Energi Yang Berbenturan

Setelah beberapa saat beristirahat. Luka Wang Yi benar-benar sudah pulih. Dia mengajak Pendeta Shaosheng kembali ke Desa Longwan dan menyelesaikan ritual Pelahapan Dosa.

“Apa kau yakin kembali kesana? Sebaiknya kita mencari orang mati lainnya saja,” ucap Pendeta Shaosheng.

Wang Yi menggeleng, “ada yang harus aku selesaikan.”

Pendeta Shaosheng terkejut mendengar jawaban Wang Yi.

“Eh, tak biasanya kau perduli pada sesuatu?”

“Aku tidak mengurusi perasaan tidak berguna seperti itu. Aku hanya benci, jika tidak bisa menyelesaikan sesuatu yang sudah aku mulai.”

Pendeta Shaosheng hanya mengelus jenggotnya sembari terkekeh dan mengibaskan kemucing miliknya.

“Tetapi, jika para gadis dari Aliran Giok Putih datang mengacau. Aku tidak bisa membagi konsentrasiku untuk membantumu.”

Ucapan Pendeta Shaosheng ada benarnya.

“Kau bahkan hanya bisa menguasai Jurus Nancen dan Harimau galak menghentikan gunung,” lanjut Pendeta Shaosheng lagi.

Meski kesal mendengar ucapan Pendeta Shaosheng. Apa yang dikatakan pendeta tua itu ada benarnya.

Flashback

Saat Wang Yi berusia sepuluh tahun. Pendeta Wu Wei mengajarinya beberapa jurus dari Aliran Tao yang dinamakan Tarian Tao.

“Tarian Tao terdiri dari Tiga bagian yaitu Tai Ji Gong yang merupakan tingkat dasar, Xin Yi Quan tingkat menengah, dan Ba Gua Zhang tingkat tertinggi. Pada tingkatan Ba Gua Zhang, Sang Pengguna jurus harus menyatu dengan alam semesta. Jurus ini menggunakan esensi batin yang mengalir secara wajar yang disebut Sistem Li-Wang dengan dorongan lima unsur (Cu Ngo Tui) atas tiga curahan (Sam Koan), yaitu langit, bumi, dan manusia,” terang Pendeta Wu Wei sembari membantu Wang Yi menggerakkan tangannya sesuai Tarian Tao yang paling dasar.

Wang Yi kecil mencoba untuk mengusai tingkat dasar.

“Tai Ji Gong, akan membantumu merasakan energi di sekitar tanpa harus menggunakan mata telanjang. Jurus ini akan membantumu melihat dengan mata batin,” Pendeta Wu Wei mengajari dengan penuh kesabaran.

“Pada tingkatan Tai Ji Gong, lebih mengandalkan kekuatan fisik. Terdiri dari Jurus Nancen. Jurus ini menekankan pada kuda-kuda yang kokoh dan mengandalkan pukulan menggunakan tangan kosong.”

Pendeta Wu Wei dengan penuh kesabaran mengajari Wang Yi kecil membentuk fisiknya supaya lebih bertenaga. Setiap pagi Wang Yi harus berjalan sembari merasakan benda-benda yang ada di sekitarnya. Mencium aroma setiap benda yang dia temui. Mendengar setiap gerakan benda yang ada di sekitarnya. Sehingga tanpa harus menggunakan mata miliknya. Wang Yi dapat melihat dengan mata batinnya.

Akan tetapi perjalanan Wang Yi untuk bisa mencapai tahapan dasar juga tidaklah mudah. Banyak rintangan yang harus dilaluinya.

“Arghttt!!!” teriak Wang Yi kesakitan sembari memegangi matanya.

Wang Yi kecil merasakan seperti ditusuk ribuan jarum. Bahkan rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Guru! Guru! Terjadi sesuatu dengan Yi’er!” panggil Pendeta Shaosheng muda.

Pendeta Wu Wei bergegas mencari Wang Yi yang sedang berguling kesana kemari.

“Sì gè jiǎo de shǒuhù shén, empat dewa penjaga arah mata angin. Langit dan bumi bersatu mengikuti perintah Lóngshén.”

Pendeta Wu Wei membuat gerakan dua jari telunjuk dan jari tengah posisi berdiri merapat. Sedangkan ketiga jarinya ditekuk. Menulis mantra pada kertas kuning.

“Jurus Sepasang Naga Menangani Mustika.” ucap Pendeta Wu Wei sembari mengibaskan kemucing miliknya.

Secara ghaib, dari kemucing miliknya keluar pancaran sinar putih berwarna keemasan. Beberapa saat, keluarlah Naga putih keemasan.

“Roarrr!!!” suaranya menggelegar.

Berputar-putar mengitari Wang Yi yang masih kesakitan. Pendeta Wu Wei mengarahkan jemari tangannya untuk menggerakkan Jurus Sepasang Naga Menangani Mustika ke arah Wang Yi.

Sebuah cahaya menyelimuti Wang Yi. Pendeta Wu Wei berusaha menetralkan tubuh Wang Yi. Namun hanya selang kedipan mata, tiba-tiba Jurus milik Pendeta Wu Wei tercerai berai akibat asap hitam pekat yang keluar dari tubuh Wang Yi. Menimbulkan suara ledakan keras.

