16. Bab 16

"Ganti baju kita akan segera ke rumah papa! Atau mau aku bantu ganti baju?" kata Ryan sembari tersenyum kecil.

Akan tetapi Luna tidak menjawab sama sekali. Ia hanya bangkit kemudian masuk ke kamar. Tak selang beberapa lama, ia keluar dan segera berangkat ke rumah mertuanya. Di mobil, Luna hanya diam tanpa berkata sepatah katapun. Meskipun Ryan mengajaknya bicara tapi Luna tetap hanya diam. Ryan tidak mau bertengkar lagi. Dia hanya menghela nafas menghadapi kedinginan istrinya.

Sesampainya di rumah orang tua Ryan. Ternyata Rose juga sudah ada di rumah itu. Lagi-lagi membuat Luna menjadi kesal. Apalagi dia bermanja-manja dengan suaminya.

"Sayank, aku kangen.." ucap Rose sama sekali tidak peduli dengan perasaan Luna sebagai istri Ryan.

Sedangkan Ryan terlihat canggung. Ia bahkan tidak menyentuh Rose juga tidak membalas kemanjaan Rose. Ia lebih sering melirik Luna yang masih terlihat begitu dingin.

"Kak Rose, kenapa kamu nggak tahu malu banget?" Luna tidak bisa lagi menahan amarahnya. Entah kenapa dia ingin sekali marah melihat tingkah Rose.

"Maksud kamu apa?" tentu saja Rose tidak terima dengan perkataan Luna.

"Kamu tahu Ryan punya istri, tapi kamu bermanja-manja sama dia di depan istrinya. Apa itu pantas?" tanya Luna dengan wajah marah.

"Kamu hanya bisa miliki raganya, tapi tak bisa miliki hatinya. Kasian. Harusnya kamu tahu diri, posisi kamu.." jawab Rose dengan santai. Dia merasa menang atas Luna karena bisa memiliki hati Ryan.

"Oh, kalau gitu bujuk dia supaya ceraiin aku, dan kamu bisa miliki dia seutuhnya." Luna berkata sembari tersenyum kecil. Dia memang sangat ingin mengakhiri hubungannya dengan Ryan. Tapi dia sadar dia tak punya kekuatan untuk melawan Ryan. Ia harus mengumpulkan cukup uang untuk melawan Ryan.

"Laluna!!" seru Ryan. Dia marah saat mendengar perkataan Luna.

"Aku nggak mau kita bertengkar ya Lun! Jadi jangan pancing amarahku!" imbuh Ryan. Ia segera menarik tangan Luna masuk ke dalam rumah orang tuanya. Ryan bahkan meninggalkan Rose begitu saja.

Sementara Rose menatap Ryan yang menarik tangan Luna dengan marah. Dia kesal karena Ryan cuekin dia. "Ish... Lihat aja, setelah om Dewangga resmi kasih warisan itu ke Ryan, dia pasti akan ceraiin kamu." gumam Rose sembari menghentakan kakinya dengan kesal.

Ryan nampak kesal setelah Luna membahas tentang perceraian. Entah kenapa hatinya jadi tak tenang. Dia terus menunjukan wajah suram. Bahkan menatap Luna dengan tajam. Tapi, tatapan itu tak membuat Luna takut. Hampir setiap hari dia mendapat tatapan seperti itu dari suaminya. "Kamu beneran mau bercerai dari aku?" tanyanya.

"Kalau kamu mau ajuin aku pasti siap." jawab Luna dengan santai.

Mendengar jawaban Luna membuat Ryan semakin marah. Namun dia tak bisa menunjukan amarahnya. Ryan terus menggenggam tangan Luna dengan semakin erat. "Ingat! Kamu harus menebus dosa kamu terhadap kakak kamu seumur hidup kamu." kata Ryan dengan sengit.

"Aku nggak mau papa denger masalah ini! Kalau papa aku kenapa-napa karena kamu ngomong sembarangan. Kamu nggak akan sanggup nerima konsekuensinya!" imbuh Ryan kemudian menghempas tangan Luna. Lalu ia masuk ke kamar papanya dengan wajah yang masih kesal.

