Shea Terpesona

Vera menatap Delon dengan pandangan tajam, menyadari bahwa suaminya terus-menerus terpaku pada layar besar di seberang kantornya. Di layar itu, foto Shea terpampang dengan jelas, memenuhi ruangan dengan kecantikannya yang memesona. Hatinya berdesir dalam kemarahan yang semakin memuncak.

"Delon," panggil Vera dengan suara yang tegas, mencoba menarik perhatian suaminya dari layar yang memikat itu.

Delon memalingkan pandangannya dengan lambat, matanya terpancar ketidakpedulian yang membuat Vera semakin geram. "Ada apa, Vera?" tanyanya dengan suara yang datar, meskipun dia bisa merasakan ketegangan di udara.

Vera menahan amarahnya sebaik mungkin, berusaha untuk tetap tenang meskipun hatinya bergelora. "Apakah kamu benar-benar tidak menyadari bahwa kau terlalu terpaku pada wanita itu?" ujarnya dengan suara yang gemetar sedikit.

Delon menatap Vera dengan ekspresi yang sulit diinterpretasikan. "Victoria Jessica, adalah bagian dari pekerjaanku, Vera," jawabnya dengan suara yang sedikit terdengar dingin. "Aku hanya melihat-lihat untuk keperluan profesional."

Namun, kata-kata Delon tidak mampu meredakan kemarahan Vera. Dia merasa tersinggung dan terluka oleh ketidakpedulian suaminya terhadap perasaannya. "Kamu bisa saja menyembunyikan di balik alasan profesional, Delon," ujarnya dengan suara yang penuh dengan kekecewaan. "Tapi aku tahu, dalam hatimu, Shea adalah lebih dari sekadar klien atau model."

Delon mengernyitkan keningnya, mencoba menolak tuduhan Vera. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa kata-kata Vera tidak sepenuhnya salah. Dia merasakan tarikan emosional yang kuat terhadap Shea, meskipun dia berusaha untuk menekannya.

"Jangan mengatakan omong kosong lagi, Vera, aku tidak mungkin jatuh cinta pada model ku sendiri. Lagipula aku sudah memilikimu, jadi jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku dan Victoria Jessica, hanya sebatas rekan kerja saja." Tukas Delon.

Vera mendengus kesal mendengar penegasan Delon. "Aku tidak butuh penjelasanmu, Delon. Tindakanmu sudah cukup membuktikan segalanya," ujarnya dengan nada yang tajam, tetapi juga penuh dengan kesedihan yang tersembunyi.

Delon menatap Vera dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ada perasaan penyesalan yang tersembunyi di balik kebingungannya. "Vera, kita harus menyelesaikan masalah ini dengan dewasa. Kita tidak bisa terus-terusan bertengkar tentang hal yang sama," katanya dengan suara yang lebih lembut.

Namun, Vera tidak tergoyahkan oleh kata-kata Delon. "Jika kamu tidak bisa mengakui perasaanmu terhadapnya, Delon, setidaknya jangan membuatku merasa seperti aku tidak berarti bagimu," ujarnya dengan suara yang gemetar, mencoba menahan air mata yang ingin tumpah.

Delon merasa tersentuh oleh kelemahan Vera, tetapi dia juga merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Dia tidak ingin menyakiti Vera, tetapi juga tidak bisa menahan perasaannya terhadap Shea. "Maafkan aku, Vera," katanya dengan suara yang rendah. "Aku tahu aku membuatmu sakit hati, tapi percayalah, aku tidak bermaksud untuk melukaimu."

Vera menatap Delon dengan pandangan yang penuh dengan keraguan dan kekecewaan. Dia tahu bahwa masalah ini tidak akan selesai dalam semalam, tetapi dia juga tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Dalam keheningan yang memilukan, mereka berdua merasa terjebak dalam labirin emosi yang rumit, tidak tahu kemana arah yang harus diambil selanjutnya.

...🌺🌺🌺...

Shea menelan saliva dengan susah payah, matanya terpaku pada pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Luis yang duduk tenang di ruang keluarga dengan segelas red wine di tangannya. Namun, yang membuatnya benar-benar terpaku bukanlah minuman atau kehadiran Luis, melainkan pakaian yang dipakai oleh pamannya.

