Ingatan Masa Lalu

  Wang Yi merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Energi Qi yang diberikan tanpa sengaja oleh Biksu Sesat Song bertabrakan dengan energi hitam dalam tubuh Wang Yi.

"Gyaaarthhh!" teriaknya kesakitan.

Tubuh Wang Yi melayang di udara. Sinar hitam dari siluet seorang wanita saling bertabrakan dengan energi Qi dari Biksu Sesat Song. Rong Rui yang berada tak jauh dari sana ikut terpental hingga mengenai dinding batu. Gadis itu hanya bisa mengaduh kesakitan.

Biksu Sesat Song yang sudah menyalurkan energi Qi miliknya memuntahkan darah segar.

"Bocah itu! Kenapa dengan bodohnya malah menerima penyaluran energi Qi ku. Rupanya dia memiliki karma buruk yang menyedihkan. Jika terus seperti ini, tidak hanya dirinya. Tempat ini akan runtuh karena energi Qi yang saling berbenturan," gumam Biksu Song.

Benar saja, tak lama kemudian tempat di mana mereka berada bergetar hebat. Seolah seperti gempa yang menerjang. Beberapa bebatuan jatuh mengenai Biksu Sesat Song maupun Rong Rui. Sang Biksu tidak ingin mati begitu saja. Lantas dia menatap Rong Rui dan teringat sesuatu.

"Hei Nona! Kita semua akan mati jika seperti ini. Energi Qi milikku sudah terkuras habis. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita semua hanya Jurus Tarian Pedang Jiangling. Sama halnya seperti Jurus Tarian Naga Menangani Mustika. Tarian Pedang Jiangling bisa menetralkan energi yang saling berbenturan," terang Biksu Song.

Rong Rui berusaha menyeimbangkan tubuhnya karena bebatuan mulai berjatuhan menimpa dirinya. Gadis itu melihat ke arah Wang Yi yang tubuhnya melayang. Terperangkap dalam energi Qi yang bertabrakan.

Gadis muda itu berpikir sejenak. Menimbang segala kemungkinan. Baginya, Wang Yi bukanlah orang yang penting dalam hidupnya untuk diselamatkan. Seseorang yang bahkan entah kenapa sangat dia benci.

"Hei Nona!!! Apa kau masih berpikir?! Kita semua dalam bahaya jika sampai tempat ini runtuh. Apa kau tidak ingin membalas kebaikan pemuda itu? Dia telah menyelamatkanmu tempo hari saat kau tidak sadarkan."

Mendengar penuturan dari Biksu Sesat Song. Rong Rui terdiam sejenak. Dia teringat, saat menarik paksa tumpukan dosa yang dihisap oleh Wang Yi, tangan kanannya terluka akibat serangan Iblis Es. Jadi kenapa waktu itu pakaian Wang Yi menempel pada tubuhnya karena untuk menyelimuti supaya dirinya tak kedinginan.

"Bertemu pendeta buta itu sungguh merepotkan," ucap Rong Rui.

Dirinya lantas berdiri tegak sembari memusatkan energi Qi. Pedang putihnya mulai terlepas diantara akar tanaman. Tatapan mata Rong Rui tajam dan kemudian tubuhnya melayang di udara. Pedangnya melesat, melayang tepat berada di depannya. Tanda Huadian berwarna merah muncul tepat di keningnya.

"Jurus Tarian Pedang Jiangling," ucap Rong Rui.

Jurus pedang dari Aliran Giok Putih ini merupakan jurus tingkat ketiga dari lima jurus. Pedang Putih bercorak kebiruan memancarkan sinar putih. Tangan Rong Rui menggerakkan pedang dengan energi Qi miliknya.

Pedang putih itu melesat ke arah Wang Yi. Membentuk sinar putih yang berkilauan. Jurus pedang ini memiliki kemampuan menetralisir energi Qi yang saling berbenturan. Sekaligus membentuk kubah sebagai pelindung jika ada serangan.

Rong Rui segera melayang ke udara. Menggerakkan pedangnya membentuk pelindung. Cahaya putih perlahan menetralisir energi yang sedang berbenturan. Akan tetapi kedua energi yang berbenturan begitu dashyat. Membuat Rong Rui harus mengeluarkan energi Qi-nya lebih dalam lagi.

"Biksu sesat, kedua energi ini begitu besar. Akan sulit menetralkannya," ucap Rong Rui.

"Jika dari luar kau sudah menetralisir. Maka kini tergantung pemuda buta itu bisa mengendalikan energi Qi yang besar dalam tubuhnya atau tidak," jawab Biksu Song.

