6

"Emm... Bagaimana menurutmu jika kita berbohong." Tanya Irfan.

"Tentu saja tidak baik. Tapi jika kita berbohong demi kebaikan tidak apa-apa." Jawab Almira.

"Kebohongan tetap saja kebohongan, selepas baik ataupun buruk." Sahut Irfan.

"Bapak salah, jika kita berbohong demi kebaikan seseorang itu sah-sah saja, apalagi dengan kebohongan itu membuat seseorang bahagia." Sambung Almira.

**

Irfan dan Almira kini sudah sampai di kantor polisi.

"Keluarlah." Ucap Irfan sambil mematikan mesin mobilnya.

Almira keluar dan mengikuti Irfan jalan memasuki kantor polisi. Kemudian membuat laporan atas penipuan. Almira menceritakan semua yang terjadi juga memberikan bukti percakapan pribadi mereka.

Setelah selesai membuat laporan mereka pun pergi meninggalkan kantor polisi. Irfan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Suasana begitu hening tanpa ada percakapan di antara keduanya.

"Saya antar kemana?" Tanya Irfan memecah kesunyian.

"Ha?" Almira kaget.

"Saya antar kamu kemana?" Ucap Irfan kembali tanpa menoleh pada Almira.

"Di halte depan kampus aja deh pak." Jawab Almira pelan.

"Ngapain di halte? gak langsung pulang kerumah?" Tanya Irfan sambil menoleh sebentar kemudian kembali melihat ke depan.

"Bapak kan tahu, saya tidak punya rumah karena sudah di tipu." Jawab Almira dengan suara sedikit tinggi.

"Kok ngegas? saya kan hanya bertanya." Sahut Irfan. "Seharusnya kamu itu lebih pintar lagi menghadapi orang-orang seperti penipu itu, agar tidak tertipu. Masa tidak mencari tahu dan langsung membeli." sambung Irfan.

"Iya, aku memang bodoh. Puas bapak!" Sahut Almira kesal. Wajahnya langsung masam mendengar ocehan Irfan. Bukannya simpati atas musibah yang di derita nya, Irfan malah mengatakannya bodoh. Sungguh Almira sangat merasa kesal.

"Trus kamu akan tinggal dimana?" Ucap Irfan lembut. Ia juga merasa kasihan, tapi gak mungkin kan dia mengajak Almira telah nggak di rumahnya.

Almira tidak menjawab pertanyaan Irfan, ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Sampai." Ucap Irfan saat mobilnya sudah sampai di halte kampus.

Almira langsung membuka setbelt nya dan keluar dari mobil Irfan. Karena rasa kesalnya ia jadi lupa banyak berterima kasih.

Irfan langsung melajukan mobilnya meninggalkan almira. Dia terus melihat Almira dari kaca spion mobilnya hingga hilang karena lajuan mobilnya.

Almira yang ditinggal Irfan terduduk di halte, meratapi serta memikirkan kemana ia akan pergi. Bahkan ia juga menangis menyesali kebodohannya. "Ayah. Maafin aku, hiks..hiks.."

Ia menangis mengingat ayahnya, ayahnya pasti sangat kecewa atas kecerobohannya. Ditengah Isak tangis nya, ponselnya berdering. Ia melihat nama Kiara memanggil.

"Ki" Ucapnya terisak.

"Lo dimana?"

"Gue di halte depan kampus. Gu_" belum selesai ucapannya Kiara langsung memutuskan panggilan.

"Hallo, Ki" Almira melihat layar ponselnya ternyata panggilan terputus. "Kebiasaan" Gerutu Almira kemudian menyimpan ponselnya.

Sekitar lima menit Kiara sampai lalu menghampiri Almira.

"Ayo ikut gue." Ajak Kiara sambil menarik tangan Almira, mereka pun berjalan kaki hingga sampai di kosan Kiara.

"Kenapa gak langsung kesini aja sih Al." Tanya kira sambil membuka handle pintu.

