12

Almira masuk ke kamar kosan Kiara, hanya ada Kiara di dalam, sedangkan Julian setelah mengantar kiara ia pun langsung pulang terlebih dahulu.

"Ki, Julian udah pulang?" Tanya Almira saat baru memasuki kamar.

"Udah, nganter gue dia langsung pulang." Jawab Kiara.

"Sorry ya, tadi ada urusan bentar. Ni gue bawain makanan." Ucap Almira sambil meletakkan makanan di atas meja. Sebelum sampai ke kosan Kiara, ia menyempatkan membeli makanan terlebih dahulu.

"Mau dong, kebetulan gue udah lapar." Kiara mengambil bungkusan makanan dibatas meja dan membuka nya, matanya berbinar melihat ayam kremes kesukaannya. Tanpa ba Bu ba Kiara langsung menyantap makanannya.

Almira melihat Kiara makan dnegan lahap, senyum bahagia terbit di bibirnya, kemudian wajahnya berubah muram, bingung apa yang harus ia katakan dengan Kiara soal pernikahannya.

"Ki, gue mau ngomong sesuatu sama Lo." Ucap Almira menatap Kiara.

"Ngomong aja kali Al, pake lapor segala Lo." Sahut Kiara sambil mengunyah makanannya.

"Mulai hari ini gue pindah dari kosan Lo." Ucap Almira membuat Kiara menghentikan kunyahan nya.

"Lo udah dapat tempat tinggal? dimana?" Sahut Kiara menatap Almira.

Almira mengangguk kemudian menghela nafas, ragu ingin mengatakannya. "Gue dapat kerjaan baru Ki, dan kerjaan gue menyediakan tempat tinggal." Jawab Almira.

"Kerjaan apa?" Kiara penasaran, kemudian ia melanjutkan makannya smabil menanti jawaban Almira.

"Baby sister" Jawab Almira membuat Kiara tersedak. Almira menuangkan minum dan memberikannya pada Kiara. Kiara langsung meneguk minumnya hingga kandas, setelah tenang barulah ia menanyakan kembali.

"Baby sister?"

"Iya, gue jagain seorang nenek."

"Kok bisa?"

"Lo ingat nenek yang gue ceritain tempo hari? Dia menderita kanker Ki, Waktu kira ketemu waktu itu dia menyukai gue, dan pas ketemu lagi ia meminta keluarganya agar gue menjaga nya juga menjadi temannya." Almira mengarang cerita agar Kiara tidak curiga. Hingga Kiara pun percaya dan mendukungnya.

Setelah lumayan lama menemani Kiara, ia pun pamit untuk pergi dengan alasan jika ia mau kerumah majikannya.

Ia menaiki taksi menuju rumah Irfan. Sekitar empat puluh lima menit ia pun sampai. Ia menarik kopernya hingga sampai di depan pintu, menekan password yang di berikan Irfan untuk membuka kunci rumah. Hanya dengan beberapa angka pintu pun terbuka.

Untuk yang kedua kalinya ia kagum melihat rumah Irfan. Rumah ya g begitu rapi. Ia m lepaskan sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu tepat dekat pintu masuk. Dan mengganti dnegan sendal rumahan. Ia berjalan masuk hingga ke ruang tengah.

"Kamar gue yang mana ya?" Gumamnya smabil melihat dua pintu kamar yang berbeda, tidak mau sembarangan masuk, ia akan menunggu Irfan datang barulah ia akan ke kamar. Sebelum Irfan pulang ia berinisiatif untuk berkeliling melihat isi rumah. Dan lagi-lagi ia kagum dengan interior rumah tersebut.

"Pak Irfan tipe rapi kali ya, rumah nya sangat bersih dan rapi, bahkan gak ada debu sedikitpun" Ucapnya sambil mengelus meja dan meraba dinding rumah tersebut. Ia tidak menyangka ada pria yang sangat rapi dan bersih seperti dosennya itu. Ia saja yang sebagai wanita tidak seperti itu.

Lelah menunggu Irfan ia pun tertidur di kursi ruang tengah.

Sekitar pukul tujuh malam Irfan baru pulang. saat masuk dan meletakkan sepatunya, ia mengernyit melihat sepatu Almira yang tidak sesuai letaknya. Ia yang perfeksionis menata sepatu hitamnya hanya dnegan sepatu hitam lainnya, dan ini, Almira malah mencampur sepatu berwarna putih dengan sepatu hitamnya. Ia membenarkan kembali letaknya dan memakai sendal rumahan.

