Meskipun ia mengijinkan istrinya pergi. Tapi Ryan tetap penasaran dengan siapa Luna pergi. Ia meminta Dito untuk membuntuti kemana Luna pergi. Karena katanya dia libur hari ini. Ryan juga sempat mendengar Luna memanggil 'kak' kepada orang yang baru saja meneleponnya. Ryan berpikir jika itu adalah Raditya. "Ikuti Luna! Siapa yang dia temui!" perintah Ryan. Tapi dia hanya berbisik karena tidak mau didengar oleh papanya.
"Siap bos." Dito segera pergi menyusul Luna.
"Gimana keadaan papa? Wanita itu sering melihat papa?" tanya Ryan ke April. Baru-baru ini Ryan tahu jika April ternyata adalah teman Dito. Makanya dia nampak dekat dengan Dito.
"Jangan kasih dia dekat dengan papa! Dito pasti sudah bilang ke kamu kan?" imbuh Ryan.
April menganggukan kepalanya. Sebelum Ryan memberitahunya. Dito sudah memberitahu April mengenai hubungan Dewangga dengan Sinta, wanita yang kini menjadi istri Dewangga. "Aku nggak percaya sama wanita itu." kata Ryan lagi.
"Aku akan jaga tuan dengan baik." jawab April.
Ryan menganggukan kepalanya sembari tersenyum. "Makasih ya.." katanya pelan.
Ryan berjalan mendekati papanya. "Masuk yuk pa! Papa harus istirahat." Dewangga menganggukan kepalanya pelan.
Ryan segera mendorong Dewangga masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, dia melihat Sinta yang sedang mengobrol dengan Rose. Mereka nampak begitu bahagia. Melihat Ryan, Sinta pun segera bangkit. Ia mendekati Ryan yang mendorong kursi roda Dewangga. "Ry, mama nggak dibolehin ngerawat papa kamu oleh perawat itu. Jadi mama nggak bisa rawat papa kamu, padahal mama sebenarnya kangen sama papa kamu." Sinta menuduh April yang menjauhkan dia dengan suaminya.
"Ya tugas kamu kan bukan merawat papa. Sudah ada April yang merawat papa. Jadi jangan terlalu tertekan!" jawab Ryan sembari tersenyum.
"Tapi kan mama kangen sama papa.."
"Doain aja semoga papa cepat sembuh agar bisa kembali berkumpul.." Ryan masih dengan tersenyum kecil.
"Kalau itu pasti.." jawab Sinta dengan wajah sedih.
"Aku bawa papa istirahat dulu." kata Ryan.
"Iya. Cepat sembuh ya pa!" Sinta memeluk Dewangga dengan raut wajah sedih. Entah itu sedih benaran atau hanya pura-pura.
Sedangkan April hanya tersenyum sinis melihat Sinta. Dia seolah tak percaya dengan apa yang Sinta tunjukan. Karena setiap hari selama beberapa hari terakhir dialah yang berada di dekat Dewangga.
*****
Sesuai perintah Ryan, Dito mengikuti Luna yang sedang bertemu dengan Heksa. Mereka sudah janji akan bertemu dan main bareng saat Luna libur kerja. Di taman dekat kampus Luna, dimana tempat itu merupakan tempat pertama kalinya mereka bertemu kemudian kenal. Namun, Dito memilih untuk menyembunyikan dengan siapa Luna bertemu. Dito tidak ingin bos-nya akan bertengkar dengan istrinya.
Dito melapor jika Luna pergi dengan seorang teman perempuan yang dia tidak kenal. Demi kebaikan semuanya, Dito harus membohongi bos-nya. "Maafin aku bos." gumam Dito setelah mengirim pesan singkat ke Ryan.
Dito menatap Luna yang tertawa lepas bersama Heksa. Mungkin itu yang tak pernah Dito lihat sejak Luna menikah dengan Ryan. Meskipun dia bawahan Ryan, tapi Dito masih memiliki hati nurani. Ia pun segera melajukan mobilnya.
Sementara Luna dan Heksa masih mengobrol dengan bahagia. "Kak Heksa bisa aja.." gumam Luna.
Heksa tersenyum sembari mengelap es krim yang menempel di wajah Luna. Tentu saja tindakan Heksa itu membuat Luna menjadi terkejut. Dia pun mulai salah tingkah. "Kayak anak kecil ya kak?" tanya Luna dengan malu.
"Nggak kok.." Heksa menatap Luna dengan lekat. Semenjak bertemu Luna, dia memang selalu kepikiran tentang Luna.