Duar!!

Membuat Pendeta Wu Wei mundur selangkah dan muntah darah.

“Guru!” pekik Pendeta Shaosheng muda sembari menahan tubuh Pendeta Wu Wei.

Saat itulah Pendeta Wu Wei melihat sebuah siluet seorang wanita dengan rambut panjang menutupi wajahnya. Aura yang dipancarkan hitam pekat dan begitu gelap. Senyumnya menyeringai. Matanya mengeluarkan banyak darah. Tatapannya penuh dendam kesumat dan menghujam siapa saja yang melihatnya. Merasakan kengerian yang menusuk dalam dada.

Pendeta Wu Wei yang telah mencapai tingkatan tertinggi, sepertinya memahami makna dibalik kejadian yang dilihatnya.

“Tiada takdir yang kebetulan di dunia ini. Manusia saling mengasihi dan membenci layaknya pedang bermata dua. Karma yang harus diterima Wang Yi akan menjadi perjalanan penebusan dosa masa lalunya,” ucap Pendeta Wu Wei dengan bijak.

Lantas bayangan wanita dengan aura gelapnya perlahan menghilang.

"Selama Yi'er masih memiliki tanggungan dosa di masa lalunya. Dia akan kesulitan menguasai tingkat tertinggi Jurus Ba Gua Zhang karena itulah jaga Yi'er dan bimbing dia," pesan Pendeta Wu Wei pada Pendeta Shaosheng muda kala itu.

Pendeta Wu Wei lantas membantu memberikan energinya supayanya Wang Yi dapat menguasai tingkat dasar Tarian Tao, Jurus Nancen dan Jurus Harimau Galak Menghentikan Gunung.

Flashback End

Wang Yi terdiam sejenak, dia tidak bisa berkonsentrasi ketika mempelajari setiap jurus Tarian Tao karena dalam ingatannya selalu dihantui siluet seorang wanita yang menatapnya penuh dendam. Menusuk matanya dan membuat sekujur tubuhnya kesakitan. Akan tetapi untuk saat ini. Ada hal yang harus diselesaikannya.

"Aku memiliki cara untuk menghalangi Aliran Giok Putih mengganggu ritual pelahapan dosa," ucap Wang Yi dengan tenang.

Di Kota Gansu

Rong Rui rupanya sudah sadarkan diri. Kini dia berdiri di pintu keluar kediaman Petugas Yuen.

"Nona, apa kau sungguh baik-baik saja?" tanya Petugas Yuen nampak masih khawatir.

"Terimakasih atas bantuan Tuan. Suatu hari nanti aku akan membalas kebaikanmu." ucap Rong Rui memberi penghormatan Gongshuo dengan menempelkan kedua tangannya. Tangan kanannya berada di depan tangan kiri.

Rong Rui hendak berbalik dan melangkah pergi. Namun buru-buru Petugas Yuen memanggilnya kembali.

"Ah Nona, tunggu. Kau belum mengatakan siapa namamu?" tanya Petugas Yuen.

"Rong Rui."

Lantas Rong Rui segera berjalan pergi menembus keramaian di tengah Kota Gansu. Tangan Petugas Yuen terangkat. Bibirnya hendak berucap. Namun wajahnya menunjukkan keraguan dan akhirnya dia membiarkan Rong Rui berlalu dari hadapannya.

Terdengar helaan nafas berat dari Petugas Yuen yang memiliki wajah tampan dengan garis wajah tegas.

"Wuah, Petugas Yuen sepertinya kau menemukan permata yang sangat cantik." goda seseorang yang tak lain Xiaobo. Tangan kanannya bersandar pada bahu Petugas Yuen.

Petugas Yuen nampak tidak suka dan menggeser tubuhnya. Hingga tubuh Xiaobo hampir kehilangan keseimbangan.

"Bagaimana dengan hasil penyelidikan anak yang meninggal di danau?" tanya Petugas Yuen mengalihkan pembicaraan.

"Sudah dipastikan, anak itu terpeleset hingga masuk danau karena dia buta," jawab Xiaobo dengan entengnya.

Petugas Yuen hanya diam. Seolah memikirkan sesuatu.

Di Desa Longwan

Wang Yi dan Pendeta Shaosheng memasuki rumah gubug yang terbuat dari atap jerami. Jenasah Liqin masih diletakkan di rumahnya. Rumah Liqin nampak sepi.

"Siapa kalian? Beraninya masuk ke rumahku?!" hardik seseorang yang tak lain Ibu Liqin yang bernama Peiyu.

Pendeta Shaosheng segera menoleh.

"Ah, kalian pendeta yang waktu itu?" ucap Peiyu.

Lantas mempersilahkan duduk.

"Nyonya, maafkan atas kekacauan waktu itu. Kali ini kita akan menyelesaikan ritual pemakaman mendiang putramu, Liqin."

Wajah Peiyu mendadak muram. Menunjukkan kesedihan yang mendalam.

