Kepedihan Hati Shea

Sang mentari memayungi langit kota Beijing dengan hangatnya saat Shea bangun dari tidurnya yang nyenyak. Cahaya kuning keemasan memasuki jendela apartemennya, menyinari setiap sudut ruangan dengan kehangatan.

Dengan langkah ringan, Shea berjalan ke dapur untuk mempersiapkan sarapan untuk dirinya dan tamunya, Luis. Bau harum kopi yang sedap menyambutnya begitu masuk ke dapur, mengingatkannya akan kesenangan yang dimiliki oleh momen-momen sederhana seperti ini.

Shea dengan hati-hati memilih bahan-bahan terbaik untuk membuat sarapan yang lezat. Dia memilih biji kopi yang segar untuk diseduh menjadi kopi khasnya, dan memilih buah-buahan segar untuk disajikan sebagai pelengkap. Kemudian, dia mulai memasak telur dadar yang gurih dan menghangatkan roti panggang di atas pemanggang.

Saat aroma harum sarapan mulai tercium di seluruh apartemen, Shea merasa senang. Dia tahu bahwa sarapan ini tidak hanya akan memberikan energi untuk memulai hari, tetapi juga akan menjadi momen yang berharga untuk berbagi cerita dan tertawa bersama dengan tamunya.

Setelah semua siap, Shea menyajikan sarapan di meja makan dan tinggal menunggu kedatangan Luis untuk sarapan bersama.

Derap langkah kaki yang datang sedikit menyita perhatiannya. Shea menghentikan aktivitasnya sejenak, mendongak untuk melihat dari mana suara itu berasal. Dari lorong apartemen, dia melihat seorang pria yang dikenalnya dengan baik, tetapi ekspresi wajahnya terlihat tenang.

Shea tersenyum lebar. "Pagi Paman," sapanya dengan senyum yang sama.

Luis hanya mengangguk tipis, menyikapi sapaan Shea. Terlihat bahwa dia sedang terfokus pada hal lain yang mengikat perhatiannya. Shea mencoba membaca pikiran Luis melalui l ekspresinya, tetapi tidak bisa. Karena Luis adalah orang paling sulit dibaca ekspresinya.

"Paman, Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Shea memulai obrolan dengan nada hangat, mencoba melonggarkan ketegangan yang terasa di udara.

Luis mengangkat kepalanya, melepaskan fokusnya dari pikiran yang sedang melayang. "Hm, cukup baik," jawabnya dengan nada datar.

Shea merasa lega mendengar tanggapan Luis. "Itu bagus sekali. Oya Paman, bagaimana kabar Kakek, dia baik-baik saja bukan?"

"Dia baik, dan Kakek sangat merindukanmu. Kapan kau akan menyempatkan waktumu untuk mengunjunginya?" tanya Luis, dia kembali mengigit roti panggang nya.

Shea menggeleng. "Aku sendiri belum tau. Tapi saat ada waktu, aku akan langsung terbang ke Inggris untuk bertemu dengannya. Saat kau kembali nanti, sampaikan salamku padanya." Ucap Shea.

"Sayangnya Kepulanganku kali ini untuk waktu yang lama." Jawab Luis.

Sontak Shea mengangkat kepalanya setelah mendengar apa yang Luis katakan. Matanya berbinar-binar. "Benarkah?" Luis mengangguk membenarkan. "Bagus sekali, dengan begitu maka aku memiliki keluarga disini. Apa Paman tau bagaimana rasanya hidup sendirian dan jauh dari keluarga? Uh, itu rasanya sangat-sangat tidak enak." Tutur Shea.

Untuk sesaat, keheningan menyelimuti kebersamaan mereka berdua. Matahari pagi yang hangat menyinari ruangan, menciptakan atmosfer yang tenang dan damai.

Setelah beberapa saat, Luis memulai percakapan dengan lembut. "Apa rencanamu setelah sarapan, apa kau ada pemotretan?" tanyanya dengan penuh perhatian.

Shea menatap ke arahnya dengan ekspresi yang sedikit serius. "Tidak ada. Kebetulan hari ini aku, dan aku berencana untuk pergi mengunjungi makam anakku," ungkapnya dengan suara yang dalam.

Luis merasa terkejut mendengar pengakuan Shea. Keterkejutan terlihat dari sepasang mata hitamnya yang dingin. "Anak?" dia mengulangi kata-kata Shea.

Shea mengangguk perlahan, matanya dipenuhi dengan rasa sakit yang dalam. Dengan gemetar, dia mulai mengungkapkan pengalaman pahit yang selama ini dia simpan dalam hatinya.

“Paman, aku pernah mengalami keguguran,” ucapnya dengan suara yang serak. “Tapi itu bukan keguguran biasa. Keluarga Delon, mereka memaksa aku untuk menggugurkan anakku... dengan cara yang mengerikan.”

Luis menatap Shea dengan terkejut dan tidak percaya. Tangannya gemetar saat dia mencoba menahan emosi yang tiba-tiba melanda. Dia ingin menghampiri Shea, memeluknya, tetapi dia tahu bahwa Shea mungkin membutuhkan ruang dan kesempatan untuk menceritakan pengalamannya.