"Makan yuk! Ke restoran tempat kamu kerja aja! Aku suka makanan disana, enak." ajak Heksa. Luna pun segera menganggukan kepalanya.
Jujur, Luna merasa senang saat bersama Heksa. Karena selain perhatian, Heksa juga memperlakukan Luna dengan sangat lembut. Berbeda dengan suaminya yang selalu memancing amarahnya. Mengingat Ryan membuat Luna merasa kesal sendiri. "Ngapain sih mikirin dia, bikin sebel aja.." gumamnya seorang diri.
"Yuk Lun!" seru Heksa. Dia meminta agar Luna segera naik ke boncengannya. Heksa membawa sepeda saat bertemu dengan Luna.
Dengan segera Luna naik ke boncengan Heksa. Senyuman terus tersungging di bibir cantiknya. Dia juga memegang pinggang Heksa. Karena takut jatuh. "Pelan-pelan kak!" katanya.
Heksa hanya tersenyum sembari terus mengayuh sepedanya. Dia juga senang karena Luna tidak protes saat tahu ia membawa sepeda. "Pegangan yang erat, aku mau balap!" kata Heksa yang membuat Luna ketakutan. Dia segera memeluk pinggang Heksa dengan erat. Luna juga menutup matanya.
"Pelan-pelan kak!" katanya dengan gemetar.
Tapi Heksa senang karena Luna memeluknya, ia terus mengayuh sepedanya dengan kencang. Tak lama mereka sampai di restoran milik Anabella. Heksa tertawa begitu ia turun. Dia melihat rambut Luna yang berantakan sampai ke wajahnya.
"Kak Heksa.." seru Luna dengan manyun.
"Maaf, maaf," Heksa segera merapikan rambut Luna. Tanpa sengaja ia beradu pandang dengan Luna dari jarak yang cukup dekat.
Deg. Jantung Heksa berdebar tidak karuan. Dia menatap mata Luna yang begitu jernih. Bibir tipis Luna membuat Heksa menjadi salah tingkah. Dengan segera Heksa mengalihkan pandangannya. Namun jantungnya masih saja berdebar kencang.
"Yuk, aku udah laper!" Heksa segera berbalik badan. Disusul oleh Luna yang masih saja merapikan rambutnya.
Melihat Luna datang bersama Heksa membuat Anabella tersenyum senang. Anabella lebih suka Luna dengan Heksa, daripada Luna dengan Ryan. Apalagi dia tahu Ryan sangat kasar terhadap Luna. Tapi Heksa berbeda, Anabella bisa melihat jika Heksa memperlakukan Luna dengan sangat lembut.
"Hallo.." sambut Anabella.
"Hallo, Ana... Bella kan?" Heksa ragu, takutnya dia salah menyebut nama dari sahabat Luna tersebut.
"Iya, seratus buat kamu." Heksa tertawa kecil mendengar perkataan Anabella.
"Kalian jadi kencan?" Heksa memicingkan matanya mendengar pertanyaan Anabella.
Sementara Luna membulatkan matanya mendengar pertanyaan Anabella. Ia bahkan sampai melotot menatap Anabella.
"Kencan?" Heksa mengulangi pertanyaan Anabella.
"Eh nggak, Anabella cuma bercanda. Dia emang suka ngaco kalau ngomong." dengan cepat Luna memotong pembicaraan. Dia segera mengajak Heksa untuk duduk memilih makanan. Luna tidak ingin Heksa akan salah paham dengan perkataan Anabella.
"Oh ya kak, disini ada menu baru, kue penutup, enak banget." Luna mengalihkan pembicaraan.
"Oh ya? Aku mau pesen itu." kata Heksa.
"Oke.." Luna segera menulis pesanan mereka. Dan dengan segera menyerahkan ke Anabella.
"Kita pesan ini aja." kata Luna mendekati Anabella.
"An, kamu jangan sembarangan ngomong! Aku nggak enak sama kak Heksa!" bisik Luna, membuat Anabella tersenyum kecil.
"Tapi serius, kamu lebih cocok sama dia, timbang sama suami brengs*k kamu." bisik Anabella. Seketika Luna menoleh menatap Heksa. Ya, sebagai seorang perempuan, Luna melihat jika Heksa memang lah seorang pemuda yang sangat tampan. Akan tetapi, Luna juga harus sadar diri. Dia adalah seorang wanita bersuami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
❤ Nadia Sari ❤
Dito bauk banget mdh2an berjodoh dgn Anabella ... Luna kalo sadar sdh bersuami jgn terlalu dekat dgn laki2 lain improve dirimu Lun bisa jg cari info siapa pembunuh keluargamu biar kamu gak disalahin trus
2024-03-17
0