Terjebak

“Di…Di…Dingin…” rintih Rong Rui.

Raut wajah Wang Yi terlihat datar. Dia memilih melangkahkan kaki. Sampai tiba-tiba kepalanya terasa pening. Matanya kembali merasakan sakit yang luar biasa. Dunianya seolah berputar.

Bayangan seorang wanita dengan darah mengalir dari wajahnya seolah menatap Wang Yi. Menatap dengan penuh dendam. Ucapannya terus terngingang-ngiang.

Tanggunglah rasa sakit ini hingga ke tulang sumsummu. Kau hanya akan hidup dengan menanggung dosamu sendiri dan dosa orang lain.

“Arghttt!” teriak Wang Yi kesakitan.

Seketika Wang Yi berlutut sembari memegangi matanya. Kini, giliran ucapan pria paruh baya yang dipanggilnya ayah muncul dalam kilasan ingatannya.

Putra ayah tidak boleh lemah! Ingatlah! di dunia ini, yang terpenting adalah kekuasaan. Kekuasaan akan memberikanmu kekuatan dan kenyamanan. Mulai saat ini, buanglah perasaan tidak berguna dalam hatimu. Singkirkan siapapun yang menghalangi jalanmu. Abaikan pikiran yang dapat mengacaukan segalanya.

“Benar, aku tidak perlu memperdulikan apapun selain tujuan utamaku,” ucap Wang Yi pada dirinya sendiri.”

*Beberapa saat kemudian*…

Wang Yi berjalan tertatih sembari menggendong Rong Rui di punggungnya. Wajahnya terlihat masam, sepertinya dia menyesali pilihannya untuk menolong Rong Rui.

Kini, dia harus berjalan tertatih, mengandalkan pendengaran maupun penciumannya yang tajam. Wang Yi mencium udara untuk mengetahui arah mana yang memiliki udara bersih dan tidak lembab. Maka di sana pasti ada jalan keluar.

Pemuda itu berjalan sembari meraba dinding-dinding batu dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegangi tubuh Rong Rui yang berada di punggungnya.

Beberapa saat lalu…

Wang Yi masih enggan untuk memperdulikan orang lain. Di dunia ini yang terpenting baginya hanyalah menjadi Pelahap Dosa. Supaya tubuhnya tidak perlu merasakan sakit.

Pemuda itu enggan memperdulikan perasaan-perasaan yang tidak berguna ataupun orang disekitarnya. Membantu orang lain sama dengan mencelakai diri sendiri. Menurut pandangan Wang Yi, orang-orang itu hanya akan merepotkan dirinya kelak. Namun, disaat dia tidak ingin memperdulikan apapun. Tiba-tiba, ucapan Pendeta Wu Wei muncul dalam benak Wang Yi. Saat dahulu kala ketika dia masih muda.

Shàn yǒu shàn bào, kebaikan akan dibalas kebaikan. Berbuat baik tidak akan memberikan kerugian, melainkan akan di balas dengan kebaikan serupa.

Langkahnya terhenti dan kemudian dia berbalik. Memilih membantu Rong Rui. Wang Yi memotong akar tanaman yang melilit tubuh gadis itu. Wang Yi meraba tubuh Rong Rui, dia terhenyak sesaat. Tubuh gadis itu terasa sangat dingin. Terutama tangan kanannya membeku seperti es.

“Di…Di…Dingin…” Rong Rui terdengar merintih kesakitan.

Wang Yi bergegas menggendong gadis itu. Berusaha mencari jalan keluar. Meski harus meraba-raba dinding batu di sekitar sana.

Setelah beberapa saat berjalan. Terdengar suara Rong Rui. Meski lirih telinga Wang Yi masih mampu mendengarnya.

“Ca…Ca…cahaya….di sana….” ucap Rong Rui terbata-bata.

Rong Rui berusaha mengatur nafas. Meski sedikit tersengal dia berusaha berbicara kembali.

“Berjalanlah…lu…lurus…ke depan,” ucap gadis itu lagi.

Lantas matanya terpejam dan akhirnya Rong Rui tak sadarkan diri. Wang Yi menggunakan pendengaran dan kakinya untuk merasakan benda-benda yang ada di sekitarnya. Setelah beberapa saat berjalan, dia merasakan udara yang lebih segar. Kakinya tak lagi merasakan bebatuan melainkan tanah yang lebih lembut. Meski dia tak dapat melihat cahaya yang dimaksud Rong Rui karena kebutaannya. Wang Yi bisa merasakan, tempat di mana sekarang dia berada jauh lebih baik.

Pemuda itu lantas menyandarkan tubuh Rong Rui ke dinding batu. Meraba tangan gadis itu yang semakin terasa sangat dingin. Wang Yi segera menotok lengan Rong Rui.

