10. Bab 10

Selesai meeting, Ryan meminta Dito untuk menunda semua urusannya. Dia sudah tidak sabar untuk menemui istrinya. Ryan bukanlah orang yang memiliki kesabaran extra. Dia tidak bisa terus menunggu kabar dari Luna. Segera ia pergi ke restoran tempat Luna bekerja. Namun sayangnya ia juga tak berjumpa dengan istrinya tersebut.

"Istri sakit kamu nggak tahu?" tanya Anabella dengan ketus. Dia memang masih belum menyukai Ryan. Apalagi setelah mendengar cerita Luna. Dia semakin kesal tiap kali bertemu Ryan.

"Makanya punya istri dijaga, jangan pacaran mulu!" ucap Anabella dengan sinis.

"Aku nggak tahu apa alasan kamu menikahi Luna. Tapi kalau kamu sakiti dia, aku pasti nggak akan tinggal diam." cerocos Anabella. Akan tetapi, Ryan seperti tidak peduli dengan ancaman Anabella. Dia segera berlari keluar dari restoran tersebut. Kemudian mengemudikan mobilnya ke apartemen tempat tinggal mereka.

Hati Ryan dilanda kegelisahan yang tak tahu darimana asalnya. Begitu mendengar jika Luna sakit, hatinya mulai gelisah. Bahkan dia ngebut agar segera bisa sampai di apartemen. Ryan segera berlari.

Di apartemen.

Luna sedang berbaring di sofa ruang tamu. Kepalanya masih agak pusing. Sebenarnya ia ingin tidur di rumah lamanya. Tapi karena Ryan terus meneleponnya, membuat Luna merasa jika Ryan mencarinya. Itu sebabnya ia memilih untuk pulang. Sebagai seorang istri, dia juga sadar jika ia tak boleh pergi dari rumah begitu saja.

Tak lama kemudian Ryan membuka pintu. Dia melihat Luna yang berbaring di sofa. Ia juga melihat kening Luna yang di perban. Hatinya kembali merasa khawatir. Ia segera mendekat, berjongkok di depan Luna. "Kepala kamu kenapa? Katanya kamu sakit? Kita ke dokter ya!" cerocos Ryan, ia terlihat begitu khawatir.

Namun Luna menepis tangan Ryan. Ia bangkit dan berjalan menuju dapur. "Nggak perlu. Aku siapin makan untuk kamu." katanya sambil berlalu.

Luna masih saja bersikap dingin kepada Ryan. Membuat Ryan menjadi tidak nyaman. Namun Ryan berusaha untuk menekan amarahnya. Dia menyadari kesalahannya semalam. Ryan menarik tangan Luna, membawanya duduk di sofa kembali. "Aku ganti perban kamu." ucapnya. Ia melihat perban itu sudah penuh dengan darah.

Luna nurut. Dia terdiam saat Ryan mengobati lukanya dengan begitu lembut dan hati-hati. Matanya berkedip pelan. Wajah Ryan nampak begitu dekat. Hatinya berdebar tak menentu saat melihat wajah tampan dengan hidung mancung tepat berada di depannya. Mungkin jaraknya hanya 5 centi saja.

Ya, harus diakui jika Ryan memang seorang lelaki yang sangat tampan. Penampilannya yang cuek dan terkesan dingin. Justru membuat banyak wanita ingin mengejarnya. Wajah yang tampan dengan hidung mancung dan juga bulu mata yang lentik serta bibir tipis berwarna merah muda. Benar-benar menambah ketampanan pada dirinya.

Namun tak begitu lama. Luna mulai tersadar dari lamunannya. Ia mulai menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu kenapa?" tanya Ryan yang kaget karena Luna tiba-tiba menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nggak apa-apa, cuma pusing aja." jawab Luna. Ia kembali bangkit karena tidak mau semakin terpesona oleh sihir ketampanan Ryan. Meskipun pria itu adalah suaminya. Tapi Luna berusaha sebisa mungkin agar tidak jatuh cinta kepada lelaki itu. Karena jika itu sampai terjadi. Dia tidak akan pernah bisa kabur.

"Kamu mandi aja dulu! Aku bikinin kopi buat kamu." kata Luna dengan gugup. Namun ia berusaha untuk menutupi rasa gugupnya.

Ryan tersenyum kecil. Setelah mengembalikan peralatan p3k. Ia segera bergegas untuk mandi. Sementara Luna menyiapkan makan dan bikin kopi untuk suaminya.

****

Di rumah sakit.

Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit. Dewangga akhirnya di bolehkan pulang. Tapi dia tetap harus mendapatkan perawatan intensif di rumah. Dewangga harus duduk dikursi roda karena kakinya masih belum bisa digerakkan. Dia juga tidak bisa bicara karena stroke.

"Pak Dewangga harus selalu mendapat perawatan yang intensif." kata dokter.

"Iya dok, saya pasti akan memperhatikan kesehatan suami saya." kata Sinta.

Dia meminta Dito untuk menjaga Dewangga sementara ia mengurus administrasi terlebih dulu. Memang sejak Dewangga di rawat. Dito selalu berjaga di rumah sakit setelah ia pulang dari bekerja. Dito merupakan anak yatim piatu yang dibiayai kuliahnya oleh Dewangga. Itu sebabnya Dito menganggap Dewangga seperti orang tuanya sendiri. Mungkin itu juga yang membuatnya begitu sangat setia kepada Ryan.

Dulu, sebelum menjadi assisten pribadi Ryan. Dia bekerja sebagai staff biasa. Ryan yang melihat kemampuannya pun segera mengangkatnya sebagai assisten pribadi. Karena Ryan juga cukup dekat dengan Dito sebelumnya.

"Bapak cepat sehat ya! Nanti kita mancing bareng lagi!" kata Dito pelan. Dia juga sangat sedih melihat kondisi Dewangga saat ini.

"A...a..." Dewangga ingin berkata tapi dia sudah tidak bisa. Ia hanya bisa membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara. Tangannya terangkat dengan gemetar. Dito pun langsung menangkapnya.

"Aku kasih kabar bos Ryan dulu." katanya. Dito segera menghubungi Ryan.

Dito memberitahu kabar baik itu ke Ryan. Dengan segera Ryan bergegas menuju rumah sakit untuk menjemput papanya. Dia yang sedang santai setelah makan segera mengambil kunci mobil. "Kamu mau kemana?" tanya Luna yang baru selesai mencuci piring. Dia melihat suaminya terburu-buru.

"Ke rumah sakit, papa sudah boleh pulang."

"Aku ikut!" Luna segera melepas celemek yang masih menempel ditubuhnya. Ia segera berlari mengambil tas dan ponselnya.

"Om Dewangga udah sembuh? kok udah boleh di bawa pulang?" tanya Luna.

"Kata Dito udah mulai membaik, tapi masih harus mendapat perawatan intensif di rumah." jawab Ryan, ia masih fokus dengan jalanan yang agak macet di depan.

"Kenapa nggak di rawat di rumah sakit aja?" tanya Luna lagi.

"Nggak tahu. Kata Dito, papa sudah boleh pulang."

Setengah jam kemudian mereka sampai di rumah sakit. Mereka segera berlari menemukan Dito. Ryan melihat papanya yang duduk di kursi roda. Dia merasa sangat sedih. Ryan memeluk papanya sembari menangis. "Maafin aku yang nggak bisa jaga papa.." lirihnya.

Antara senang dan sedih. Senang karena papanya akhirnya membaik dan sudah sadar. Dan sedih karena melihat kondisi papanya yang berada di kursi roda. "A...a..." Dewangga tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelah Sinta menyelesaikan pembayaran. Mereka pun segera pulang. Ryan dan Luna juga ikut pulang ke rumah orang tua Ryan. Mereka juga memutuskan untuk menginap di rumah orang tua Ryan.

"Bi, tolong bersihkan kamar tuan muda. Malam ini tuan muda akan menginap dengan istrinya." Sinta memerintah pembantunya untuk membersihkan kamar Ryan yang sudah seminggu lebih tak terpakai.

Sinta bersikap baik dan lembut kepada Ryan dan juga Luna. Sama sekali tidak menunjukan gelagat tidak sukanya. Namun, entah kenapa Ryan tetap saja tidak suka dengan mama tirinya itu. Menurutnya, mama tirinya itu tidak sebaik kelihatannya. Dia selalu cuek dan dingin kepada mama tirinya tersebut.

