Bertemu Saudara Seperguruan

Wang Yi dan Pendeta Shaosheng baru saja sampai di pinggiran hutan Kota Huayin.

Tanpa sengaja keduanya menemukan Rong Rui tergeletak di hutan begitu saja. Rong Rui terluka parah karena sabetan pedang Aliran Pedang Iblis yang mengandung racun.

Pendeta Shaosheng memeriksa denyut nadi Rong Rui yang tak beraturan. Dia menotok gadis muda itu supaya racunnya tak mengalir ke dalam darah.

"Kita harus mencari tanaman obat untuk menghentikan racunnya," ucap Pendeta Shaosheng.

"Wanita itu bukan tujuan perjalananku. Untuk apa aku harus bersusah payah membantunya?" tanya balik Wang Yi sembari menenggak arak.

Pendeta Shaosheng hanya menggerutu dan menggendong Rong Rui di punggungnya. Mencari tempat untuk beristirahat. Mereka menemukan rumah gubug terbengkalai yang sudah tak terawat. Pendeta Shaosheng membaringkan Rong Rui dan bergegas mencari tanaman obat yang dia ketahui bisa mencegah penyebaran racun.

Tak berselang lama, Pendeta Shaosheng kembali dan mengobati luka Rong Rui dengan menempelkan tanaman obat yang sudah dihaluskan.

"Lihatlah tubuhnya mulus sekali," ucap Pendeta Shaosheng dengan wajah mesum. Air liurnya menetes di sudut bibirnya.

"Cih Pendeta busuk," ucap Wang Yi.

Wang Yi masih sibuk menenggak arak, karena baginya arak seperti obat yang bisa membawanya melupakan sejenak rasa sakit pada tubuhnya.

"Aku hanya tidak ingin menyia-nyiakan anugerah langit. Ini adalah hari keberuntunganku. Bisa menyentuh gadis secantik ini khukhu..."

Pendeta Shaosheng memang Pendeta mesum dan suka minum arak. Dia berbeda dengan Pendeta lainnya yang tidak perduli akan hal duniawi.

Wang Yi tak banyak menanggapi perkataan Pendeta Shaosheng yang menurutnya dianggap sebagai Pendeta mesum.

"Apa kita perlu mencari tabib untuk menyembuhkannya?" tanya Pendeta Shaosheng kemudian.

Sembari mendecih Wang Yi menjawab, “merepotkan sekali harus mencari tabib untuk gadis ini. Lebih baik biarkan saja dia mati, dengan begitu aku bisa melakukan ritual Pelahapan Dosa padanya.”

“Haiyaa, jangan membiarkan gadis secantik ini mati begitu saja dan mengambil keuntungan sendiri. Meskipun dia kasar dan selalu mengganggu, Guru selalu mengajarkan, merupakan kebijaksanaan yang sempurna ketika kita mampu mempraktikkan lima hal dalam keadaan yang bagaimana pun. Kelima hal itu adalah tidak bergeming (apa pun keadaannya), kemurahan jiwa, ketulusan, kesungguhan hati, dan kebaikan.”

“Terserah kau saja. Aku tidak akan ikut campur,” ucap Wang Yi dingin sembari menenggak arak sampai tak tersisa.

Tanpa keduanya duga. Rong Rui tiba-tiba membuka mata. Lantas menghunuskan pedang ke arah Wang Yi. Pendengaran Wang Yi sangat tajam, tubuhnya bergerak dengan cepat menangkis pedang Rong Rui. Melihat itu, Pendeta Shaosheng terhenyak.

"Apa kau sudah gila?!" pekik Pendeta Shaosheng pada Rong Rui.

Tepat saat itu, Rong Rui tak sadarkan diri dan jatuh ke dalam pelukan Wang Yi.

*Keesokan harinya*...

Pendeta Shaosheng masih menggendong Rong Rui di punggungnya. Gadis itu masih tak sadarkan diri. Luka akibat goresan pedang beracun semakin parah. Wajah cantiknya terlihat pucat pasi.

Di belakangnya Wang Yi mengikuti. Hingga mereka tiba di depan sebuah pondok. Pondok dengan atap jerami dan dinding dari bambu. Di sekelilingnya banyak wadah berisi tanaman kering yang sedang dijemur.

Pendeta Shaosheng berjalan di depan terlebih dahulu. Tatkala maju selangkah, kakinya menyetuh benang yang tidak kelihatan. Tepat, saat kaki Pendeta Shaosheng menyentuh benang. Tak ayal sebuah keranjang berisi batu meluncur ke arah Pendeta Shaosheng. Dia menghindari keranjang yang tergantung dengan jurus meringankan tubuh.

