumpukan dosa akan terus bertambah dan berubah menjadi makhluk mengerikan.

Pemuda bertubuh tinggi kurus itu, kini tenaganya sudah pulih. Dia lekas beranjak sembari berjalan meraba-raba di sekitarnya. Meski Wang Yi buta, akan tetapi dengan kemampuannya. Dia bisa merasakan sekeliling dengan mata batin. Kakinya yang telanjang tanpa alas kaki. Dapat menyalurkan energi sehingga dapat merasakan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Pemuda itu meraba sebuah pilar, dengan jemari tangannya. Dia merasakan sesuatu pada pilar tersebut.

"Pendeta busuk, kemarilah." pinta Wang Yi.

Pendeta Shaosheng segera mendekat.

"Bisa kau melihat sesuatu di pilar ini?" tanya Wang Yi.

Pendeta Shaosheng mengernyitkan kening. Dia melihat seksama tempat yang ditunjuk Wang Yi.

"Ada beberapa goresan, di pilarnya."

Wang Yi mengedarkan pandangan ke arah lain. Pendeta Shaosheng sepertinya memahami maksud pemuda itu.

"Di sini! ada sebuah goresan kecil." pekik Pendeta Shaosheng sembari melihat ke pilar lainnya.

Lantas bergerak sana sini mencari goresan yang sama. Rupanya di setiap pilar dalam kamar tersebut terdapat sebuah goresan.

"Goresannya beraturan atau tidak?" tanya Wang Yi.

Pendeta Shaosheng mengamati dengan seksama, “semua pilar memiliki beberapa goresan yang tak beraturan, sepertinya kedalamannya tak lebih dari satu inci.”

Wang Yi berjalan perlahan sembari meraba meja. Di sana terdapat cangkir dan guci arak yang tergeletak. Wang Yi mengendus bekas arak yang tersisa.

"Apa yang kau cium?" tanya Pendeta Shaosheng penasaran.

Telinga Wang Yi tiba-tiba mendengar sesuatu, "siapa di sana?"

Wang Yi dan Pendeta Shaosheng bergegas membuka pintu. Keduanya melihat sekelebat bayangan seseorang. Keluar dari rumah bordil Duyi. Keduanya berusaha mengejar. Akan tetapi bayangan seseorang itu melarikan diri dan menghilang di balik keramaian.

"Tuan, belilah bakpao ini. Masih hangat dan tentu saja lembut." teriak salah satu pedagang.

"Manisan! Manisan!" teriak pedagang yang lain.

Pendeta Shaosheng kebingungan. Akan kemana lagi mereka mengejar bayangan itu. Telinga Wang Yi memang tajam. Dia mendengar seseorang sedang mengintip dan mendengarkan perbincangan keduanya saat berada di rumah Bordil Duyi.

Di tengah keramaian, pikiran Wang Yi seperti layar besar. Otaknya bekerja mengingat semua peristiwa ataupun orang yang dia temui saat dikediaman pejabat Zhang. Seseorang yang tidak penting tapi selalu ada di beberapa tempat kejadian. Ingatan Wang Yi bekerja dengan keras. Hingga sebuah koneksi membuat Wang Yi menyadari sesuatu.

"Pelayan itu....aroma tubuhnya…" ucap Wang Yi perlahan.

...----------------...

***Flashback***

Saat Wang Yi dan Pendeta Shaosheng berada di kediaman Pejabat Zhang. Seorang pelayan bersembunyi di tengah-tengah keramaian. Dia mengawasi situasi. Matanya melirik ke arah salah satu gadis penghibur dari rumah bordil Duyi yang hendak dieksekusi.

Hingga pada saat berada di rumah bordil Duyi. Seorang pelayan pria yang sama juga menyambutnya.

"Tuan, akan aku tunjukkan ruangan di mana pejabat Zhang tewas." ajak pelayan itu.

Salah satu gadis penghibur yang hendak dibunuh oleh Nyonya Zhang terlihat mengawasi di tengah keramaian gadis penghibur yang sedang berkumpul. Gadis penghibur lain sedang mengamati kedatangan Wang Yi dan Pendeta Shaosheng.

"Ckck, kalian gadis-gadis sungguh sangat cantik." ucap Pendeta Shaosheng menggoda.

"Hemmm, dasar Pendeta busuk penggoda.” ucap salah satu gadis penghibur sembari mengibaskan sapu tangan.

Pendeta Shaosheng segera mengeluarkan tael peraknya. Memamerkan pada para gadis. Mereka segera mengerumuni Sang Pendeta. Bergelayut manja pada Sang Pendeta tua. Pendeta satu ini memang lain dengan Pendeta lainnya yang tak tertarik dengan duniawi.

Meski Wang Yi tidak bisa melihat secara langsung. Tetapi kakinya dapat merasakan getaran ataupun gerakan yang ada di sekelilingnya. Termasuk benda-benda yang ada di sekitarnya. Tak terkecuali salah satu gadis penghibur yang mengawasinya pergi meninggalkan tempat itu.

Flashback End

...----------------...

Duak!