Terpopuler

Comments

❤ Nadia Sari ❤

❤ Nadia Sari ❤

Jgn2 mama tirinya ..... 😎

2024-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 3. Bab 3
4 4. Bab 4
5 5. Bab 5
6 6. Bab 6
7 7. Bab 7
8 8. Bab 8
9 9. Bab 9
10 10. Bab 10
11 11. Bab 11
12 12. Bab 12
13 13. Bab 13
14 14. Bab 14
15 15. Bab 15
16 16. Bab 16
17 17. Bab 17
18 18. Bab 18
19 19. Bab 19
20 20. Bab 20
21 21. Bab 21
22 22. Bab 22
23 23. Bab 23
24 24. Bab 24
25 25. Bab 25
26 26. Bab 26
27 27. Bab 27
28 28. Bab 28
29 29. Bab 29
30 30. Bab 30
31 31. Bab 31
32 32. Bab 32
33 33. Bab 33
34 34. Bab 34
35 35. Bab 35
36 36. Bab 36
37 37. Bab 37
38 38. Bab 38
39 39. Bab 39
40 40. Bab 40
41 41. Bab 41
42 42. Bab 42
43 43. Bab 43
44 44. Bab 44
45 45. Bab 45
46 46. Bab 46
47 47. Bab 47
48 48. Bab 48
49 49. Bab 49
50 50. Bab 50
51 51. Bab 51
52 52. Bab 52
53 53. Bab 53
54 54. Bab 54
55 55. Bab 55
56 56. Bab 56
57 57. Bab 57
58 58. Bab 58
59 59. Bab 59
60 60. Bab 60
61 61. Bab 61
62 62. Bab 62
63 63. Bab 63
64 64. Bab 64
65 65. Bab 65
66 66. Bab 66
67 67. Bab 67
68 68. Bab 68
69 69. Bab 69
70 70. Bab 70
71 71. Bab 71
72 72. Bab 72
73 73. Bab 73
74 74. Bab 74
75 75. Bab 75
76 76. Bab 76
77 77. Bab 77
78 78. Bab 78
79 79. Bab 79
80 80. Bab 80
81 81. Bab 81
82 82. Bab 82
83 83. Bab 83
84 84. Bab 84
85 85. Bab 85
86 86. Bab 86
87 87. Bab 87
88 88. Bab 88
89 89. Bab 89
90 90. Bab 90
91 91. Bab 91
92 92. Bab 92
93 93. Bab 93
94 94. Bab 94
95 95. Bab 95
96 96. Bab 96
97 97. Bab 97 (Tamat)
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
3. Bab 3
4
4. Bab 4
5
5. Bab 5
6
6. Bab 6
7
7. Bab 7
8
8. Bab 8
9
9. Bab 9
10
10. Bab 10
11
11. Bab 11
12
12. Bab 12
13
13. Bab 13
14
14. Bab 14
15
15. Bab 15
16
16. Bab 16
17
17. Bab 17
18
18. Bab 18
19
19. Bab 19
20
20. Bab 20
21
21. Bab 21
22
22. Bab 22
23
23. Bab 23
24
24. Bab 24
25
25. Bab 25
26
26. Bab 26
27
27. Bab 27
28
28. Bab 28
29
29. Bab 29
30
30. Bab 30
31
31. Bab 31
32
32. Bab 32
33
33. Bab 33
34
34. Bab 34
35
35. Bab 35
36
36. Bab 36
37
37. Bab 37
38
38. Bab 38
39
39. Bab 39
40
40. Bab 40
41
41. Bab 41
42
42. Bab 42
43
43. Bab 43
44
44. Bab 44
45
45. Bab 45
46
46. Bab 46
47
47. Bab 47
48
48. Bab 48
49
49. Bab 49
50
50. Bab 50
51
51. Bab 51
52
52. Bab 52
53
53. Bab 53
54
54. Bab 54
55
55. Bab 55
56
56. Bab 56
57
57. Bab 57
58
58. Bab 58
59
59. Bab 59
60
60. Bab 60
61
61. Bab 61
62
62. Bab 62
63
63. Bab 63
64
64. Bab 64
65
65. Bab 65
66
66. Bab 66
67
67. Bab 67
68
68. Bab 68
69
69. Bab 69
70
70. Bab 70
71
71. Bab 71
72
72. Bab 72
73
73. Bab 73
74
74. Bab 74
75
75. Bab 75
76
76. Bab 76
77
77. Bab 77
78
78. Bab 78
79
79. Bab 79
80
80. Bab 80
81
81. Bab 81
82
82. Bab 82
83
83. Bab 83
84
84. Bab 84
85
85. Bab 85
86
86. Bab 86
87
87. Bab 87
88
88. Bab 88
89
89. Bab 89
90
90. Bab 90
91
91. Bab 91
92
92. Bab 92
93
93. Bab 93
94
94. Bab 94
95
95. Bab 95
96
96. Bab 96
97
97. Bab 97 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!