Mereka sampai di depan gerbang rumah besar milik Presdir. Lili membuka pintu yang memakai passcode tanggal lahir Kimmy.
"Mbak Kimmy tolong catat kode kuncinya! 22.12.90 itu nomornya. Ingat nanti sore harus sudah pindah!"
"Kodenya mirip tanggal lahirku?" Kimmy bergumam pelan.
"Mbak bilang apa?" tanya Lili yang mendengar gumaman Kimmy samar samar.
"Ah, tidak ada," jawab Kimmy gugup.
Lili menunjukan kamar Kimmy yang berada tepat di samping kamar Presdir. Alasannya agar saat Presdir membutuhkannya nanti, maka Kimmy bisa sesegera mungkin datang. Kimmy dan Lili masuk ke kamar yang dipersiapkan untuknya. Kamar itu sangat besar dengan ruang ganti yang berukuran 3×3 meter yang tertutup pintu kaca.
Kimmy membuka pintu ruang ganti itu dan ternyata didalamnya sudah berbaris baju-baju kantor dan juga gaun yang tergantung rapi di sisi kiri dan kanan. Dan di tengah-tengahnya terdapat rak sandal dan berjejer sepatu juga sandal yang ukurannya pas dengan kaki Kimmy. Juga tas dan perhiasan di lapisan rak paling atas. Kimmy mulai curiga dan bertanya pada Lili.
"Mbak Lili. Ini semua untuk saya?"
"Ya, tentu saja. Presdir tidak mau membawa asisten yang pakaiannya dibawah standar Presdir. Maaf, bukan berarti pakaian Mbak jelek. Tapi untuk berjaga-jaga jika Presdir bertemu koleganya di jalan, Presdir tidak mau dipandang tidak memfasilitasi bawahannya."
"Oh. Tapi darimana Presdir tahu ukuran kaki saya?" tanya Kimmy masih curiga. Kimmy curiga jangan-jangan presdirnya suka bermain perempuan. Jika iya, berarti semua baju dan perhiasan itu adalah untuk memikat Kimmy dan nantinya akan menjadikan Kimmy simpanannya.
"Dari biodata Mbak Kimmy," jawab Lili sedikit gugup.
Kimmy hanya terdiam mengingat-ingat apakah benar dia sampai menulis ukuran sepatu atau sandal. Tapi pikiran Kimmy teralihkan saat Lili memanggilnya.
"Mbak Kimmy, tugas pertama Anda adalah merapikan berkas-berkas di ruang kerja Presdir. Mari saya tunjukan ruang kerjanya."
Kimmy mengikuti Lili ke ruang kerja di rumah presdir. Saat masuk ke dalamnya Kimmy tercengang. Ruang kerjanya seluas perpustakaan sekolah yang berukuran 10×10 meter persegi.
"Wah! Benar-benar luas."
"Ini bukan hanya ruang kerja tapi juga perpustakaan pribadi Presdir. Presdir sangat suka membaca, di akhir pekan Presdir akan membaca buku setidaknya dua jam di sore dan malam hari," ucap Lili.
"Di sini bukan hanya buku management bisnis tapi ada novel, majalah, dan juga komik. Jika mba merasa bosan menunggu kepulangan Presdir bulan depan, Mbak bisa baca buku disini!" tambah Lili.
"Tapi … saya tidak berani, Mbak," ucap Kimmy
"Tidak apa-apa, Presdir yang menyuruhku menyampaikannya pada Mbak Kimmy. Saya harus kembali ke kantor, Mbak Kimmy bereskan berkas-berkas di meja itu. Setelah itu pulang ke rumah dan ambil barang-barang yang Mbak butuhkan, ok. Saya pergi sekarang kalau begitu." Setelah tugasnya selesai, Lili kembali ke kantor.
Kimmy merapikan berkas-berkas yang berantakan di meja dan menyusunnya dengan rapi lalu menyimpannya di laci meja kerja. Setelah selesai, Kimmy keluar dari ruang kerja dan bertabrakan dengan seorang gadis ABG yang akan masuk ke ruang kerja itu.
"Akh," teriak mereka bersamaan. Gadis itu sangat lugu dan manis dengan rambut dikuncir dua.
"Maaf Nyonya, saya salah. Jangan pecat saya. Saya mohon Nyonya!" Gadis itu menunduk dan meminta maaf tanpa berani menatap Kimmy. Kimmy tidak tahu kenapa gadis itu memanggilnya Nyonya.
"Saya juga salah. Dan … lagi pula saya bukan Nyonya rumah. Saya asisten pribadi Presdir yang baru. Kamu siapa?" tanya Kimmy.
"Aneh? Padahal tadi jelas-jelas Pak Yusril bilang di telepon hari ini istrinya akan pulang ke rumah. Lalu kenapa cuma ada asisten pribadinya? Ah, terserahlah," gumam gadis itu.
"Saya pembantu part time di sini, Mbak."
"Oh. Kok part time? Tidak tinggal disini?"
"Tidak, Mbak. Saya hanya bekerja pagi sampai jam 11 siang. Karena siang hari saya kuliah."