"Gue gak mau ngerepotin Lo." Jawab Almira sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur Kiara.

"Astaga Al." Kiara menghela nafas sembari berkecak pinggang. "Kita berteman sudah berapa lama sih Al? Lo masih sungkan begitu? kita ini sahabatan udah lama, jadi gak ada kata ngerepotin sama gue." Balas Kiara sambil duduk disisi ranjang.

Almira bangkit dan memposisikan duduk samping Kiara kemudian ia memeluk Kiara dengan erat.

"Makasih banyak ya Ki, Lo memang sahabat gue paling the best." Almira memeluk Kiara erat. Ia sangat bahagia karena dikaruniai dua sahabat seperti Kiara dan Julian. Yang menemani dalam keadaan suka maupun duka. Juga saling mendukung.

**

Disisi lain Irfan sedang menemani neneknya di rumah sakit. Ia memijit kaki neneknya sambil mendengarkan cerita dan nasihat dari sanga nenek.

"Apa sekarang kamu sudah punya pacar fan?" Tanya nenek menatap lekat sang cucu.

Irfan tidak menjawab, ia langsung mengalihkan pembicaraan. "Apa pijatan ku enak nek?" Tanya Irfan tersenyum sambil tangannya memijit kaki nenek.

"Nenek semalam bermimpi bermain dengan seorang anak kecil fan, kamu tahu, dia sangat mirip denganmu. Wajahnya, matanya, hidungnya. Hanya senyumnya saja berbeda. senyumnya sangat manis." Ucap nenek melihat keatas menerawang ingatan akan mimpinya.

"Hati irfan mencelas mendengar ucapan nenek, ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menyenangkan nenek. Neneknya hanya ingin melihat ia menikah, tapi ia belum memikirkan untuk berumah tangga saat ini, ditambah ia juga tidak memiliki calon.

"Nenek ini sudah tua fan, nenek selalu berdoa agar bisa melihat kamu menikah dan memiliki cicit dari kamu. Nenek sangat takut." Sambung nenek sambil mengusap air mata yang terjatuh mengaliri pipi nya.

"Nenek, jangan bicara seperti itu. Nenek akan berumur panjang, dan kelak akan bermain dnegan cicit-cicit nenek." Sahut Irfan sambil menggenggam tangan sang nenek.

Nenek hanya diam menatap Irfan, Ia teringat akan suaminya juga kedua orang tua Irfan. Ia merindukan mereka.

Irfan merasa iba melihat wajah nenek yang penuh harapan, ia jadi teringat ucapan Almira. "Jika dengan berbohong akan membuat seseorang bahagia, maka lakukan lah."

"Aku sudah punya pacar nek." Ucap Irfan menggenggam ke dua tangan nenek.

"Benarkah?" Mata sang nenek langsung berbinar. Benar kata Almira, kebohongan yang bisa membuat nenek tersenyum dan bahagia. Ia akan melakukannya.

"Iya nek, jadi nenek jangan memikirkan aku lagi yah, yang penting nenek sehat dan kelak punya tenaga untuk bermain dengan cicit-cicit nenek." Sambung Irfan berbohong.

"Nenek senang mendengarnya fan, nenek tidak sabar bertemu dengan calon kamu, dan melamar nya untuk kamu." Sambung nenek.

Glek

Irfan menelan saliva nya, ia sadar kebohongannya kini akan panjang. Demi menutup kebohongan maka ia akan terus berbohong. Ini benar-benar situasi yang sulit baginya. Tapi melihat nenek yang nampak sangat bahagia ia tidak tega jika harus mematahkannya. Apa yang harus ia lakukan? Jika ia berbohong maka ia sendiri yang akan terjerat, dan jika ia berkata jujur maka nenek akan semakin sedih dan penyakit nya semakin parah.

Irfan sungguh merasa dilema.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Ga ada nama berbohong demi ke baik berbohong tetep aja bohong

2024-03-26

0

Mika Saja

Mika Saja

ya knpa ngikutin saran Almira pak dosen

2024-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!