Rong Rui tak ada pilihan selain lebih dekat pada tubuh Wang Yi. Tampak dipelupuk matanya, energi Qi berwarna keemasan merayap ke tubuh bagian tengah Wang Yi. Sebaliknya energi Qi berwarna hitam merayap dari kepala menuju bagian tengah tubuh Wang Yi. Itulah pusat dari segala energi yang berbenturan, karena itulah Rong Rui bergegas mendekat. Menggunakan pedang putih menetralkan energi Qi yang berbenturan.

"Pendeta busuk! Sekarang giliranmu!" pekik Rong Rui.

Disaat bersamaan mata Wang Yi terbuka. Sebuah kilasan ingatan menunjukkan suatu kejadian di masa lalu.

Wang Yi seolah-olah sedang berdiri di sebuah kamar. Dia menatap dirinya dalam pantulan cermin. Wajah yang tampan nan rupawan sama persis dengan yang pernah dilihatnya dalam setiap ingatan Wang Yi. Tiba-tiba asap hitam keluar dari cermin dan berubah menjadi pemuda yang ada dalam cermin.

"Si... Siapa kau?" tanya Wang Yi terkesiap.

Pemuda berambut panjang tak beraturan itu tersenyum seringai.

"Sudah aku katakan. Aku adalah bagian dari dirimu,"

"Apa maksudmu?" tanya Wang Yi masih tidak mengerti.

Pemuda itu tersenyum, "dengan kata lain kau adalah reinkarnasi dariku, Yin Xue."

Wang Yi diam sejenak. Lantas membuka suara dengan memasang raut wajah jengkel.

"Apa kau yang menyebabkan aku harus menanggung karma buruk seperti ini?! Mata ini?! Mata sialan ini menjadi buta karena mu?!"

Yin Xue tersenyum kecut, "satu-satunya cara melepas karma buruk ini. Kau harus menjadi Pelahap Dosa terkuat dan...." jawab Yin Xue berhenti sejenak.

"Apa yang harus ku lakukan?" tanya Wang Yi penasaran.

Arah pandangan Yin Xue menatap seseorang yang tak jauh dari sana. Berdiri sembari menatap tajam pada keduanya. Wang Yi yang mengikuti arah pandangan Yin Xue membelalakkan mata. Seseorang yang tak jauh dari tempat mereka berada adalah seorang wanita yang sering muncul dalam ingatan Wang Yi.

"Jadilah Pelahap Dosa terkuat dan seumur hidup, tebuslah dosa di masa lalu pada Bai Qian," ucap Yin Xue.

Tepat dipenghujung kalimat Yin Xue. Wanita dengan rambut tergerai panjang hingga menutupi wajahnya, melesat dengan cepat. Tangannya berubah menjadi cakar dan siap menerjang ke arah Wang Yi. Sampai Wang Yi melihat potongan ingatan masa lalu wanita itu.

"Kenapa?! Kenapa kau melakukan ini?!" tanya seorang wanita muda berparas cantik jelita.

Yin Xue diam tak bergeming. Pedangnya berlumuran darah. Di sekeliling mereka banyak mayat bergelimpangan. Dia hanya menatap wanita yang ada di hadapannya dengan tatapan dingin.

Sembari memegang erat tangan seorang pria paruh baya, wanita muda itu berlinang air mata. Kemudian bangkit dan memegangi pakaian Yin Xue.

"Aku mempercayai mu melebihi apapun. Hingga mempercayakan hatiku padamu. Tetapi... Tetapi... Kenapa kau tega membunuh ayahku?!" ucap wanita muda dengan meneteskan air mata.

"Bai Qian, aku tidak perduli dengan perasaan tidak berguna semacam itu," jawab Yin Xue tanpa rasa belas kasih.

Hingga beberapa prajurit datang.

"Tuan Muda Yin Xue," ucap para prajurit membungkukkan badan.

"Tangkap gadis ini dan persembahkan pada ayah," ucap Yin Xue tanpa menatap wanita yang dipanggil Bai Qian.

Para prajurit lantas menyeret Bai Qian. Bai Qian hanya bisa meronta. Hatinya hancur ketika seseorang yang dianggap paling berharga dalam hidupnya. Malah mengkhianati dengan keji. Bai Qian menjadi tawanan perang.

"Ha! Ha! Ha! Kini, kau sepenuhnya milikku Bai Qian," ucap seorang pria paruh baya yang merupakan ayah Yin Xue.

Bai Qian disiksa dan menjadi budak pemuas bagi para pria. Sungguh menyedihkan nasib yang dialami gadis muda itu. Sedangkan Yin Xue hanya menatap kekejian ayahnya dalam diam, dengan hati dingin tanpa rasa belas kasih.

Terpopuler

Comments

herry bjb

herry bjb

kebanyakan halu ceritanya juga cerita tokohnya naif....cukup sekian saja baca novel ini....

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!