Rong Rui Pengering Mayat?

Di Pinggiran Kota Huayin…

Rong Rui sedang menikmati waktunya sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Gadis yang memiliki paras rupawan dengan mata indah sedang berada di kedai teh pinggiran Kota Huayin.

Menyesap teh yang terasa manis dan hangat.

Beberapa orang singgah di kedai teh kecil. Ada seorang nenek yang habis mencari kayu bakar. Seorang pelajar yang hendak mengikuti ujian negara ke Ibu Kota dan beberapa orang lainnya.

Udara terasa sejuk dan angin lembut berhembus perlahan. Akan tetapi hal itu tidak bertahan lama. Lima orang pesilat yang membawa pedang berwarna hitam membuat kegaduhan di sana. Salah satu pria dengan jambang tebal berdiri di depan Rong Rui. Menatap tajam dan tak bersahabat.

Sedangkan pria lain mengobrak-abrik kedai teh tersebut. Tak salah lagi, mereka adalah pesilat dari Aliran Pedang Iblis.

“Kau dari Aliran Giok Putih bukan?" tanya pria dengan jambang tebal.

Rong Rui masih terlihat tenang dan menghabiskan teh miliknya. Si pria dengan jambang tebal merasa kesal karena diabaikan oleh Rong Rui.

Duak!

"Wanita sialan!" teriak pria berjambang tebal menendang meja di depan Rong Rui.

Menimbulkan suara berdentang yang cukup keras. Si pria berjambang tebal segera menghunuskan pedang mengarahkannya pada Rong Rui. Gadis itu tetap duduk ditempatnya sembari menangkis dengan tangan kirinya. Lantas memberikan tendangan ke arah Si Pria.

Duak!

Si pria berjambang mundur beberapa langkah ke belakang. Saudara seperguruan yang lain tak terima dan segera mengeroyok Rong Rui.

Rong Rui melompat ke udara dan menjejakkan kaki ke bahu pria satunya lantas memutar dengan cepat. Hingga pria itu tersungkur. Pedang berwarna putih dengan corak kebiruan melayang ke arah pria lainnya.

Trang!

Tring!

Suara pedang saling beradu. Sesekali Rong Rui merunduk menghindari tebasan pedang lawan. Lantas melayang ke udara dan memberikan pukulan tepat mengenai dada lawan hingga terjengkang.

Pria berjambang tebal tak terima saudaranya bertumbangan. Pedang berwarna hitam lantas dia hunuskan sembari mengeluarkan jurus Pedang Hitam Jian. Jurus pedang ini menekankan pada gerakan pedang yang lembut tetapi tetap terlihat bertenaga. Jian merupakan jurus dasar dari Aliran Pedang Iblis.

Rong Rui berdiri tegak dan terlihat tenang.

"Kalian dari Aliran Pedang Iblis kenapa menyerang seperti ini? Aliran Giok Putih tidak pernah menyinggung siapapun," ucap Rong Rui.

"Jangan berpura-pura tidak mengetahui apapun. Salah satu Bangsawan yang mendukung Aliran Pedang Iblis mayatnya telah kalian celakai. Bagaimana bisa kami tidak bertindak?"

Ucapan pria berjambang membuat Rong Rui mengernyitkan kening. Tetapi tak ada waktu untuk berpikir lebih jauh karena gerakan pedang pria berjambang mengarah pada Rong Rui dengan cepat.

Gadis itu sedikit mendorong tubuhnya ke belakang lantas menghunuskan pedang. Jurus pedang Jian pria berjambang terlihat sangat cepat. Pergelangan tangan pria berjambang cukup lihai memainkan pedangnya. Jurus Jian mirip seperti gerakan burung Hong banyak gerakan memutar, menangkis dan menusuk.

Rong Rui yang merupakan murid utama di Aliran Giok Putih menangkis dengan Jurus Tarian Pedang Jianshu. Kedua teknik pedang ini sama-sama mengandalkan kelihaian pergelangan tangan dalam memainkan pedang.

Trang!

Trang!

Kedua pedang saling beradu. Rong Rui beberapa tingkat di atas pria berjambang. Gadis itu memutar pedangnya dengan cepat. Membuat pria berjambang kesulitan menghadapi gerakan pedang Rong Rui. Hingga si pria lengah dan dengan gerakan cepat, pukulan telak menghantam dada pria berjambang.

Si pria mundur beberapa langkah. Namun sebelum sempat dia bersiap. Rong Rui dengan cepat mencengkeram lehernya. Mendorong dengan cepat menghantam pohon. Si pria meronta dan menatap Rong Rui dengan kesal.