Kini, Wang Yi memojokkan salah satu gadis penghibur yang diketahui bernama Lien Hua. Wang Yi dengan kasar mencekik Lien Hua dan memojokkannya ke dinding. Lien Hua meringis kesakitan. Wang Yi meraba tangan gadis itu untuk memastikan sesuatu.

"Lepaskan aku! Dasar Pendeta busuk!" pekik Lien Hua.

Pendeta Shaosheng nampak panik.

"Haiyaa… Apa yang kau lakukan? Kasihan gadis ini."

Wang Yi tak perduli, “kau yang meracuni Pejabat Zhang. Jadi cepatlah akui dosamu!" desaknya.

Tanpa Wang Yi duga, seseorang mengenakan pakaian serba hitam dan penutup wajah. Menggunakan jurus meringankan tubuh. Kakinya terayun menerjang Wang Yi. Wang Yi mundur selangkah. Pendeta Shaosheng bergegas mengibaskan kemucing putih miliknya.

Slap!

Orang misterius yang mengenakan pakaian serba hitam, mundur selangkah menggunakan jurus peringan tubuh. Lantas dengan gerakan sigap menaburkan serpihan bubuk ke arah Pendeta Shaosheng. Sang Pendeta menutup matanya yang kesakitan.

Wang Yi segera bangkit, namun sia-sia. Orang misterius tersebut segera membawa Lien Hua pergi dari tempat itu. Keduanya melayang dari satu tempat ke tempat lain.

“Pendeta busuk! cepat bantu aku mengejar mereka!” perintah Wang Yi.

Pendeta Shaosheng mengibaskan kemucing untuk menghilangkan serpihan bubuk di sekitarnya. Sang Pendeta memegangi tangan Wang Yi, keduanya hendak menggunakan jurus meringankan tubuh dan mengejar Lien Hua. Akan tetapi, tiba-tiba segerombolan prajurit berdatangan. Mengepung keduanya.

Di tengah-tengah gerombolan, muncullah seorang kepala pengawal dari Biro Kehakiman dan Penyelidikan Provinsi Gansu mencegat Wang Yi.

“Tangkap kedua pembuat onar ini!” perintah Kepala Pengawal yang bernama Yuen.

Di Penjara Biro Kehakiman.

“Cepat masuk! Dasar para pendeta busuk!” dorong salah satu prajurit.

Pendeta Shaosheng terlihat kesal dan terlibat adu mulut dengan beberapa prajurit. Wang Yi memilih diam dan berusaha memecahkan teka-teki pembunuhan Pejabat Zhang.

Obor-obor di penjara telah dinyalakan. Suasana semakin hening. Di luar, mendung nampak hitam pekat. Wang Yi beranjak dari duduknya.

“Aku harus pergi ke suatu tempat.”

Pendeta Shaosheng tersenyum simpul, “aku sudah menunggumu mengatakan itu. Para pengawal di Biro Kehakiman memang merepotkan.”

Pendeta Shaosheng berdiri, memusatkan pikirannya. Tangan kirinya mengeluarkan kertas berwarna kuning. Jari telunjuk dan tengahnya berdiri, sedangkan jemari lainnya dia tekuk. Lantas merapalkan mantra.

“Sì yuán shǒuhù sheng, empat dewa penjaga arah mata angin. Langit dan bumi menjadi satu mengikuti perintah Lóngshén.” ucap Pendeta Shaosheng sembari menjejakkan kakinya ke tanah.

Kertas kuning bermantra tiba-tiba terbakar dan berubah menjadi kupu-kupu ghaib. Melayang ke sana kemari dan membuat beberapa penjaga mengantuk. Hingga akhirnya tertidur. Rantai yang mengunci penjara terlepas. Wang Yi dan Pendeta Shaosheng bergegas keluar penjara dan menuju suatu tempat.

Malam semakin larut, hanya mendung pekat yang menemani. Di luar hanya ada penjaga malam yang berkeliling kota Gansu.

Treng! Treng!

“Waktu menunjukkan 12 malam! Hati-hati dengan api! Kunci semua pintu rumah!”

Treng! Treng!

Wang Yi dan Pendeta Shaosheng menyelinap ke sebuah toko obat.

“Apa kau yakin ini tempatnya?” tanya Pendeta Shaosheng.

Wang Yi tak menjawab. Dia hanya mempercayai indera penciumannya. Pelayan yang dia temui beberapa saat lalu berbau obat. Obat yang memiliki aroma khas. Pemuda itu mengetahui seluk beluk Kota Gansu. Di kota ini hanya ada beberapa toko obat. Tetapi toko obat yang dekat dengan rumah Bordil Duyi hanyalah Toko Obat Qingping.

Hidung Wang Yi mengendus beberapa bahan obat di sana, sembari mencari-cari sesuatu. Hingga hidungnya mengendus bau obat khas yang mirip dengan bau dalam arak yang menewaskan Pejabat Zhang.

“Aku sudah mengetahui siapa pelakunya. Segera siapkan ritual Pelahapan Dosa.” ucap Wang Yi dengan tatapan serius.

Terpopuler

Comments

Darien gap

Darien gap

nice thor. bunga mlincur/Rose//Rose/

2024-04-24

0

Filanina

Filanina

mereka bekerja untuk siapa? kirain dari pemerintah.
temanya agak lain, tapi mudah diikuti.

2024-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!