Anak Buangan

Seorang pria dengan usia matang, nampak mondar-mandir di depan sebuah kamar. Kegelisahan terlihat jelas dari raut wajahnya. Di luar hujan disertai badai menyertai kegelisahan Si Pria. Dari dalam kamar kediaman Keluarga Wang, seorang tabib sedang membantu persalinan Si Nyonya rumah.

"Nyonya, tarik nafas... Tahan... Hembuskan!" aba-aba Sang Tabib.

"Uggghtt... Argttthh..." erang Nyonya Wang sembari mencengkeram selimut dengan tangannya.

Beberapa pelayan kesana kemari membantu segala keperluan persalinan Nyonya Wang. Tuan besar Wang mengepalkan tangan sembari menggigit bibirnya. Dia nampak cemas akan istri dan anak yang akan dilahirkan.

"Kenapa lama sekali?" tanya Tuan Wang pada dirinya sendiri. Raut wajahnya nampak gelisah dan tak sabaran.

Tepat saat hujan badai disertai petir menyambar. Dari dalam kamar, terdengar suara tangisan bayi.

"Oeeek! Oeeek!"

Mendengar suara tangisan bayi, Tuan Wang kegirangan. Dia bergegas masuk ke dalam kamar.

"Anakku sudah lahir?! Dimana anakku?" tanya Tuan Wang dengan wajah berseri.

Seorang tabib tengah menggendong bayi yang sedang menangis keras. Tuan Wang segera menghampiri bayinya.

"Apakah anakku seorang laki-laki?" tanya Tuan Wang dengan wajah sumringah.

Lantas mengambil bayi dalam gendongan tabib. Wajah Tuan Wang terlihat bahagia. Hingga Si bayi laki-laki membuka mata. Bola mata Si bayi berwarna putih. Dikeningnya terdapat simbol berwarna merah darah. Tuan Wang terkesiap.

"A.. Ada apa dengan mata putraku dan… dan simbol aneh apa ini?" tanya Tuan Wang.

Sang tabib menunjukkan raut kesedihan. Dia membungkuk dalam.

"Putra Tuan Besar, tidak bisa melihat apapun."

Bagaikan tersambar petir. Membuat Tuan Wang begitu kecewa mendengar kabar putra yang didambakannya malah memiliki kecacatan fisik. Nyonya Wang yang mendengar putranya buta, begitu sedih dan kecewa. Hingga tak terasa air mata membasahi pipinya.

Wajah Tuan Wang yang tadinya penuh binar keceriaan dalam hitungan kedipan mata berubah merah padam. Terlihat sangat kecewa dan merasa malu. Bahwa putranya sebagai generasi penerus Keluarga Bangsawan Wang malah buta. Lantas dengan kasar, menyerahkan bayi yang baru dilahirkan itu dalam gendongan Sang Tabib.

"Dia bukan putraku." ucap Tuan Wang sembari membuang muka dengan wajah kecewa.

Mendengar kalimat suaminya. Nyonya Wang semakin meratapi nasib diri dan putranya. Keluarga Wang dan para pelayan yang tadinya bersuka cita menyambut calon Tuan Muda mereka. Seketika membisu, tak ada rona keceriaan yang terpancar dari Kediaman Keluarga Wang. Semua seolah direnggut paksa. Hanya kegelapan tersisa seperti yang dirasakan Si bayi.

Bayi mungil yang bahkan belum mengetahui warna dunia kembali merasakan penderitaan.

"Tetua, bayi ini akan menjadi aib bagi keluarga Wang yang terhormat. Sejak dahulu, keluarga Wang adalah bangsawan terpuji yang dikasihi Kaisar. Anak ini, hanya akan memberikan noda pada keluarga Wang. Aku menyerahkannya padamu untuk Tetua jaga." ucap Nyonya Wang tanpa melihat ke arah bayi yang baru saja dilahirkan.

Tetua dari Aliran Tao yang bernama Pendeta Wu Wei dari Kuil Naga Timur menerima bayi yang masih terlalu dini untuk mengerti akan kejamnya dunia. Sang Pendeta menggendong bayi mungil dengan bola mata berwarna putih.

"Berlian dengan cacat lebih baik daripada batu biasa yang sempurna. Aku mohon undur diri Nyonya Wang." ucap Pendeta Wu Wei melangkahkan kaki meninggalkan Nyonya Besar Wang yang satu kalipun tak berpaling melihat putranya.

Terkadang rencana manusia lebih rendah daripada yang dibuat oleh surga.

...****************...

