Maafkan Mama, Nak

Senja menutup langit dengan warna oranye keemasan yang memancar hangat di langit yang terbuka. Di tanah pemakaman yang sunyi, Shea duduk sendiri di depan sebuah makam kecil yang ditandai dengan sebuah batu nisan sederhana. Itu adalah makam janinnya yang gugur karena ulah orang-orang tak berhati itu.

Di tengah senja yang indah namun menyedihkan, air mata Shea jatuh dengan derasnya, membasahi pipinya yang pucat. Dia meraih tanah di dekat makam dengan gemetar, merasakan kesedihan yang tak terlukiskan dalam kata-kata. Kenangan tentang kehilangan yang begitu besar memenuhi pikirannya, dan rasa sakit yang dalam terasa begitu nyata di dalam dadanya.

Dalam keheningan yang hampa, hanya suara gemuruh angin yang menghembus lembut, dan suara tangis Shea yang pecah dalam keputusasaan. Dia merasa terisolasi di tengah ladang pemakaman yang sunyi, dihadapkan pada kenangan yang menyakitkan dari masa lalu yang gelap.

Matahari terus tenggelam di ufuk barat, meninggalkan bayang senja yang semakin gelap di langit. Namun, bagi Shea, tidak ada sinar senja yang bisa mencerahkan kesedihan yang terus menghantuinya. Hanya air mata dan rasa kehilangan yang mengalir dalam hatinya, menandai kehadiran yang tak terlupakan dari anak yang tak pernah dia lahirkan.

"Nak, Mama, sangat ingin melihatmu tumbuh besar," ucap Shea sambil meraih gundukan tanah di depannya, suaranya tersendat-sendat oleh tangisnya yang tak terbendung. "Mama, berharap bisa memberikanmu segala yang terbaik, memelukmu dengan hangat, dan melihat senyummu setiap hari."

Tangisannya semakin menjadi-jadi saat dia melanjutkan, "Tapi mereka merenggutmu dariku, tanpa ampun. Mereka mengambil segalanya, bahkan sebelum aku sempat mendekapmu erat di dalam pelukanku. Dan sekarang, aku harus menghadapi kenyataan bahwa kau tak akan pernah berada di sini bersamaku."

Shea menangis sesenggukan di samping makam kecil itu, meratapi kehilangan yang begitu dalam dan tak terobati. "Maafkan Mama, nak, karena tidak bisa melindungimu," ucapnya dengan suara yang penuh dengan penyesalan dan kepedihan. "Tapi Mama berjanji akan membalaskan dendammu, dan menghancurkan mereka yang telah merampasmu dariku.

Dia duduk di samping makam itu untuk beberapa saat, meratapi kehilangan yang tak terucapkan dengan kata-kata. Kemudian, dengan hati yang penuh dengan kesedihan, dia mencium tanah yang menutupi makam anaknya dan berdiri perlahan-lahan.

Dengan langkah gemetar, Shea meninggalkan tanah pemakaman, meninggalkan makam anaknya yang terlupakan di bawah cahaya senja yang semakin memudar. Namun, kenangan tentang anaknya tetap akan terus menghantui hatinya, menjadi luka yang tak pernah sembuh dalam hidupnya.

Tiba-tiba, Shea merasakan matanya berkunang-kunang dan langkahnya menjadi sedikit limbung. Dia meraih kepalanya dengan gemetar, mencoba menenangkan diri saat rasa pusing semakin memuncak. Tubuhnya terasa lemas, dan setiap langkah yang diambilnya terasa berat bagai beban yang tak terlupakan.

"Damn," desis Shea dengan suara terbata-bata, mencoba menahan pusing yang semakin mendera kepalanya. Dia merasa kehilangan keseimbangan dan terpaksa menopang tubuhnya dengan tangan.

Dengan susah payah, Shea mencoba untuk tetap berdiri tegak, namun pusing yang semakin memuncak membuatnya terguncang. Dia merasa dunia berputar di sekitarnya, dan segala sesuatunya tampak kabur di mata yang berkunang-kunang.

Tubuhnya gemetar saat dia mencoba menenangkan diri, namun rasanya semakin sulit untuk mengatasi pusing yang melanda. Setiap napasnya terasa berat, dan dia merasa seperti akan pingsan setiap saat.

Dengan tekad yang kuat, Shea mencoba untuk menahan pusingnya dan melanjutkan langkahnya dengan hati-hati. Meskipun terasa sulit, dia tahu bahwa dia harus tetap kuat dan tidak boleh menyerah pada rasa lemah yang melanda.

Dan saat Shea hampir kehilangan keseimbangan, Luis yang entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul dan menahan tubuh Shea sebelum dia jatuh dan menghantam tanah. "Shea..." pekik Luis dengan suara panik, seraya merangkul tubuh Shea yang terguncang.