"Ha! Ha! Ha! Jebakan kuno macam apa ini?" tanya Pendeta Shaosheng seakan meledek.

Tepat disaat Pendeta Shaosheng lengah, kakinya menginjak tanah yang tidak rata. Pada akhirnya Pendeta Shaosheng terpeleset dan membuat Rong Rui terpental. Tubuhnya melayang ke udara hingga seseorang menggunakan jurus meringankan tubuh berhasil menangkap tubuh Rong Rui. Sedangkan Pendeta Shaosheng masuk ke dalam lubang jebakan.

Gubrak!

"Dasar bocah tengik!" pekik Pendeta Shaosheng yang sekujur tubuhnya berlumuran kotoran binatang.

"Ha! Ha! Ha! Tidak ada yang bisa menembus pondokku. Bahkan semut kecil sekalipun memilih menghindar melewati tempat ini," ucap seseorang.

“Akan aku balas kau!” jawab Pendeta Shaosheng.

Sang Pendeta bersiap keluar dari lubang. Namun sebelum beranjak keluar. Seseorang itu memutus tali yang menghubungkan ke keranjang berisi batu. Tak ayal keranjang tersebut meluncur dan isinya tepat mengarah pada Pendeta Shaosheng. Sang Pendetak membelalakkan mata.

“Siaalll!” pekiknya.

Beberapa batu berukuran sedang, mengenai kepala maupun tubuhnya. Membuat tubuh Pendeta Shaosheng seperti cacing yang tak berdaya.

Wang Yi yang sedari tadi hanya diam dan mengamati keadaan dari kejauhan. Kini berjalan perlahan sembari merasakan jalanan yang akan dilewatinya. Di saat berjalan beberapa langkah ke depan. Kakinya menginjak sebuah tali yang tertutup dahan-dahan kering. Tali yang diinjak Wang Yi bergetar dan memberikan reaksi pada anak panah yang sudah disiapkan. Anak panah melesat dari tempatnya. Mengarah pada Wang Yi.

Swing!

Telinga Wang Yi mendengarkan gerakan apapun disekitarnya. Lantas dengan sigap tubuhnya melayang ke udara. Kakinya menendang beberapa anak panah yang meluncur ke arahnya.

Semua anak panah berhasil dipatahkan Wang Yi. Pemuda pemilik pondok membaringkan tubuh Rong Rui terlebih dahulu. Kemudian menggunakan Jurus meringankan tubuh. Melayang di udara dan memberikan tendangan ke arah Wang Yi. Wang Yi menangkis serangan dengan mengayunkan kakinya.

Duak!

Sepasang kaki saling beradu. Pemuda pemilik pondok mengambil jarak. Dia memasang kuda-kuda. Begitu juga dengan Wang Yi. Keduanya memasang kuda-kuda dan melakukan gerakan yang sama.

“Jurus Nancen!” pekik Wang Yi dan Pemuda pemilik pondok bersamaan.

Keduanya saling menyerang dengan mengarahkan pukulan ke arah lawan.

Duak!

Serangan Wang Yi tepat mengenai dada Sang Pemuda pemilik pondok. Begitu juga sebaliknya, pukulan keras juga mengenai tubuh Wang Yi. Keduanya mundur beberapa langkah sembari memegangi dadanya.

*Jurus Nancen*? tanya keduanya dalam hati.

Pemuda yang membuat jebakan itu tak lain adalah Shirong. Shirong terkesiap ketika melihat seorang pemuda di depannya. Pemuda dengan bola mata berwarna putih. Tak salah lagi, pemuda itu adalah saudara seperguruannya.

"Gege?!" pekik Shirong.

Lantas pemuda yang berperawakan kurus tersebut menghambur ke arah Wang Yi dan memeluknya erat. Binar keceriaan terpancar dari wajah Shirong.

“Jangan berlebihan. Cepat lepaskan pelukanmu," ucap Wang Yi dengan kasar. Dia merasa risih dipeluk seperti ini.

Pendeta Shaosheng yang sudah keluar dari lubang lantas segera menghambur ke arah Wang Yi dan Shirong. Memeluk keduanya dengan perasaan bahagia.

“Dasar para bocah tengik!” gerutu Pendeta Shaosheng dengan wajah kesal sekaligus bahagia.

Tak ayal Wang Yi dan Shirong menunjukkan raut wajah tertekan.