“Gyaartthh!” Wang Yi tersadar sembari memegangi matanya. Mengatur nafas sejenak.

“Kau sungguh beruntung tidak berpindah alam.” ucap suara seseorang yang tak lain Pendeta Shaosheng.

“Ambilkan arak.” pinta Wang Yi.

Pendeta Shaosheng hanya menghela nafas dan menyerahkan botol arak berbentuk labu pada Wang Yi. Tanpa banyak berkata, pemuda bertubuh kurus dengan rambut tergerai panjang tak beraturan tersebut segera menenggak minumannya hingga habis.

“Aliran Giok Putih, sepertinya tak tahan untuk ikut campur dalam ritual pelahapan dosa.” ucap Pendeta Shaosheng sembari duduk di depan Wang Yi dan mengikuti pemuda itu menenggak arak.

Wang Yi baru ingat, pada saat proses pelahapan dosa. Dirinya malah dilahap oleh dosa Pejabat Zhang. Mengenai Aliran Giok Putih yang ikut campur, dia sama sekali tidak perduli.

“Energi Qi milikmu masih lemah. Kau bahkan belum bisa menguasai tingkat Tarian Tao yang lebih tinggi selain Tarian Tao yang mengandalkan fisik. Kau terlalu sembrono melakukan ritual pelahapan dosa sendirian. Bagaiman jika terjadi sesuatu denganmu?” tanya Pendeta Shaosheng dengan nada kesal.

“Kita tidak sedekat itu. Jadi berhentilah memiliki perasaan yang tidak berguna.” balas Wang Yi dingin. Lantas melangkahkan kakinya keluar dari Kuil Kuno tua yang mereka tempati.

“Dasar bocah berandal. Kau mau kemana?!” panggil Pendeta Shaosheng sembari mengejar Wang Yi.

Di pinggiran Kota Gansu, Wang Yi dan Pendeta Shaosheng mengejar seorang pria yang tak lain adalah pelayan di rumah Bordil Duyi. Si pelayan rupanya memiliki jurus meringankan tubuh. Wang Yi yang memegangi kemucing Pendeta Shaosheng mengejar dengan jurus meringankan tubuh. Mereka melayang dari satu dahan ke dahan yang lain.

“Sì yuán shǒuhù sheng, empat dewa penjaga arah mata angin. Langit dan bumi menjadi satu mengikuti perintah Lóngshén.” ucap Pendeta Shaosheng.

Secara ghaib, ranting tanaman di sekitar pelayan yang mereka kejar bergerak dan menghantam tubuh pelayan itu.

Duak!

Seketika tubuh pelayan terjerembab ke tanah dengan keras. Si pelayan yang bernama Jingguo meringis kesakitan. Dia berusaha bangkit dan hendak berlari. Akan tetapi kemucing Pendeta Shaosheng bergerak dengan cepat.

Slap!

Menjerat kaki Jingguo hingga jatuh kembali. Wang Yi lantas berlari dengan cepat ke arah Jingguo. Akan tetapi Jingguo dengan sigap menyebarkan serpihan bubuk ke arah Wang Yi. Wang Yi dengan cepat menggunakan jurus Tarian Tao dan menghalau serangan dengan meniup serpihan bubuk kembali pada Jingguo. Tak ayal Jingguo merasakan sakit pada matanya. Senjata makan tuan.

“Jangan menggunakan cara yang sama untuk mengalahkan musuh.” ucap Wang Yi.

Jingguo terlihat kesal. Wang Yi segera melancarkan serangan ke arah Jingguo dengan pukulan. Jingguo tak tinggal diam. Dia menangkis dengan memutar tubuhnya ke udara. Wang Yi bersikap waspada dengan mendengarkan gerakan musuhnya.

Jingguo menyerang Wang Yi dari udara dengan pukulan beruntun.

“Atas!” aba-aba Pendeta Shaosheng.

Wang Yi mendengar aba-aba dan dengan cepat mengangkat kakinya ke udara menangkis serangan Jingguo. Jingguo mundur dan menjaga keseimbangan dengan menjejakkan kakinya ke tanah. Wang Yi tak tinggal diam. Lantas dengan cepat menggunakan Tarian Tao yang lembut dalam gerakan namun memiliki tenaga yang luar biasa. Wang Yi menggunakan kedua telapak tangannya menyerang Jingguo. Jingguo berusaha menahan serangan. Akan tetapi dia tak sanggup menahan tenaga Wang Yi yang besar. Hingga harus merelakan dadanya terkena hantaman telapak tangan Wang Yi.