Shea menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum melanjutkan. “Mereka... mereka membunuh anakku dengan racun. Aku hampir mati... Hampir kehilangan segalanya...” Suaranya pecah di tengah kalimat, terdengar rapuh dan terluka.

Mendengar pengakuan yang mengerikan itu, Luis merasa hatinya hancur. Dia merasakan amarah yang membara terhadap perlakuan yang tidak manusiawi yang dialami Shea. Tetapi di atas segalanya, dia merasa penuh kepedihan atas penderitaan yang harus ditanggung Shea.

Dia ingin memberikan pelukan dan dukungan yang penuh kasih kepada Shea, tetapi dia juga tahu bahwa kata-kata tidak akan pernah cukup untuk menyembuhkan luka yang begitu dalam. Dalam keheningan yang berat, mereka berdua terpisah oleh pengalaman yang menghancurkan, tetapi juga terhubung oleh kekuatan yang tak terbatas dari kebersamaan dan empati.

Dalam keheningan yang berat, Luis mencoba menahan emosinya. Dia merasa terpukul dan tak berdaya melihat Shea mengalami penderitaan yang begitu mengerikan. Namun, dia memilih untuk tetap diam tanpa bereaksi apa-apa.

Shea, dengan mata yang penuh air mata, melanjutkan ceritanya dengan suara gemetar. "Aku merasakan kesakitan yang tak terlukiskan pada saat itu. Selama bertahun-tahun, aku membawa beban rasa bersalah dan trauma yang teramat dalam. Rasanya seperti aku kehilangan sebagian dari diriku sendiri."

"Lalu kenapa kau tidak memberitahu kami dan malah memendamnya sendiri?" Tanya Luis, suaranya diselimuti amarah yang tertahan.

Shea menatap Luis. "Aku... aku tidak bisa, Paman," ucapnya dengan suara yang lemah. "Aku merasa takut dan membebani kalian berdua, apalagi Kakek... Aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya... dan aku khawatir Kakek akan Syok saat tau jika cucu kesayangannya mengalami penderitaan yang begitu besar." ujarnya panjang lebar.

Luis merasa hatinya hancur mendengar pengakuan Shea. Rasa bersalah memenuhi pikirannya karena tidak bisa melindungi Shea pada saat dia sangat membutuhkannya. Kemudian Luis membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

"Dengarkan aku, Shea," ucap Luis dengan suara lembut, mencoba menenangkan Shea yang sedang terluka. "Kau tidak sendiri. Kami di sini untukmu. Kita adalah keluarga, dan kita akan melewati semua kesulitan bersama-sama."

Shea menangis di pelukan Luis, merasa lega karena akhirnya dia bisa berbagi beban dengan orang lain. Meskipun selama ini dia terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya Shea sangat hancur dan rapuh.

Hati Shea hancur berkeping-keping, seperti pecahan kaca yang tak bisa disatukan kembali. Setiap kata, setiap pengakuan, memperdalam luka yang sudah teramat dalam. Rasanya seperti dia terperangkap dalam labirin penderitaan, tanpa jalan keluar yang jelas.

Dia merasa seperti ada kehampaan yang menggelayut di dalam dirinya, menelan segala harapan dan kebahagiaan yang pernah dia kenal. Setiap ingatan tentang kehilangan anaknya, tentang pengkhianatan yang dia alami dari keluarga mantan suaminya, terasa seperti pukulan yang tak kunjung reda.

Air mata tak henti-hentinya mengalir dari matanya yang memerah, menghapus warna-warna yang pernah ada dalam hidupnya. Dia merasakan dirinya terombang-ambing dalam lautan kesedihan yang gelap, tanpa bantuan dan tanpa harapan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Di sampingnya, Luis juga merasa hancur melihat Shea dalam keadaan yang terpuruk. Dia merasa tak berdaya, tidak tahu bagaimana cara membantu keponakan tersayangnya ini. Namun, dia tahu bahwa dia harus tetap kuat, menjadi sumber dukungan yang stabil bagi Shea dalam saat-saat tergelap ini.

Dalam keheningan ruangan, mereka berdua terdiam, terhanyut dalam suasana hati yang bergejolak hebat. Mereka berbagi rasa sakit yang teramat dalam, mencoba menemukan sedikit cahaya di tengah kegelapan yang menghantui.

"Untuk anakku yang tidak pernah aku lahirkan. Aku pasti akan menghancurkan mereka semua," ucap Shea dengan suara gemetar, keputusasaan dan kemarahan menyala di matanya yang penuh dengan air mata. Dia, pasti akan menghancurkan mereka semua sampai sehancur-hancurnya.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Ike Cahnnel

Ike Cahnnel

Lahirkan thor

2024-03-14

1

Ike Cahnnel

Ike Cahnnel

terlihat Thor bukan terlibat 😊🙏

2024-03-14

1

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

dasar mantan lancar....semoga karma cepat smp k'kalian

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!