15

Pagi hari seperti biasanya Almira sudah bersiap berpakaian rapi. Ia berdiri di hadapan cermin melihat pantulan dirinya. " udah cantik" Ucapnya sambil membenahi rambutnya. Merasa sudah pas ia pun langsung keluar kamar dan menuju dapur. Di dapur sudah ada Irfan yang sedang duduk menikmati sarapannya.

Almira melihat dua lembar roti di piringnya dan segelas susu. Lagi-lagi ia harus sarapan dengan menu itu. Ia merasa bosan, apalagi itu tidak membuatnya kenyang.

"Apa tidak ada sarapan kain pak?" Tanya Almira sambil menatap Irfan.

"Saya tidak biasa makan berat saat sarapan." Jawab Irfan tanpa menoleh pada Almira. Almira mengerucutkan bibirnya.

"Cepat habiskan sarapan mu. Sore ini kamu akan belajar masak dengan guru memasak_mu." Sambung Irfan yang masih fokus dengan makanannya.

Almira meneguk susu nya kemudian mata nya teralihkan menatap Irfan yang sedang mengunyah. Lagi-lagi ia terpaku melihat pemandangan di depannya. Baginya Irfan sangat seksi saat makan, kemudian ia melihat Irfan minum. Ia meneguk Saliva terpesona.

"OMG tampan banget." Batin Almira sambil terus menatap Irfan.

"Sudah selesai?" Tanya Irfan membuat ia gelagapan. Ia merasa malu karena kepergok memperhatikan Irfan dari tadi.

"I..iya pak." Jawab Almira dan langsung meneguk habis susu nya.

Irfan menunggu Almira menghabiskan sarapannya kemudian ia mengajak Almira untuk pergi ke kampus bersamanya. Almira sangat senang saat Irfan menawarinya ikut ke kampus bareng. Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan diantara mereka, dan kini mobil Irfan sudah samapi di parkiran khusus dosen.

"Sampai, turunlah." Ucap Irfan sambil melepaskan setbelt nya.

Almira melihat sekeliling, ia takut jika ada yang melihat ia turun dari mobil Irfan sang dosen. Merasa aman, ia hendak membuka pintu namun Irfan menghentikannya.

"Tunggu dulu." Ucap Irfan membuat Almira tidak jadi membuka pintu. Ia kembali menghadap ke arah Irfan.

"Kenapa pak?" Tanya nya bingung.

Irfan merogoh sakunya dan mengeluarkan dompetnya. Kemudian ia mengambil sebuah kartu dan memberikannya pada Almira. Sontak saja Almira kaget, matanya membola melihat kartu ditangannya. Bukan tanggung-tanggung, Irfan memberikannya black card.

"P..pak.. I..ini?" Tanya Irfan gugup melihat kartu ditangannya.

"Pakailah, itu hak mu sebagai istriku." Ucap Irfan.

"I..ini beneran?" Tanya Almira memastikan.

"Hem..keluarlah." Sambung irfan kemudian keluar lebih dulu dan memutar jalannya membukakan pintu mobil untuk Almira. Almira merasa tersipu diperlakukan manis begini oleh Irfan. Wajah nya memerah seperti buah tomat masak.

"Makasih pak." Ucap Almira tersenyum lebar.

Irfan hanya mengangguk menanggapi kemudian berlalu pergi meninggalkan Almira yang masih diam terpaku di tepi mobil.

"Wajah gue" Gumam Almira menyentuh wajah nya. ia yakin saat ini wajahnya pasti sudah merah seperti kepiting rebus. Ia jadi malu dilihat Irfan seperti ini.

Tidak sampai disini, bahkan dikelas Irfan juga menunjukkan perhatiannya. Almira hendak duduk di kursi depan namun ada mahasiswi yang melarang Almira untuk duduk di sebelahnya. Alhasil Almira memilih kursi belakang dan itu pun bersebelahan dengan mahasiswa pria.

Irfan langsung menegur mahasiswa yang melarang Almira duduk tadi, kemudian menyuruh Almira untuk duduk di depan. Sekali lagi Almira tersipu.

"Apa mereka ada hubungan?"

Seperti nya mereka memang saling mengenal."

Bisik-bisik di belakang tak di hiraukan oleh Almira maupun Irfan. Dan Irfan tetap melanjutkan materi nya. Dnegan lugas dan profesional Irfan menjelaskan semua pembelajaran, metode yang diajarkan Irfan sangat mudah dipahami sehingga membuat para mahasiswa tidak mengantuk.