"Pendeta lakukan secepatnya ritual pemakaman. Supaya putraku tenang di sana," pinta Peiyu.

Kini, matahari telah berada di atas kepala. Pendeta Shaosheng menyiapkan meja untuk ritual pemakaman Liqin. Sekaligus ritual Pelahapan Dosa oleh Wang Yi.

Suara lonceng Pendeta Shaosheng menggema. Kertas berwana kuning dan putih beterbangan tertiup angin. Wang Yi mulai merasakan sakit pada mata dan tubuhnya. Dia harus bergegas menyelesaikan ritual Pelahapan Dosa. Jika tidak ingin merasakan sakit.

Wang Yi memusatkan pikiran. Dia menggunakan Jurus Harimau Galak Menghentikan Gunung. Memerangkap dosa Liqin. Asap hitam tipis mulai mengepul keluar dari mayat Liqin. Perlahan mulai tersedot dan masuk ke dalam mulut Wang Yi.

Tepat saat itu, Rong Rui beserta kelima gadis dari Aliran Giok Putih melayang di udara. Disaat mereka melayang di udara. Sebuah akar tanaman merambat dan menjerat kaki mereka.

"Jiejie, bagaimana ini?" tanya salah satu gadis yang bernama Dao.

Rong Rui juga kesulitan karena kakinya terjerat. Dia lantas menghunus pedang dan menebas akar tersebut.

Srat!

Akar tanaman putus. Namun dengan cepat tumbuh kembali dan malah menjerat tubuh Rong Rui.

"Jiejie!" pekik saudara seperguruan yang lain.

"Ini pasti ulah Pendeta busuk itu!" ucapnya kesal sembari meronta-ronta.

Tubuh para gadis terjerat oleh akar tanaman. Rupanya inilah yang dipersiapkan Wang Yi. Dia meminta Pendeta Shaosheng memasang beberapa kertas mantra di jalan masuk ke Desa Longwan. Kertas mantra akan bereaksi jika merasakan tenaga Qi seseorang.

"Gyaaahrrgtt!" terdengar suara kesakitan Wang Yi.

Peiyu dan beberapa penduduk desa yang menghadiri ritual pemakaman diam tak berkedip. Wang Yi berusaha bergelut dengan asap hitam yang berada dalam tubuhnya.

Lantas sebuah penglihatan tergambar jelas di benaknya. Mata batin Wang Yi mendengar langkah kaki seseorang yang tak asing dia dengar. Langkah kaki sama yang mendorong Liqin hingga terjatuh ke danau dan tewas.

Tepat saat itu, Rong Rui memusatkan pikiran dan mengendalikan pedangnya. Pedang itu terbang dan mengarah ke sebuah kertas kuning yang tertempel di beberapa pohon.

Srat!

Kertas kuning terkoyak dan bersamaan dengan itu Rong Rui dan saudara seperguruan lainnya bebas dari jeratan akar tanaman. Lantas bergegas menuju tempat ritual pemakaman.

"Bentuk Formasi Rasi Bintang memurnikan dosa." perintah Rong Rui.

Pendeta Shaosheng terlihat jengkel jebakannya gagal. Dia berusaha mengibaskan kemucingnya. Namun tiba-tiba Pendeta Shaosheng kehilangan keseimbangan dan ambruk ke tanah. Dirinya merasa lemas dan tubuhnya seolah kehilangan tenaga.

Para gadis segera mengerumuni Wang Yi. Membentuk Formasi Rasi Bintang. Wang Yi hampir selesai melakukan Pelahapan Dosa. Rong Rui tak ingin kehilangan kesempatan. Dia lantas menjejakkan kaki ke tanah dan mendekati Wang Yi. Kemudian mencekik pemuda itu. Rong Rui berusaha menarik asap hitam dalam tubuh Wang Yi.

Saat proses Rong Rui menarik asap hitam. Energi keduanya saling bertabrakan.

Disaat itulah tiba-tiba bola mata Wang Yi yang berwarna putih secara ajaib berubah menjadi hitam layaknya orang normal lainnya. Untuk sesaat Wang Yi dapat melihat sekitarnya dengan jelas. Pada waktu bersamaan, mata Wang Yi dan Rong Rui beradu pandang.

Keduanya saling menatap. Ada perasaan aneh yang menyergap Wang Yi saat menatap Rong Rui. Energi mereka yang tak sejalan dan saling bertabrakan membuat ledakan dahsyat.

Duar!

Tubuh Wang Yi dan Rong Rui sama-sama terpental dan menghantam tanah dengan keras.

Blam!

Terpopuler

Comments

herry bjb

herry bjb

krn alur ceritanya bolak balik dan juga gak detail akar permasalahannya jadinya novel ini kurang di minati

2024-04-15

1

Alta [Fantasi Nusantara]

Alta [Fantasi Nusantara]

Aku curiga ini penulisnya penggemar Wei Wuxian/Wei Ying /Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-04-25

0

Alta [Fantasi Nusantara]

Alta [Fantasi Nusantara]

Aduh tolong kenapa mesti TaiJiGong sih/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ ini namanya tarian bau banget/Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!