Gugup Setengah Mati

Delon memandang dengan ekspresi gelisah saat sutradara menjelaskan adegan berikutnya. "Maaf, tapi aku tidak bisa membiarkan mereka berciuman, apalagi itu antara saudara seperti mereka!" protes Delon dengan tegas.

Sutradara menghela nafas. "Saya mengerti kekhawatiran Anda, Tuan Lee, tapi Anda harus memahami bahwa ini adalah bagian dari skenario. Adegan ini sangat penting untuk menggambarkan dinamika hubungan antara karakter-karakter utama dalam cerita."

Delon menggeleng keras. "Tidak, aku tidak setuju. Ini tidak etis!"

Sutradara menatap Delon dengan serius. "Tapi Anda harus memahami bahwa ini hanya pekerjaan. Ini bukan tentang hubungan personal, tapi tentang profesionalisme dan kesetiaan terhadap proyek ini. Saya jamin bahwa mereka dapat menghadapinya dengan baik."

Delon bersikeras. "Tidak, aku tidak bisa mengizinkannya. Aku tidak ingin melihat itu terjadi."

Sutradara mencoba meredakan kekhawatiran Delon. "Tuan Lee, saya mohon Anda mempertimbangkan kembali. Kami sudah menyiapkan semuanya dengan baik, dan ini adalah kesempatan yang penting bagi kami untuk menyelesaikan proyek ini dengan sukses."

Delon masih ragu. "Tapi..."

"Saya akan bertanggung jawab atas semua yang terjadi," potong sutradara dengan tegas. "Tolong percayakan hal ini pada kami. Kami akan memastikan semuanya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana."

Delon menggigit bibirnya, masih ragu-ragu. Namun, akhirnya dia mengangguk. "Baiklah, aku akan mempercayakan hal ini pada kalian. Tapi aku ingin mengetahui setiap detail dari adegan tersebut, dan memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik."

Sutradara mengangguk mengerti. "Terima kasih atas kepercayaan Anda, Tuan Lee. Saya akan memastikan semuanya berjalan dengan lancar."

Delon terus merenung dalam kemarahan dan cemburu yang membara. Rasanya seperti sebuah pukulan bagi kepercayaan dirinya ketika Shea menolaknya untuk berperan sebagai lawan mainnya. Kehadiran Luis sebagai pengganti hanya menambah garam pada luka yang sudah terbuka.

Sementara itu, Vera memandang Delon dengan pandangan yang penuh kemarahan dan kekecewaan. "Delon, apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu begitu terobsesi dengan wanita itu? Apa kurangnya aku bagimu?" bentaknya, suaranya penuh dengan emosi.

Delon menoleh padanya dengan wajah yang masih dipenuhi dengan emosi yang bergelombang. "Vera, kamu tidak mengerti. Ini bukan tentang wanita itu, tapi tentang prinsipku. Aku tidak bisa menerima jika mereka yang saudara harus berciuman. Itu tidak etis."

Vera mendengus kesal. "Oh, tolong jangan bilang kalau kamu peduli pada etika sekarang. Aku jelas melihat bahwa ini tentang cemburu. Kamu tidak bisa terima bahwa wanita itu bersama pria lain. Memangnya siapa dia bagimu? Kau benar-benar egois, Delon!"

Delon menatap Vera dengan ekspresi yang tercampur antara kebingungan dan kekecewaan. "Vera, kamu salah paham. Ini bukan tentang cemburu. Aku hanya..."

"Tidak perlu alasan lagi, Delon. Aku sudah muak dengan sikapmu yang selalu merasa lebih dari orang lain. Kamu harus mengendalikan emosimu sendiri!" potong Vera dengan suara tajam, matanya menunjukkan betapa kesalnya dia pada suaminya.

Shea menyaksikan pertengkaran itu dengan senyum penuh kepuasan. Baginya, pertikaian di antara Delon dan Vera adalah bukti bahwa rencananya berhasil memunculkan api pertikaian di antara mereka. Dia merasa puas melihat Delon terpancing emosinya dan Vera yang begitu kesal. Itulah yang dia inginkan.

Dalam benaknya, Shea merenung tentang bagaimana segala sesuatunya berjalan sesuai rencananya. Dia berharap bahwa konflik di antara suami-istri itu akan semakin membesar, membuka jalan bagi dirinya untuk melangkah maju dalam rencananya untuk membalas dendam.

"Sudah cukup Tuan Lee, Nyonya Lee. Kalian sudah sangat mengganggu jalannya syuting. Sebaiknya kalian menyingkir dulu. Nona Victoria,Tuan Luis, mari kita lanjutkan."

Dengan suara tegas, sang sutradara mengakhiri pertengkaran antara Delon dan Vera, menegaskan agar keduanya tidak mengganggu jalannya syuting. Keheningan pun kembali menyelimuti ruangan, dan semua kru bersiap-siap untuk memulai syuting kembali setelah terjadinya kekacauan tersebut.

Ketika kamera mulai merekam, atmosfer di ruangan menjadi tegang. Luis dan Shea, dalam karakter masing-masing, saling menatap dengan intensitas yang tak terlukiskan

Wajah Luis dan Shea saling terpaku, pandangan mereka penuh dengan intensitas yang sulit dijelaskan. Mereka memahami satu sama lain tanpa kata-kata, membiarkan chemistry mereka berbicara sendiri.

Sang sutradara memperhatikan dengan seksama, merasa terpesona oleh kemampuan mereka untuk memancarkan emosi yang begitu kuat. Dia memutuskan untuk tidak menginterupsi momen itu, membiarkan kamera terus merekam tanpa henti.

"Ayo, biarkan mereka terus," bisik sang sutradara kepada krunya, mata terpaku pada layar monitor yang menampilkan adegan mereka. "Mereka membawa energi yang luar biasa."

