Terbayang-Bayang Wajah Shea

Wajah cantik Shea terus terngiang di benak Delon, menjadi bayangan yang tak bisa dia enyahkan dari ingatannya. Sejak pertama kali mereka bertemu, keindahan dan pesona Shea telah mencuri perhatian Delon. Mata indahnya yang menatapnya penuh dengan keanggunan, menggetarkan hatinya dan membuatnya terpesona.

Setiap kali Delon mengingat momen saat Shea pertama kali datang ke kantornya untuk membahas rencana kerja, dia merasa tertarik dengan segala yang dimilikinya. Senyumnya yang memikat, sikapnya yang percaya diri, dan kehadirannya yang menggetarkan hatinya membuatnya terpesona dan sulit untuk melupakan.

Meskipun Delon berusaha untuk mengenyahkan bayangan Shea dari pikirannya, namun kecantikan dan pesona wanita itu terus merasuki pikirannya. Dia merasa tertarik dan terpikat oleh segala yang dimilikinya, dan rasa penasaran serta ketertarikannya hanya semakin bertambah setiap kali dia mengingat sosok wanita itu.

"Kau sedang melanjutkan apa?" Tiba-tiba Vera muncul dan mengejutkan Delon. Vera menatap suaminya dengan pandangan menyelidik.

"Bukan apa-apa, aku hanya sedang memikirkan beberapa hal terkait pekerjaan," jawab Delon dengan cepat, mencoba menutupi kebingungannya.

Vera menatap Delon dengan pandangan tajam, seolah mencoba membaca pikirannya. "Apakah itu terkait dengan wanita yang baru saja kau rekrut untuk iklan perusahaan?" tanyanya tajam, mencoba menggali informasi lebih lanjut.

Delon menelan ludah, merasa tertekan oleh pertanyaan Vera. "Eh, tidak, tentu saja tidak," jawabnya dengan ragu, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati.

Vera mengangguk, ekspresinya tidak berubah. "Aku harap kau bisa menjaga profesionalitas mu, Delon. Kita tidak boleh campur adukkan urusan pribadi dengan pekerjaan," ucapnya dengan suara tegas, menegaskan pandangan profesionalnya.

Delon menarik napas dalam-dalam, merasa sedikit lega bahwa Vera tidak menunjukkan kecurigaannya secara langsung. "Tentu saja, sayang. Aku akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana," ucapnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan, berjanji untuk menjaga segala sesuatu tetap profesional.

Vera mengangguk puas, sebelum akhirnya meninggalkan Delon dengan pikiran yang dipenuhi oleh keraguan dan ketidakpastian.

Dengan perasaan yang masih dipenuhi oleh bayangan Shea, Delon kembali terdiam dalam lamunan yang dalam. Pikirannya melayang ke momen-momen ketika dia pertama kali bertemu dengan wanita itu, saat kecantikan dan pesonanya menawan hatinya.

Dia merenungkan segala sesuatu yang telah terjadi sejak pertemuan mereka, dan bagaimana kehadiran Shea telah mengganggu kehidupannya. Meskipun dia mencoba untuk menepis pikiran tentang wanita itu, namun kecantikan dan pesonanya terus merasuki pikirannya.

Dalam lamunannya, Delon merenungkan betapa sulitnya untuk melupakan sosok wanita yang begitu menggoda. Dia merasa terperangkap dalam pesona Shea, dan rasa penasaran serta ketertarikannya hanya semakin bertambah setiap kali dia memikirkan wanita itu.

Namun, di tengah-tengah lamunannya, Delon menyadari bahwa dia harus tetap fokus pada pekerjaannya dan menjaga profesionalismenya. Meskipun tergoda oleh kecantikan Shea, namun dia harus memastikan bahwa segala sesuatu tetap berjalan sesuai rencana dan tidak terganggu oleh urusan pribadi.

Delon mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari lamunan tentang Shea dan kembali fokus pada tugas-tugasnya. Meskipun sulit, namun dia harus tetap kuat dan tidak terpengaruh oleh pesona wanita itu.

...🌺🌺🌺...

Dengan langkah ringan, Shea menghampiri Luis dengan penuh perhatian, membawa nampan berisi secangkir kopi pahit untuknya. Dia telah memperhatikan selama ini bahwa Luis tidak menyukai minuman atau makanan manis, itulah sebabnya dia memilih untuk membuatkan kopi tanpa gula sebagai minuman favoritnya.

Dengan senyum lembut, Shea menempatkan nampan di atas meja di depan Luis, lalu duduk di sampingnya dengan sikap ramah. "Ini untukmu, Paman," ucapnya dengan suara lembut, menawarkan secangkir kopi hangat yang telah dia siapkan.