“Gadis ini, sepertinya terkena kekuatan Iblis Es,” ucapnya seorang diri.

Wang Yi teringat sesuatu, dibalik bajunya dia memiliki satu pil ramuan obat yang diberikan Shirong saat di pondok. Pil itu termasuk pil langka. Pil obat yang memiliki khasiat menekan energi yang berbenturan dengan energi Qi dalam tubuh. Awalnya Shirong memberikan pil itu, supaya pada saat ritual Pelahan Dosa energi dari tumpukan dosa bisa ditekan. Sehingga Wang Yi bisa melahap dosa tanpa kendala. Meski energi Qi nya belum begitu besar.

***Kilas balik***…

“Gege, ambillah ini,” ucap Shirong sembari memberikan sebuah pil obat dalam genggaman Wang Yi.

Wang Yi mengernyitkan kening, “apa ini?”

“Ini adalah pil obat langka. Pil obat ini pernah diberikan Biksu Selatan padaku. Biksu Selatan berterimakasih dengan memberikan pil ini, karena aku pernah menyelamatkannya. Pil obat ini terbuat dari saripati energi matahari yang mampu menekan energi gelap seperti tumpukan dosa. Kau bisa menggunakannya dalam keadaan genting. Saat tubuhmu tak mampu melahap tumpukan dosa,” terang Shirong kala itu.

***Kilas balik selesai***…

Energi Qi dalam tubuh Rong Rui berbenturan dengan energi tumpukan dosa dari Iblis Es. Akibat tangan Rong Rui berusaha menarik paksa tumpukan dosa pada saat ritual Pelahapan Dosa dari tubuh Wang Yi. Jika tidak segera ditolong, bisa-bisa tubuh Rong Rui akan membeku seluruhnya. Nyawanya pun tak akan selamat.

“Aku pasti akan menyesal membantu gadis merepotkan ini,” gerutu Wang Yi yang sepertinya tidak rela pil berharga miliknya diberikan pada Rong Rui.

Tak lama berselang, pil itu sudah masuk ke dalam mulut Rong Rui. Terdengar suara helaan nafas berat dari Wang Yi, sepertinya dia masih tidak rela pilnya diberikan pada gadis itu.

“Di…Di…Dingin….” terdengar suara rintihan Rong Rui.

Wang Yi memilih pura-pura tidak mendengar dan membaringkan tubuhnya. Namun beberapa kali, suara rintihan Rong Rui membuat Wang Yi tak bisa memejamkan mata dengan tenang.

Di satu sisi, pegangan dalam hidupnya adalah tidak perlu memperdulikan perasaan yang tidak berguna. Akan tetapi di sisi lain, pesan dari Pendeta Wu Wei selalu terngiang dalam benaknya. Membuat Wang Yi bergelut dengan batinnya sendiri. Namun pada akhirnya, dia takluk pada pesan gurunya.

Wang Yi lantas meraba-raba sekitarnya. Merasakan benda-benda di sekelilingnya dengan menggunakan kaki telanjang untuk menyalurkan energi. Sehingga Wang Yi dapat merasakan apa saja yang ada disekitarnya. Termasuk bebatuan yang bisa digunakannya untuk menyalakan api.

Cahaya api terlihat berpendar. Wang Yi melepas pakaian kumal miliknya. Lantas menyelimuti Rong Rui, karena gadis itu masih merintih kedinginan. Namun, lama-kelamaan suara rintihan Rong Rui tak lagi terdengar. Hanya kesunyian yang menemani Wang Yi. Terjebak dalam tempat antah berantah. Kini, Wang Yi yang merasa kedinginan karena hanya pakaian dalam tipis yang membungkus tubuhnya.

Pemuda itu menyandarkan tubuhnya ke dinding. Dia mengangkat tangan. Seulas senyum getir tersungging di sudut bibirnya.

“Aku bahkan tak dapat melihat tanganku sendiri. Sebenarnya dosa apa yang telah aku perbuat di masa lalu?” tanya Wang Yi pada dirinya sendiri.

Lantas lama-kelamaan, rasa kantuk dan lelah mulai menyergapnya. Wang Yi pun memejamkan mata dan mengarungi dunia mimpi. Tanpa dia ketahui, tak jauh dari tempatnya dan Rong Rui berada. Sepasang mata sedang mengawasi. Senyum seringai nampak dari sudut bibirnya. Tiba-tiba sebuah akar tanaman menjulur mendekati Wang Yi dan Rong Rui. Entah siapa yang tengah mengawasi keduanya? Mungkinkah mereka dalam bahaya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!