Shea merasa lega saat merasakan tangan Luis yang menguatkan menopangnya. Dia menatap pria itu dengan tatapan campuran antara keterkejutan dan rasa syukur. "Paman...," bisiknya dengan suara yang lemah, merasakan kelembutan sentuhan yang menenangkan dari pria yang tiba-tiba muncul di sisinya itu.

Luis menatap Shea dengan ekspresi khawatir yang jelas terpancar di wajahnya. "Apa yang terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan suara yang penuh kecemasan, seraya memeriksa keadaan Shea dengan cermat.

Shea mengangguk perlahan, masih terguncang oleh kejadian tiba-tiba ini. "Aku... aku akan baik-baik saja, Paman," ucapnya dengan suara yang gemetar.

Kemudian Luis membawa Shea untuk duduk di sebuah kursi yang terdekat. "Sebaiknya kita duduk dulu," ucap Luis dengan suara lembut, memastikan bahwa Shea merasa nyaman.

Shea menuruti dan duduk di kursi itu dengan gemetar, masih terguncang oleh kejadian tiba-tiba sebelumnya. Dia menatap Luis dengan tatapan campuran antara rasa terima kasih dan kebingungan. "Paman, kenapa tiba-tiba kau bisa muncul di sini? Apa kau mengunjungi makam mama dan papa?" tanya Shea, mencoba memastikan dari mana asal kehadiran tiba-tiba Luis.

Luis menggelengkan kepala dengan lembut. "Aku datang ke sini karena aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dan ketika aku tiba, aku melihatmu hampir jatuh," jelasnya, seraya memperhatikan ekspresi cemas di wajah Shea.

Shea mengangguk perlahan, memahami alasan di balik kehadiran mendadak Luis. "Terima kasih, Paman. Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak datang tepat waktu," ucapnya dengan suara yang bergetar, merasa bersyukur atas pertolongan Luis.

Luis tersenyum lembut. "Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Aku akan selalu ada untukmu, Shea," ucapnya dengan tulus, menawarkan dukungan dan perlindungan kepada keponakannya yang tercinta.

Shea tersenyum tipis, merasa hangat oleh kata-kata dan kehadiran Luis di sisinya. "Aku tahu, Paman. Aku selalu merasa aman ketika kau ada di dekatku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan rasa terima kasih.

Keduanya duduk di samping-samping, menikmati kehadiran satu sama lain dalam keheningan yang nyaman. Terkadang, tidak perlu banyak kata-kata untuk mengungkapkan perasaan yang dalam dan ikatan yang kuat di antara mereka.

Setelah beberapa saat, Luis menoleh ke arah Shea dengan ekspresi serius. "Shea, aku benar-benar mengkhawatirkan mu. Apakah kau baik-baik saja? Apakah ada yang bisa kulakukan untuk membantumu?" tanyanya dengan suara yang penuh perhatian.

Shea menggelengkan kepala dengan lembut. "Aku akan baik-baik saja, Paman. Terima kasih sudah ada di sini untukku," jawabnya, mencoba menenangkan kekhawatiran Luis.

Luis mengangguk, memahami. "Baiklah, kalau begitu. Aku akan selalu ada di sini jika kau membutuhkanku," ucapnya dengan suara yang mantap, memberikan jaminan kepada Shea bahwa dia tidak akan pernah sendirian dalam menghadapi kesulitan.

Dan saat Shea merasa lebih baik, Luis mengajaknya untuk pulang dengan hati yang lega. Mereka meninggalkan tanah pemakaman dengan langkah yang berat.

Di perjalanan pulang, mereka saling berbincang, mencoba mengalihkan pikiran dari kejadian yang baru saja terjadi. Meskipun masih terasa berat di hati, namun kehadiran Luis memberikan sedikit keceriaan dan ketenangan dalam perjalanan mereka.

Sampai di rumah, Luis mengantar Shea ke dalam kamarnya dan memastikan bahwa dia merasa nyaman dan aman. "Jika kau butuh sesuatu, jangan ragu untuk memanggilku," ucap Luis seraya memberikan senyuman hangat kepada Shea.

Shea mengangguk dengan lembut, merasa terharu oleh perhatian dan kebaikan hati Luis. "Terima kasih, Paman. Aku sangat berterima kasih atas segala bantuanmu hari ini," ucapnya dengan suara yang tulus.

Luis tersenyum. "Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Kau tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kehangatan, sebelum akhirnya pamit dan meninggalkan Shea dalam kehangatan rumahnya.

Saat pintu tertutup di belakangnya, Shea merasa lega dan bersyukur atas kehadiran dan dukungan Luis dalam hidupnya. Sungguh beruntung Shea memiliki paman yang super perhatian seperti Luis.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG ...

Terpopuler

Comments

Sumawita

Sumawita

apa nanti shea menikah dg luis ya Thor

2024-03-14

1

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!