Sedangkan Luna hanya tersenyum sinis mendengar perkataan Ryan. Hatinya terasa sakit tapi dia tetap menahannya. Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Hanya mengikuti skenario takdir saja. Ia ikut masuk ke kamar papa mertuanya.

Luna menyapa April juga Dito yang sudah ada disitu juga. Entah kenapa Luna selalu merasa jika hubungan Dito dan April itu tidak biasa. "Hai Dit.."

"Hai Pril.."

"Hallo pa.. Udah makan?" Dewangga mengangguk pelan.

Tiba-tiba pintu kamar kembali terbuka. Sinta masuk bersama dengan Rose. "Pa, Rose mau jenguk kamu katanya." kata Sinta mendekati Dewangga.

"Hai om," Dewangga hanya menganggukan kepalanya. Akan tetapi, terlihat dari tatapan dan raut wajahnya sepertinya Dewangga tidak menyukai Rose. Mungkin dia tahu hubungan terlarang antara Ryan dengan Rose.

"A... A..." tangan Dewangga terangkat ke arah Luna. Sepertinya ia ingin Luna mendekat.

Dengan cepat Luna mendekati papa mertuanya itu. "Kenapa pa?" tanya Luna dengan begitu lembut.

"A... A..." Dewangga menunjuk pintu kamar.

"Papa mau keluar kamar?" Dewangga pun mengangguk.

Luna pun mendorong kursi roda Dewangga. Ia membawa Dewangga keluar sesuai dengan arahan tangan Dewangga. Sampai di taman depan, Dewangga meminta berhenti. "Papa kenapa?" Luna jongkok di depan Dewangga.

Dewangga menggelengkan kepalanya pelan. Dia juga nampak tersenyum, terlihat dari sudut bibirnya yang sedikit terangkat. "Pa, aku masih nggak nyangka kalau aku jadi menantu papa." ucap Luna.

"Aku janji akan rawat papa dengan baik. Karena papa dulu kan juga baik banget sama aku, sama kak Lita juga. Makasih ya pa.." imbuh Luna.

Mata Dewangga nampak berkaca-kaca. Dia terharu dengan apa yang Luna katakan. Dewangga menepuk-nepuk pelan tangan Luna. Seperti ingin berkata bahwa dia juga senang memiliki Luna sebagai menantu. Dewangga mengenal Luna, dia tahu bahwa Luna gadis yang baik dan juga pekerja keras sama seperti mendiang papanya.

Dito dan April hanya melihat dari tempat yang agak jauh. Sementara Ryan harus mengurusi Rose yang sedang merajuk. Seperti tak ada pekerjaan lain. Setiap hari Rose hanya terus merajuk dan bermanja dengan Ryan. "Yank, kamu denger nggak apa kata istri kamu tadi?" Rose memeluk Ryan dengan manja.

"Tapi apa yang dia katakan benar. Dia istriku, jadi wajar kalau dia marah. Aku cuma kasih tahu ke kamu, jangan pernah pancing amarah dia lagi. Aku nggak mau rencana ku gagal." kata Ryan. Entah itu memberi tahu atau peringatan untuk Rose agar tidak memancing keributan dengan Luna.

"Iya maaf. Habisnya aku kesel." ucap Rose lagi.

Rose meraba dada Ryan sampai ke paha Ryan. Sepertinya dia ingin menggoda Ryan. Ia juga hendak mencium pipi Ryan. Tapi dengan cepat Ryan menjauhkan wajahnya. Membuat Rose membulatkan matanya. Dia tak menyangka jika Ryan menolak godaannya. Bahkan Ryan memegangi tangannya agar tidak meraba tubuh Ryan lagi. "Yank..." Rose tak puas.

"Masih ada istriku dan juga papa." kata Ryan. Ia kemudian meninggalkan Rose dan mendekati istri juga papanya.

Pada saat itu, Luna sedang menerima telepon dari seseorang. "Oh ya kak, tunggu aku bentar ya.." katanya sebelum menutup telepon.

"Pa, aku ada janji ama temen, aku pergi dulu ya! Besok sebelum ke kampus aku kesini lagi." pamit Luna.