"Kau mengatakan Aliran Giok Putih mencelakai mayat seorang Bangsawan? Atas dasar apa kau mengatakan itu?"

"Khukhu... seseorang melihat wanita dari Aliran Giok Putih yang melakukannya. Sebentar lagi pasti banyak yang akan memburumu."

Rong Rui sedikit terhenyak dengan perkataan pria berjambang. Tiba-tiba pria lain dari Aliran Pedang Iblis menyandera nenek pencari kayu.

"Lepaskan saudaraku! jika tidak aku akan membunuh nenek tua ini, " ancam Si pria.

Rong Rui menoleh, "tidak perlu melibatkan orang yang tidak bersalah."

Tepat di penghujung kalimatnya. Pria berjambang mengambil kesempatan dan mengarahkan pukulan tepat mengenai dada Rong Rui.

Tangan Rong Rui yang mencengkeram pria berjambang terlepas. Gadis berparas rupawan itu kehilangan kewaspadaan dan dengan gerakan cepat pria berjambang mengarahkan pedangnya.

Srat!

Pedang Hitam pria berjambang menebas Rong Rui. Gadis muda itu ambruk ke tanah memegangi bahunya yang terluka. Pedang pria berjambang terayun, siap menebas Rong Rui kembali.

"Hentikan!" teriak seseorang yang lantas melayang di udara dan mengarahkan tendangan pada pria berjambang.

Duak!

Pria berjambang terjungkal. Saat hendak berdiri ujung pedang seorang pria muda tepat berada di lehernya. Seseorang itu tak lain adalah petugas Yuen. Tak lama kemudian disusul Petugas Chou dan beberapa prajurit dari Biro Kehakiman.

Mereka segera menangkap orang-orang dari Aliran Pedang Iblis. Petugas Yuen segera mencari Rong Rui. Tetapi gadis itu menghilang entah kemana.

Rong Rui yang tak ingin berurusan dengan siapapun. Berusaha pergi dari tempat itu meski tertatih sembari memegangi bahunya yang berdarah. Di sekitar luka Rong Rui mulai menghitam. Dia segera menotok dirinya untuk menghentikan racun yang memasuki aliran darah. Rupanya Pedang Hitam milik pria berjambang mengandung racun.

Gadis muda itu berkeringat dingin. Sekujur tubuhnya kesakitan. Hingga tak berselang lama pandangan matanya menjadi kabur. Pada akhirnya ambruk dan tak sadarkan diri.

Sebuah kilasan ingatan…

Rong Rui seolah berdiri di Padang Bunga Krisan warna-warni. Angin berhembus perlahan menerpa rambut panjangnya yang lurus berkilauan tertimpa cahaya matahari. Tak jauh dari sana, tepat di seberang. Seorang pria tengah menatapnya. Gadis muda itu merasakan perasaan aneh dalam hatinya. Jantungnya berdegup kencang. Bunga seolah bermekaran dalam hati gadis itu.

Rasanya, Rong Rui ingin berlari ke arah pemuda yang wajahnya masih samar tersebut. Ingin berlari dan bersandar dalam dekapan Sang Pria. Namun dalam hitungan sekejap, pemandangan dihadapannya berubah total.

Bau anyir darah, peperangan dan penyiksaan tersaji dihadapan Rong Rui. Gadis itu merasakan sesak di dada. Rasa sakit, amarah, sedih dan dendam menyatu dalam dirinya. Hingga suara samar-samar seseorang memaksanya untuk membuka mata.

"Apa kita perlu mencari tabib untuk menyembuhkan gadis ini?"

Rong Rui membuka matanya perlahan. Rasa sakit masih menggelayut dalam tubuhnya. Sesaat setelah membuka mata, dia melihat sosok seorang pria. Sedang menenggak arak dari botol labu miliknya.

Rong Rui mengatur nafasnya perlahan. Entah kenapa dadanya terasa sesak. Rasa benci tiba-tiba menggumpal dalam hatinya. Sekuat tenaga Rong Rui bangkit dan mengambil pedang. Lantas dengan cepat mengarahkan pada pria yang sedang minum arak. Si pria waspada dan menahan pedang Rong Rui.

"Apa yang kau lakukan? Dasar gadis gila!" pekik pria satunya.

Nafas Rong Rui semakin memburu. Tenaganya seolah habis. Matanya perlahan terpejam. Tubuhnya ambruk dalam dekapan pria yang hampir ditusuknya. Pria itu tak lain adalah Wang Yi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!