9

"Menikahlah di hadapan nenek sekarang, jadi nenek bisa tenang untuk operasi, jika pun nenek tidak selamat maka nenek sudah bisa menyaksikan pernikahan kalian." Ucap nenek lirih.

Glek.

Irfan meneguk Saliva gugup, begitupun dengan Almira. Kemudian mereka saling tatap seolah mencari jawaban atas keputusan ini.

"Nenek jangan bicara seperti itu. Aku permisi bentar ya nek."

Irfan berpamitan pada nenek untuk bicara berdua dengan Almira. Irfan membawa Almira di tempat yang agak sepi dimana om fan tantenya tidak akan mendengar pembicaraan mereka.

"Apa-apaan ini pak? kenapa jadi seperti ini?" Ucap Almira menggebu. Ia sangat syok dengan permintaan nenek. Ia sungguh terjebak oleh kebohongan mereka sendiri. Seharusnya ia tidak menuruti keinginan Irfan tadi.

"Al, saya mohon sama kamu, menikahlah dengan saya." Ucap Irfan tanpa ragu.

"What?" Almira bertambah syok karena Irfan menyetujui permintaan neneknya.

"Al, dengarkan saya. Pernikahan ini hanya kontrak tidak lebih. Saya akan memberikan apa pun yang kamu mau asal kamu mau melakukan pernikahan pura-pura ini." Ucap Irfan yakin. Ia yakin mengambil keputusan ini, menurut nya asalkan pernikahan ini bisa membuat neneknya sehat tidak masalah.

"Gak, ini sungguh konyol." Sahut Almira kemudian ia hendak beranjak melangkah pergi namun dengan cepat Irfan menarik tangannya hingga ia tubuhnya membentur tubuh Irfan.

Kini mata mereka saling beradu, Almira merasa gugup saat bertatapan sedekat ini dengan irfan.

"Astaga, apa-apaan ini?" Batin Almira. kemudian ia mendorong tubuh Irfan menjauh darinya.

"Please Al, ini semua demi nenek, kamu lihat kan bagaimana kondisinya saat ini. Saya takut Al, saya takut kehilangan nenek, kedua orang tua saya meninggal sejak saya masih kecil. Dan nenek lah yang menjadi pengganti orang tua saya. Saya sangat menyayangi nya." Lirih Irfan.

Almira ikut merasakan sakit, ia paham bagaimana rasanya kehilangan sebab ia juga kehilangan kedua orang tuanya. Irfan termasuk beruntung masih memiliki nenek juga pamannya. Sedangkan dia. Ia hanya tinggal sebatang kara. Tidak ada sanak saudara dan harus banting tulang untuk bisa melanjutkan hidup.

"Baiklah, gue bersedia." Ucap Almira yakin. Ia yakin jika harus menolong nenek Irfan. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat dicintai. Dan ia akan membantu.

"Benarkah? Kamu serius Al?" Tanya Irfan merasa tidak percaya.

"Iya serius, tapi gue ada syarat pra nikah." Ucap Almira tegas.

"Oke, baiklah. Saya akan menyiapkan semuanya.

**

"Ada apa sus? kok rame?" Tanya Julian pada seorang suster.

Julian merasa heran dengan kamar rawat pasien yang didatangi beberapa orang, juga penghulu.

"Ada pernikahan." Jawab suster itu.

"Iya, kabarnya pasien Di sana meminta cucu nya untuk menikah sebelum ia melaksanakan operasi." sambung suster tersebut.

Julian hanya mengangguk, kemudian ia pergi keruangan rawat Kiara.

"Hy" Ucap Julian menghampiri Kiara. "Bagaiman keadaan Lo?" Sambungnya.

"Lebih baik." Kiara memposisikan duduk bersandar.

"Almira mana? pulang?"

"Gak tau, katanya keluar bentar. Tapi gak nongol lagi tuh anak." Sahut Kiara.

Julian merogoh kantongnya mengambil ponsel kemudian ia menekan nomor Almira, tapi nomor Almira tidak aktif.

"Gak aktif. Pulang mungkin." Jelas Julian.

**

Almira benar-benar gugup, saat ini ia sedang duduk disamping Irfan dan dihadapan penghulu dan para saksi.

Ia tidak menyangka jika takdirnya sebentar lagi akan berubah menjadi seorang istri. Istri sewaan tepatnya. Pernikahan dadakan yang hanya dihadiri oleh nya DNA Irfan sebagai pengantin, penghulu dan saksi yaitu om fan Tante nya irfan.

Tidak ada pernikahan mewah, bahkan pakaian pengantin. Almira hanya mengenakan pakaian yang ia kenakan tadi.

"Bagaimana nak Irfan, sudah siap?" Tanya penghulu kemudian menjabat tangan Irfan.

"Siap pak." Sahut Irfan yakin.

"Saudara Irfan Haidar William, saya nikahkan engkau dengan Almira Cintya putri binti Adam Herlambang dengan mas kawin sebentuk kalung mas dua puluh gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah nya Almira Cintya putri binti Adam Herlambang dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Hanya dengan sekali nafas Irfan berhasil mengucapkan nya.

"Bagaimana saksi?" Tanya penghulu.

Sah.

Sah..." Sahut mereka kompak.

Deg

Almira mematung, jantungnya berdegup kencang saat kata sah menghiasi telinganya. Sekarang ia sudah menjadi istri Irfan Haidar William. Entah apa yang akan terjadi kedepannya.

"Alhamdulillah ya Allah." Ucap nenek dan semua yang berada di dalam ruangan. Nenek nampak sangat bahagia melihat pernikahan cucu nya.

Nenek menggenggam tangan Irfan dan Almira. "Makasih ya kalian mau menurutkan permintaan nenek." Ucap nenek tersenyum bahagia.

"Sekarang aku sudah menikah nek, jadi nenek harus sembuh ya." Ucap Irfan.

"Iya nek. Nenek harus sehat ya." Sabung Almira tersenyum.

"Ma, mama harus sehat ya, sebentar lagi mama akan bisa mendapatkan cicit dari irfan dan istrinya." Timpal Danu.

Glek.

Almira menelan saliva kemudian menatap Irfan meminta penjelasan. Ia tidak mau jika harus Sampai berhubungan badan dengan Irfan. Pernikahan mereka hanyalah kontrak, jadi tidak akan ada sentuhan pisik.

Irfan yang di tatap seperti itu langsung mengalihkan pandangannya.

"Dasar cowok aneh." Gumam Almira pelan.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Rifah Ihsanul Fajri

Rifah Ihsanul Fajri

kurang enak aja bacanya pake ngomong "gue" sm dosennya thor, mending diganti aja

2024-04-21

1

Yani

Yani

Benar cowok aneh ya Almira tapi kamu mau 🤭 lanjut thour ttp semsngat 💪💪

2024-03-26

0

Amalia Putri

Amalia Putri

lanjut thor seru.

2024-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!