Di antara Luis dan Shea, tidak ada kata-kata yang diucapkan. Mereka hanya saling menatap, terikat dalam momen yang penuh gairah. Ketika jarak di antara mereka semakin dekat, napas mereka mulai berdesir satu sama lain, menyatu dalam kehangatan yang tak terungkapkan.

Dan saat bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh gairah, tidak ada yang menghalangi mereka. Mereka terbuai dalam sentuhan satu sama lain, melupakan segala hal di sekitar mereka.

Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh gairah. Adegan tersebut begitu memikat sehingga bahkan penonton di luar kamera merasa terbawa olehnya. Dalam detik-detik itu, mereka menjadi satu, menyatu dalam cinta dan hasrat yang tak terbendung.

Di belakang layar, ekspresi terkejut tergambar di wajah para kru yang menyaksikan adegan itu. Mereka tidak bisa menahan rasa kagum mereka pada kekuatan chemistry antara Luis dan Shea.

"Cut!" teriak sang sutradara setelah beberapa saat, menghentikan rekaman. "Itu luar biasa, teman-teman. Ayo kita coba lagi untuk adegan berikutnya."

Setelah teriakan "Cut!" dari sutradara, suasana kembali ke keadaan semula. Luis bukan seorang aktor profesional, dia hanya membantu Shea dalam pembuatan video tersebut. Namun, meskipun demikian, kedua mereka berhasil menampilkan chemistry yang luar biasa di layar dan mulai semua orang yang ada di lokasi.

Setelah adegan ciuman berakhir, Shea merasa gugup setengah mati. Hatinya berdebar kencang dan pipinya memerah. Dia memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri dan menghilangkan rasa gugupnya.

Meskipun mereka hanya sedang berakting, sensasi dari adegan tersebut membuatnya merasa terbawa suasana. Ciuman Luis masih begitu terasa, basah dan melekat lembut dibibirnya.

Shea membuka matanya perlahan, dan melihat Luis masih berdiri di dekatnya dengan senyuman hangat di wajahnya. Wajahnya terpancar ketenangan dan kehangatan, seperti biasanya. Senyum itu membuat Shea merasa sedikit lebih tenang.

"Tidak apa-apa, Shea. Kita sudah melakukannya dengan sangat baik," ujar Luis dengan suara lembut, mencoba menenangkan Shea yang tampak gugup.

Shea mengangguk pelan, berterima kasih atas dukungan Luis. Meskipun dia berusaha untuk tetap tenang, tetapi sensasi dari adegan ciuman tersebut masih terasa di hatinya.

Sutradara menghampiri Luis dengan senyuman puas di wajahnya. "Terima kasih banyak, Tuan. Anda benar-benar membantu kami dan melakukannya dengan sangat baik. Kekompakan kalian berdua benar-benar membuat adegan-adegan itu terasa begitu nyata. Terimakasih atas kerja samanya."

Luis tersenyum dan mengangguk. "Tidak ada masalah, aku senang bisa membantu. Dia yang hebat, dia yang membuat semuanya terasa begitu mudah."

Sutradara mengangguk setuju. "Benar sekali, kalian berdua benar-benar menghidupkan adegan-adegan itu."

Luis menyetujui dengan senyum, merasa senang bisa menjadi bagian dari proyek yang begitu berarti bagi Shea. Sebagai seorang paman, dia selalu ingin membantu dan memberikan yang terbaik pada Shea, dan membantunya dalam syuting ini adalah salah satu cara baginya untuk melakukannya.

"Ayo pulang," Luis meraih tangan Shea lalu membawanya meninggalkan lokasi syuting

Shea tersenyum dan mengikuti Luis keluar dari lokasi syuting. Di dalam hatinya, dia merasa lega bahwa sesi syuting telah berakhir dengan sempurna. Dan dia harus berterimakasih pada Luis, karena tanpa bantuan darinya, semua tidak akan berjalan sesuai yang diharapkan.

"Tunggu!!" Seru Delon. "Aku ingin mengajak kalian semua untuk makan malam. Sebagai perayaan suksesnya proses syuting. Dan saya mengundang Anda," ucapnya sambil menatap Luis dengan pandangan dingin. Delon tidak menyukainya, tentu saja.

Shea membalas dengan lembut, "Terima kasih atas undangannya, Tuan Lee, tapi aku benar-benar lelah hari ini. Aku lebih memilih untuk pulang dan istirahat."

Delon menatapnya dengan dingin, tetapi kemudian mengalihkan pandangannya ke Luis. "Bagaimana denganmu? Apakah kamu akan ikut?"

Luis menyadari situasi yang tidak nyaman ini, tetapi dia tidak ingin membuat Shea merasa sendirian. "Tidak!! Aku akan pulang bersama Jessica," ucapnya dengan datar.

Delon mengangguk, meskipun ekspresinya tidak terlalu senang. "Tentu saja, aku mengerti. Sampai jumpa lain waktu," katanya, sebelum pergi meninggalkan mereka berdua. Padahal Delon sangat berharap Shea bersedia untuk ikut.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Ira Sulastri

Ira Sulastri

Orang lain yg sdg syuting tp ada pasangan yg kebakaran jenggot 😅😅😇

2024-03-17

1

Ike Cahnnel

Ike Cahnnel

Kaya nya ada yang salting dan mulai jatuh hati nih 😚😍 semoga kalian cepat jadian ya biar Thu 2 manusia pengganggu sadar kalo yang layak jadi pasangan romantis ya cuma shea dan Luis 😍🥰🫶

2024-03-17

1

Sumawita

Sumawita

bagus shea hancurkan keluarga Delon

2024-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!