Ia melihat Almira tidur di kursi namun ia tidak membangunkannya, ia langsung ke kamar untuk membersihkan diri, setelah itu barulah ia akan membangunkan Almira.

Irfan mengguyur tubuhnya di bawah shower, rasa lelah ikut luruh bersama mengalirnya air. Tubuh nya menjadi segar kembali.

Setelah memakai pakaian lengkap ia menghampiri Almira yang masih tidur. ia menggelengkan kepalanya melihat Almira tidur. Sangat berantakan dengan posisi kaki menaiki meja.

"Hey, bangun." Irfan menggoyang bahu Almira membangunkan namun tak ada pergerakan sama sekali dari Almira. sekali lagi ia menggoyangkan bahu Almira, ia melenguh sebentar lalu kembali mencari posisi nyaman untuk tidur.

"Bangun," Teriak Irfan tepat ditelinga Almira dan itu sontak saja membuat Almira kaget sembari berteriak kemudian memeluk Irfan. Seketika Irfan membeku di peluk oleh Almira, jantungnya seketika berdentum kencang.

Almira yang belum sadar sangat kencang memeluk Irfan, ia memejamkan matanya takut. Didalam mimpinya tadi ia bertemu dengan binatang buas hingga suara teriakan Irfan membuatnya kaget seperti seolah ia di kejar binatang buas tersebut.

Lima detik, sepuluh detik hingga tiga kukuh detik barulah Almira sadar, ia membuka matanya dan kaget ia memeluk seseorang. Ia merenggangkan pelukannya kemudian mendongak menatap siapa orang yang ia peluk. Matanya seketika membola melihat Irfan di depannya. Bibirnya kaku hendak bicara.

"M..ma..maaf pak" Ucap Almira terbata, kemudian menarik tubuhnya menjauh dari Irfan namun matanya masih menatap Irfan lekat, begitupun Irfan yang masih terpaku menatap Almira.

Pikiran Irfan kacau di peluk wanita, ia yang tidak pernah bersentuhan fisik dengan wanita sangat gugup. Ia menggeleng tipis untuk menetralkan jantungnya.

"Kamu melanggar perjanjiannya". Ucap Irfan datar kemudian duduk di kursi sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Ta..tapi aku tidak sadar pak." Sahut Almira sambil duduk di kursi tepat di hadapan Irfan. Lagian bapak juga sih teriak-teriak. Aku pikir binatang buas buang mengaum." Sahut Almira mengelak.

"Jadi maksud kamu, aku binatang buas?" Irfan mengernyitkan dahi nya dengan menatap Almira tajam seolah ingin memangsanya.

"Ti..tidak. Bukan pak". Almira menggeleng cepat membantah pikiran Irfan.

"Masuk ke kamar mu dan tidur, besok pagi jangan lupa siapkan sarapan." Ucap Irfan menunjuk satu kamar sambil berdiri. Saat dia hendak melangkah ia kembali menatap Almira. "Rapikan lagi kursi itu, dan bersihkan dari iler mu." Sambung Irfan lalu melangkah pergi.

Almira merasa geram disindir ileran oleh Irfan, kemudian ia melihat kursi mencari apakah ada bekas iler nya. Dirasa tidak ada barulah ia menarik kopernya menuju kamar yang di tunjuk Irfan.

"Dasar dosen nyebelin" Ucap Almira memukul bantal meluapkan emosi nya, seolah bantal itu adalah Irfan.

Ia tidak punya pilihan lain selain menurut, jika ia menolak maka ia tidak tahu mau tinggal dimana, Irfan juga berjanji akan membantu untuk ia mendapatkan uangnya kembali dari temannya yang sudah menipu nya. Jadi ia mau tidak mau akan tetap menuruti perintah Irfan dan menjalani kebohongan ini entah sampai kapan. Ia harap kebohongan ini akan berakhir secepatnya tanpa membuat nenek Irfan Anfal.

.

Bersambung.

Hallo semuanya🤗 bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat wal'afiat ya, di beri kesehatan selalu dan diberikan Rizki yang melimpah🤗🤲

Dukung author terus ya gays, karena dukungan kalian sangat berarti buat author.

Happy reading, semoga kalian selalu betah di cerita othor satu ini yah, nantikan terus kelanjutannya yah😊😊

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Typ semangat thour 💪💪

2024-04-03

0

Amalia Putri

Amalia Putri

wah parah si dosen gitu amat lanjut thor

2024-03-30

0

Bocil

Bocil

ya emang tidur terus denger suara apa menyatu dalam mimpi

2024-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!