Banyak mahasiswi merasa kagum dengan Irfan. Dosen muda nan tampan, di tambah jenius. Membuat para wanita pasti akan jatuh cinta, termasuk Almira. Almira terus memandangi Irfan sambil tersenyum.

"Baiklah, sampai disini pembelajaran kita, kita lanjut pertemuan berikutnya." Ucap Irfan sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

Selesai Irfan berucap bel selesainya pelajaran langsung berbunyi.

"Ck...pak Irfan sangat jenius memperhitungkannya waktu nya ya, saat dia mengakhiri bel langsung berbunyi." Ucap salah seorang mahasiswi kagum dan takjub.

Semua pun berhambur keluar, hanya tinggal Almira. Dia masih memperhatikan Irfan yang sedang menyusun buku di mejanya.

"Almira" Panggil Irfan dan almira langsung bangkit dan menghampiri Irfan.

"Ada apa pak?" Sahut Almira tersenyum.

"Kamu kalau belajar perhatikan buku dan pahami apa yang di terangkan. Jangan hanya menatap saya seperti itu." Ucap Irfan datar.

Almira tersenyum canggung karena ketahuan memperhatikan Irfan terus. Malu? tentu saja. Ia merasa malu ternyata Irfan mengetahuinya. Tapi tunggu dulu, jika Irfan tahu berarti Irfan juga memperhatikannya. Aa..hatinya menjerit bahagia.

***

"Seriusan pak Irfan Ngah Lo kartu ini?" Tanya Kiara memegang dan melihat kartu di tangannya.

Almira hanya mengangguk dan tentu saja Kiara dan Julian takjub.

"Gue baru kali ini melihatnya." Kiara melihat dan menerawang kartu itu di udara. Matanya berbinar seolah ia yang mendapat rezeki itu.

"Berarti dia menyukai Lo Al?" Sambung Kiara.

"Masa sih?" Tanya Almira.

"Iya." Sahut Kiara mengangguk. "Lo bilang dia mengantarkan Lo ke kampus kan?" Almira mengangguk.

"Dia membukakan pintu mobil?" Almira kembali mengangguk.

"Dia memberikan kartu ini?" Almira lagi mengangguk.

"Fiks.. berarti dia menyukaimu Al." Ucap Kiara yakin.

"Kok lo yakin begitu?" Tanya Julian pada Kiara.

"Yakinlah, secara gue tahu tipe cowok kalau lagi menyukai wanita." Sambung Kiara yakin.

"Benarkah jika pak Irfan menyukai gue?" Tanya Almira tersenyum malu. Ia senang jika seandainya Irfan menyukainya.

"Iya se_" Ucapan Kiara terhenti saat bola basket mengenai nya. Ia menjerit meneriaki siapa yang melemparnya dengan bola. Wajahnya memerah menahan kekesalan saat ditimpuk sama bola. Julian pun ikut meneriaki siapa yang melempar bola mengenai Kiara. Sebagai sahabat ia juga marah.

"Sorry" Ucap seseorang pria menghampiri mereka. Pria itu meminta maaf pada Kiara karena bola ya meleset hingga mengenai Kiara.

Kiara yang awalnya berteriak marah kini berubah tiga ratus enam puluh derajat, suara melembut seketika melihat pria itu. Dengan suka rela ia memaafkannya.

"Gak papa kok." Ucapnya tersenyum sambil memberikan bola pada pria itu.

Julian dan Almira langsung melongo melihat perubahan Kiara. Mereka menggeleng dengan sikap Kiara lembut pada pria.

"Apakah kamu baru masuk? saya tidak pernah melihatmu sebelumnya." Tanya Kiara.

"Saya Alumni disini, dan kesini hanya untuk nostalgia dnegan teman-teman" Jawab pria itu juga tersenyum.

"Boleh minta nomor wa nya?" Kiara meminta nomor w pria itu, sebagai wanita ia tidak segan dan malu untuk meminta nomor wa seorang pria. Dan anehnya setiap dia meminta pasti para pria akan memberikannya.

Mereka kemudian saling tukar nomor.

"Astaga Ki." Julian menggeleng melihat sikap sahabatnya satu ini. Tidak habis pikir, bisa dalam sekejap wajah sangar berubah menjadi wajah hello Kitty.

Terpopuler

Comments

Susi Akbarini

Susi Akbarini

kiara adalah wanita yg mudah jatuh cinta dan pembosan...
😀😀😀❤❤❤❤

2024-04-08

1

Yani

Yani

Kiara" 🤭

2024-04-08

1

Bocil

Bocil

haduuuuhh ki

2024-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!