Duak!

Jingguo berusaha melawan. Namun, Wang Yi dengan cepat memberikan pukulan bertubi-tubi dengan cepat. Hingga Jingguo kewalahan dan memuntahkan darah. Akhirnya terjerembab ke tanah. Terkapar tak berdaya.

“Bunuh saja aku!” ucap Jingguo tanpa rasa takut.

“Jika itu yang kau minta. Akan aku lakukan.” balas Wang Yi.

Wang Yi bersiap mengarahkan pukulan mematikan pada Jingguo.

Shaaat!

“Hentikan!” pekik seseorang.

Pukulan Wang Yi tinggal beberapa inci dari wajah Jingguo. Namun suara seseorang menghentikannya. Suara itu ternyata berasal dari Nyonya Zhang. Dia berjalan diiringi Lien Hua.

Lien Hua segera menolong Jingguo. Nyonya Zhang menatap penuh amarah pada Wang Yi.

“Pendeta lancang! Kalian berani mencuri jenasah suamiku. Membuat keonaran di Kota. Kalian akan menerima hukuman setimpal!” Nyonya Zhang menghardik dengan nada penuh amarah.

Tidak berselang lama, gerombolan prajurit dari Biro Kehakiman yang dipimpin Petugas Yuen datang mengerumuni Wang Yi dan Pendeta Shaosheng.

“Tangkap mereka!” perintah Petugas Yuen.

“Tung…tunggu….jangan terburu-buru.” ucap Pendeta Shaosheng sembari menyikut Wang Yi.

“Pembunuh Pejabat busuk Zhang. Apa kalian dari Biro Kehakiman tidak penasaran?” pancing Wang Yi.

Nyonya Zhang membuka suara, “Petugas Yuen, mereka adalah Pendeta pembuat onar yang mencuri jenasah suamiku. Sebaiknya tangkap dan berikan hukuman setimpal.”

Wajah Nyonya Zhang merah padam karena menahan amarah. Biro Kehakiman tidak segera menangkap mereka. Salah satu bawahan Yuen yang bernama Xiaobo mendekati Yuen.

“Tuan, jangan sampai kita membuat istri Pejabat Zhang semakin murka. Sebaiknya segera tangkap kedua Pendeta busuk itu.”

Petugas Yuen bimbang sejenak, dia menatap Wang Yi. Mulutnya hendak memberikan perintah. Akan tetapi terdengar Wang Yi membuka suara.

“Kalian para petugas dari Biro Kehakiman. Jangan sampai melindungi orang yang salah. Apakah kalian tidak penasaran siapa pembunuh Pejabat Zhang?” pancing Wang Yi kembali.

Nyonya Zhang kembali membuka suara, “mengenai pembunuh suamiku. Aku yang akan mengurus. Pendeta busuk seperti kalian, jangan ikut campur.”

“Suamiku, kenapa hal ini harus terjadi pada keluarga kita? Kau adalah suami yang bijak. Kenapa nasib buruk menghampirimu?” rintih Nyonya Zhang dengan suara parau.

Xiaobo menatap kasihan pada Nyonya Zhang.

“Petugas Yuen, segera tangkap kedua Pendeta busuk itu!” desak Xiaobo.

Akan tetapi Petugas Yuen hanya diam saja tak bergeming.

“Huaa! Hiks! Suamiku! Kenapa kau harus bernasib malang seperti ini!” lagi-lagi tangisan Nyonya Zhang menggema.

“Tangkap mereka!” perintah Xiaobo yang tak sabaran.

Beberapa prajurit dari Biro Kehakiman melangkah maju. Akan tetapi Petugas Yuen menghentikan mereka.

“Katakan apa yang kau ketahui?” Petugas Yuen menatap Wang Yi.

Wang Yi memasang wajah serius, “pembunuh Pejabat Zhang adalah….. dia….” tunjuk Wang Yi pada seseorang.

Semua mata tertuju pada orang yang ditunjuk Wang Yi. Membuat seseorang itu terkesiap dan mundur selangkah dengan wajah ketakutan.

Siapakah pembunuh Pejabat Zhang yang sebenarnya?

Terpopuler

Comments

Darien gap

Darien gap

adegan terseru

2024-04-25

0

Filanina

Filanina

dalangnya istrinya sendiri kayaknya

2024-03-25

0

Filanina

Filanina

ini nggak ada jeda. kenapa tiba-tiba ada guru tao di rumahnya. apa dia menunggui persalinan juga?

2024-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!