"Dasar Pendeta Busuk!" pekik keduanya karena harus ikut merasakan bau kotoran binatang yang menempel di tubuh Pendeta Shaosheng.

*Setelah beberapa saat berlalu*...

“Aku datang jauh-jauh kemari. Supaya kau bisa membantu gadis ini,” pinta Pendeta Shaosheng.

“Siapa gadis ini?” tanya Shirong sembari memeriksa keadaan luka Rong Rui. Memeriksa denyut nadi gadis itu.

“Hanya seorang gadis cantik yang sering mengganggu dan mengejar kami,” jawab Pendeta Shaosheng.

Sebagai tabib berbakat dan memiliki rasa belas kasih pada sesama, Shirong segera membantu mengobati Rong Rui.

"Gadis ini sepertinya terkena racun Pesilat dari Aliran Pedang Iblis. Aku sudah memberikan ramuan supaya racun tak menyebar ke dalam darahnya," ucap Shirong.

Pemuda yang dijuluki tabib berbakat, bergegas mengambil jarum pengobatan miliknya. Menusuk ke beberapa titik-titik peredaran darah Rong Rui. Shirong memeriksa energi Qi Rong Rui. Energi Qi berjalan menurut irama tertentu melalui titik meridian. Pemuda itu, memeriksa titik-titik meridian Rong Rui yang terkena racun.

Titik meridian yang terkena racun akan mengganggu keseimbangan tubuh Rong Rui. Sehingga akan merusak syaraf tubuh gadis itu secara perlahan.

Shirong menyingkap lengan bajunya. Lantas memutar-mutar sedikit jarum yang sudah ditancapkan ke tubuh Rong Rui.

Pemuda itu engan sigap mengoleskan beberapa bubuk obat dari tanaman kering untuk menghambat racunnya semakin menyebar. Lantas membuat ramuan dari akar tanaman Bai Qian yang direbus. Kemudian meminumkannya pada Rong Rui.

"Aku akan mengeluarkan racun dari dalam tubuh gadis ini," ucap Shirong sembari mendudukkan Rong Rui.

Shirong lantas duduk di belakang gadis itu dan membuat gerakan dua jari menotok beberapa bagian meridian yang terganggu. Tidak berselang lama Shirong menggunakan telapak tangannya dengan penuh tenaga. Kemudian mendorong tangannya ke punggung Rong Rui.

Tak!

“Huek!” Rong Rui memuntahkan darah berwarna hitam.

“Bantu aku meminumkan ramuan obat pada gadis ini,” pinta Shirong.

Pendeta Shaosheng memegangi bahu Rong Rui dan meminumkan ramuan obat yang terbuat dari tanaman *Samsit* atau Daun Dewa. Lantas kembali membaringkan gadis itu. Shirong dengan telaten mengoleskan tanaman *Samsit* yang sudah ditumbuknya.

“Untung saja, kau segera mengolesi lukanya dengan tanaman obat dan menotok aliran darahnya. Jika terlambat sedikit saja. Nyawa gadis ini sudah melayang,” ucap Shirong.

Pendeta Shaosheng tersenyum bangga.

“Tentu saja, aku adalah murid Guru yang hebat dan bisa andalkan.”

“Tidak seperti bocah satu itu,” lanjut Pendeta Shaosheng sembari menunjuk ke arah Wang Yi yang sedari tadi hanya menghabiskan arak.

*Di tempat lain*…

Seorang wanita misterius mengenakan cadar berwarna hitam dan menutup sebagian wajahnya, sedang berdiri di depan peti mati. Senyum seringai tersungging dari balik cadarnya. Tangan wanita misterius membuat sebuah gerakan. Sampai asap hitam keluar dari tubuh mayat yang ada dalam peti mati.

Gerakan tangannya begitu lihai, menggunakan jurus memerangkap dosa. Wanita misterius itu mengeluarkan energi Qi-nya. Setiap energi Qi miliknya keluar sebuah *Huadian* atau simbol di dahi berwarna merah keluar.

Lantas sebuah Asap hitam keluar dari tubuh orang mati. Namun lagi-lagi, jurus memerangkap dosa yang dimilikinya belum sempurna. Sehingga asap hitam yang terbentuk dari tumpukan dosa terhisap bersamaan dengan saripati mayat tersebut. Menyebabkan tubuh mayat mengering. Dosa yang terperangkap seperti permata segera diambilnya.

“Jika seperti ini, aku akan berhasil dengan mudah mencapai tingkatan tertinggi… Ha!Ha!Ha!” ucap wanita misterius dengan tawa membahana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!