"Oh." Kimmy mempersilakan gadis itu masuk untuk menyapu dan mengepel lantai ruang kerja. Sementara Kimmy pulang kembali ke rumahnya untuk meminta ijin dan mengambil alat alat make up dan beberapa pajangan di meja riasnya. Kimmy merasa tidak perlu membawa banyak baju karena baju yang disediakan untuknya sangat banyak. Kimmy hanya membawa handuk mandi dan beberapa setel baju tidur.
Tok! Tok! Tok!
"Kim. Apa yang kau lakukan?" tanya Aini.
"Ma, aku sedang mengepak barang barangku. Karena pekerjaanku mengharuskanku tinggal di rumah Presdir."
"Laki-laki?"
"Iya. Tapi Mama tenang saja, dia laki-laki yang sudah menikah. Dan sekarang sedang berlibur bersama istrinya selama satu bulan kedepan."
"Syukurlah kalau begitu. Ingat, ya, Kim! Jaga diri baik-baik. Punya istri tidak menjamin dia tidak akan mengganggumu!"
"Iya, Ma. Kim ingat pesan mama, sekarang Kim ingin makan siang buatan mama sebelum Kim pergi."
"Ya, sudah, ayo kita makan dulu!"
Kimmy dan Aini makan bersama dengan lahap. Aini sebenarnya cemas melepaskan Kimmy tinggal di rumah atasannya.Tapi Aini tidak mau menghalangi keinginan Kimmy untuk bekerja. Karena Aini merasa ada baiknya juga Kimmy pergi bekerja, mungkin saja itu bisa membuat Kimmy lupa akan masa lalunya.
Kimmy juga sebenarnya merasa ada yang janggal dari rumah itu, tapi Kimmy tidak tahu apa itu. Selesai makan Kimmy pergi ke rumah Presdir menggunakan taksi. Sampai di rumah itu, Kimmy tidak melihat gadis yang tadi pagi bertemu dengannya. Kimmy ingat jika gadis itu hanya bekerja sampai jam 11 siang.
Tiba-tiba indra penciuman Kimmy tergerak dengan aroma yang tercium dari arah dapur. Kimmy melangkah ke dapur dan melihat makanan di meja makan yang tertutup oleh tutup saji. Kimmy membuka dan melihat, itu adalah makanan kesukaannya, suwir ayam dan kentang balado. Kimmy melihat secarik kertas yang dilipat dibawah piring, dia mengambil dan membukanya. Kimmy membaca isi surat yang ditujukan untuk Nyonya rumah.
Nyonya, saya memasak sedikit lauk untuk Nyonya. Semoga Nyonya menyukainya.
"Apakah Nyonya rumah akan kembali ke rumah hari ini?" Kimmy bertanya-tanya sendiri, lalu pergi ke kamarnya dan merapikan barang barangnya. Karena tak ada pekerjaan yang bisa Kimmy kerjakan, akhirnya Kimmy memilih pergi ke ruang kerja sekaligus perpustakaan. Kimmy mengambil komik The legend of Armian's.
"Cantik sekali, sayang nasibnya sangat tragis. Ck, jangan yang sedih deh, baca yang lucu saja. Em … komik Doraemon ada tidak ya?" Kimmy merasa tidak mungkin jika Presdirnya juga membaca komik seperti itu, tapi perkiraan Kimmy salah.
"Wah! Beneran ada. Sampai beberapa series. Tidak disangka selera Presdir sama denganku." Kimmy membaca komik sambil bersandar di sofa yang tersedia di depan meja kerja. Kimmy tertawa sendiri membaca komik itu hingga tak sadar matahari senja bersinar menembus ke dalam ruang perpustakaan. Kimmy menghampiri dinding kaca besar yang terpampang menghadap ke arah barat.
"Indah sekali, warna jingga matahari senja ini. Nyonya rumah ini pasti sangat bahagia tinggal disini." Kimmy menaruh kembali komik yang tadi dibacanya lalu pergi mandi. Kimmy berkeliling rumah setelah selesai mandi. Ia mencoba mencari tahu apakah Nyonya rumahnya sudah datang, tapi Kimmy tak menemukan siapapun.
Sampai jam 8 malam tak ada tanda-tanda ada orang lain di rumah itu. Perut Kimmy keroncongan karena sudah waktunya dia makan malam. Kimmy tidak berani menyentuh makanan di meja makan. Kimmy khawatir saat dia makan sang nyonya datang.
"Aduh, lapar. Masak saja atau makan yang di meja ya?" Kimmy mondar mandir di dapur. Kimmy akhirnya memilih memakan ayam suwir dan kentang balado yang dimasak oleh pembantu tadi siang. Kimmy pikir jika nanti sang pemilik rumah datang, Kimmy akan memasak lagi yang baru untuknya. Karena makanan itu adalah makanan kesukaan Kimmy jadi dia makan dengan lahap. Selesai makan dia mencuci piring dan pergi ke kamarnya setelah mencuci piring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Rina Alvera
menarik utk di lanjutkan
2020-12-24
1
Rini Widyaningsih
Menarik ceritanya lanjut Thor
2020-07-31
1
hani noviani
kerren ceritanya....
2020-07-28
1