Luis hanya mengenakan singlet putih yang memperlihatkan tubuh atletisnya yang sempurna, sementara celana panjang hitamnya memberikan sentuhan maskulin pada penampilannya. Namun, yang membuat Shea terkesima adalah tribal tattoo yang melingkari lengan kanannya, dan dia tidak pernah ingat jika sang Paman memiliki tribal itu.

Shea merasa detak jantungnya meningkat saat melihat Luis dengan tatapan takjub. Dia tidak pernah melihat pamannya seperti ini sebelumnya, dan kehadiran tribal tattoo yang terpapar dengan jelas membuatnya semakin tertarik dan penasaran tentang sisi lain dari Luis yang belum pernah dia ketahui sebelumnya.

"Paman, kenapa kau belum tidur?," seru Shea dengan suara yang agak tercekat, berusaha menyembunyikan kegugupannya yang memuncak.

Matanya masih terpaku pada tribal tattoo yang terpapar jelas di lengan kanan Luis, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak memperlihatkan betapa terpesonanya dia pada penampilan pamannya yang baru saja ditemuinya.

Luis tersenyum hangat melihat kegugupan Shea, seakan-akan merasakan kekacauan emosinya. "Hm," sahut Luis, "Aku tidak bisa tidur," jawabnya sambil meneguk wine-nya.

Shea mengangguk, mencoba untuk tetap tenang meskipun dadanya berdebar-debar. "Kenapa, Paman. Apa yang membuatmu tidak bisa tidur?" tanyanya, berusaha untuk mengalihkan perhatian dari tatapan terpesonanya pada tribal tattoo Luis.

Luis menggeleng pelan. "Tidak ada. Aku memang tidak terbiasa tidur sore," jawabnya dengan suara datar.

Shea menghampiri Luis dengan langkah ragu. Dia duduk bersebelahan dengan pamannya yang tampan, merasa sedikit gugup dengan kedekatan mereka namun juga merasa nyaman dengan kehangatan yang dipancarkan oleh Luis.

Mereka duduk di ruang keluarga dalam keheningan yang nyaman, hanya ditemani oleh suara gemerisik angin di luar dan aroma wine yang menguar dari gelas Luis. Meskipun tidak ada kata-kata yang terucap di antara mereka, namun kehadiran mereka bersama sudah cukup untuk mengisi ruangan dengan ketenangan dan kehangatan yang saling menguatkan.

"Shea..." Panggil Luis dengan suara pelan namun penuh dengan makna.

"Iya, Paman," jawab Shea, mencoba memperhatikan ekspresi wajah Luis yang tampak serius.

Luis menggeleng perlahan. "Hm, lupakan saja," jawabnya dengan nada datar, seakan-akan ingin mengakhiri pembicaraan tentang sesuatu yang tampaknya penting namun dia memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut.

Shea merasa sedikit kebingungan dengan sikap Luis, tetapi dia memilih untuk mengikuti arahan pamannya yang tampak ingin menutupi sesuatu. Meskipun dia merasa penasaran, namun dia memilih untuk menghormati keinginan Luis dan tidak menanyakan lebih lanjut tentang apa yang ingin dia bicarakan.

"Ini sudah larut malam, sebaiknya kembali ke kamarmu dan tidur lagi," pinta Luis dengan lembut, mencoba untuk mengalihkan perhatian Shea dari pembicaraan yang terhenti tadi.

Shea mengangguk patuh, meskipun masih ada rasa penasaran yang mengganjal di dalam hatinya. "Baiklah, Paman," jawabnya sambil bangkit dari duduknya, menunjukkan rasa hormatnya pada Luis.

Dengan langkah-langkah ringan, Shea meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya, tetapi pikirannya masih terus menerus menerawang pada apa yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh Luis tadi malam. Meskipun dia merasa penasaran, namun dia memilih untuk mematuhi permintaan pamannya dan meninggalkan ruangan dengan hati yang penuh tanda tanya.

Luis menatap kepergian Shea dengan tatapan yang sulit di jelaskan dengan kata-kata. Luis mengambil napas panjang dan menghelanya. "Shea, bagaimana aku harus mengatakannya padamu, jika sebenarnya...." Luis menggantung kalimatnya di udara tanpa berniat untuk melanjutkannya. Namun tatapannya telah membuktikan semuanya, dan biarkan waktu yang menjawab semuanya.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG ...

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

jangan" siluis jatuh cinta ama shea nih

2024-03-15

2

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-03-15

1

Sumawita

Sumawita

sebensey aq mencintai mh shea 🥰🥰🥰

2024-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!