Luis tersenyum terima kasih kepada Shea, merasa tersentuh oleh perhatian dan kebaikannya. Dia mengangkat cangkir kopi itu lalu meminumnya sedikit, merasa senang bahwa Shea selalu memperhatikannya dengan baik.

Shea duduk di samping Luis dengan tatapan hangat, menunggu sampai dia mulai menikmati kopi yang telah dia sajikan. Mereka saling bertukar senyum, Luis yang biasanya dingin terlihat hangat ketika bersama Shea.

Dengan senyum hangat, Luis menatap Shea yang duduk di sampingnya. "Bagaimana perasaanmu sekarang, Shea? Apa yang terjadi di pemakaman tadi masih mengganggumu?" tanyanya dengan penuh perhatian.

Shea menggeleng perlahan, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. "Aku baik-baik saja, Paman. Terima kasih karena sudah ada di sana untukku," ucapnya dengan suara yang lembut.

Luis menarik napas dalam-dalam, merasa sedikit lega mendengar jawaban Shea. "Aku selalu ada di sini untukmu, Shea. Kamu tidak sendirian dalam menghadapi segala sesuatu yang sulit," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kehangatan, menawarkan dukungan dan perlindungan kepada keponakannya.

Shea tersenyum menghargai, merasa terhibur oleh kata-kata dan kehadiran Luis di sisinya. "Aku tahu, Paman. Kamu selalu menjadi tempat perlindunganku," ucapnya dengan penuh rasa syukur, merasakan kehangatan dan kebersamaan di antara mereka.

Kenyamanan yang dirasakan Shea di sekitar Luis tidak hanya karena sikap hangat dan perhatian sang paman, tetapi juga karena kedekatan usia mereka yang tidak terlalu jauh. Dengan Shea berusia 25 tahun dan Luis 28 tahun, mereka memiliki kesamaan dalam tahapan hidup mereka yang membuat mereka mudah untuk saling memahami dan berhubungan.

Perbedaan usia yang tidak terlalu besar membuat mereka memiliki banyak kesamaan dalam hal minat, ketertarikan, dan pandangan tentang kehidupan. Mereka bisa saling berbagi pengalaman dan merasakan emosi yang sama dalam banyak hal.

Kedekatan usia ini juga memudahkan mereka untuk merasa nyaman dalam berbicara satu sama lain tanpa ada rasa canggung atau kesulitan. Mereka bisa menjadi teman sekaligus keluarga, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam setiap situasi.

"Lihatlah, Paman, malam ini langit sangat cerah. Bagaimana kalau kita pergi ke luar untuk jalan-jalan?" Usul Shea dengan antusias.

Luis mengangguk. "Bukan ide yang buruk," jawabnya singkat. "Sebaiknya ambil mantelmu, udara malam ini lumayan dingin."

Shea mengangguk penuh semangat, merasa senang mendapatkan persetujuan dari Luis. "Baik, Paman. Aku akan segera mengambil mantelku," ucapnya sambil bangkit dari tempat duduknya.

Dengan cepat, Shea pergi ke kamarnya untuk mengambil mantelnya, sementara Luis menunggu dengan sabar di ruang tamu. Mereka berdua merasa senang untuk bisa menghabiskan waktu bersama di luar, menikmati keindahan malam dan mengobrol satu sama lain.

Setelah beberapa saat, Shea kembali dengan mantelnya dan siap untuk pergi. "Paman, aku sudah siap." seru Shea sambil menghampiri Luis. "Ayo kita pergi sekarang." Ucapnya.

Shea meraih lengan kanan Luis lalu memeluknya dengan hangat. Membuat perhatian Luis seketika teralihkan padanya. Luis tersenyum tipis, entah kenapa dia sangat menyukai ketika Shea bersikap manja padanya. Kemudian mereka berjalan beriringan meninggalkan apartemen mewah Shea dan menuju perkiraan.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG ...

Terpopuler

Comments

Ike Cahnnel

Ike Cahnnel

Mungkin Luis jatuh cinta sama shea 😍🥰
Semoga Luis sama shea bisa jadi pasangan yang saling melengkapi satu sama lain dan shea bisa lupain mantan suaminya yang tidak punya hati itu 🤨

2024-03-16

1

Ike Cahnnel

Ike Cahnnel

Nih pun sama Thor, mengenyahkan diganti melupakan Thor lebih dapet dan pas baca nya 😊🙏

2024-03-16

1

Ike Cahnnel

Ike Cahnnel

Ijin koreksi Thor, lebih mengenyahkan diganti melupakan Thor lebih dapet dan pas baca nya 😊🙏

2024-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!