"Kamu mau kemana?" tanya Ryan.

"Ketemu temen bentar. Nanti aku langsung pulang aja." jawab Luna. Ia segera mengambil tas kemudian meninggalkan rumah megah itu.

"Pulang jangan malam-malam!" kata Ryan.

"Siap bos." jawab Luna. Lalu ia melenggang dengan wajah senang.

Terpopuler

Comments

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

ayo luna jg lemah kmu

2024-09-20

0

❤ Nadia Sari ❤

❤ Nadia Sari ❤

Kalo Ryan ada rencana Luna jgn mau kalah 😉

2024-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 3. Bab 3
4 4. Bab 4
5 5. Bab 5
6 6. Bab 6
7 7. Bab 7
8 8. Bab 8
9 9. Bab 9
10 10. Bab 10
11 11. Bab 11
12 12. Bab 12
13 13. Bab 13
14 14. Bab 14
15 15. Bab 15
16 16. Bab 16
17 17. Bab 17
18 18. Bab 18
19 19. Bab 19
20 20. Bab 20
21 21. Bab 21
22 22. Bab 22
23 23. Bab 23
24 24. Bab 24
25 25. Bab 25
26 26. Bab 26
27 27. Bab 27
28 28. Bab 28
29 29. Bab 29
30 30. Bab 30
31 31. Bab 31
32 32. Bab 32
33 33. Bab 33
34 34. Bab 34
35 35. Bab 35
36 36. Bab 36
37 37. Bab 37
38 38. Bab 38
39 39. Bab 39
40 40. Bab 40
41 41. Bab 41
42 42. Bab 42
43 43. Bab 43
44 44. Bab 44
45 45. Bab 45
46 46. Bab 46
47 47. Bab 47
48 48. Bab 48
49 49. Bab 49
50 50. Bab 50
51 51. Bab 51
52 52. Bab 52
53 53. Bab 53
54 54. Bab 54
55 55. Bab 55
56 56. Bab 56
57 57. Bab 57
58 58. Bab 58
59 59. Bab 59
60 60. Bab 60
61 61. Bab 61
62 62. Bab 62
63 63. Bab 63
64 64. Bab 64
65 65. Bab 65
66 66. Bab 66
67 67. Bab 67
68 68. Bab 68
69 69. Bab 69
70 70. Bab 70
71 71. Bab 71
72 72. Bab 72
73 73. Bab 73
74 74. Bab 74
75 75. Bab 75
76 76. Bab 76
77 77. Bab 77
78 78. Bab 78
79 79. Bab 79
80 80. Bab 80
81 81. Bab 81
82 82. Bab 82
83 83. Bab 83
84 84. Bab 84
85 85. Bab 85
86 86. Bab 86
87 87. Bab 87
88 88. Bab 88
89 89. Bab 89
90 90. Bab 90
91 91. Bab 91
92 92. Bab 92
93 93. Bab 93
94 94. Bab 94
95 95. Bab 95
96 96. Bab 96
97 97. Bab 97 (Tamat)
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
3. Bab 3
4
4. Bab 4
5
5. Bab 5
6
6. Bab 6
7
7. Bab 7
8
8. Bab 8
9
9. Bab 9
10
10. Bab 10
11
11. Bab 11
12
12. Bab 12
13
13. Bab 13
14
14. Bab 14
15
15. Bab 15
16
16. Bab 16
17
17. Bab 17
18
18. Bab 18
19
19. Bab 19
20
20. Bab 20
21
21. Bab 21
22
22. Bab 22
23
23. Bab 23
24
24. Bab 24
25
25. Bab 25
26
26. Bab 26
27
27. Bab 27
28
28. Bab 28
29
29. Bab 29
30
30. Bab 30
31
31. Bab 31
32
32. Bab 32
33
33. Bab 33
34
34. Bab 34
35
35. Bab 35
36
36. Bab 36
37
37. Bab 37
38
38. Bab 38
39
39. Bab 39
40
40. Bab 40
41
41. Bab 41
42
42. Bab 42
43
43. Bab 43
44
44. Bab 44
45
45. Bab 45
46
46. Bab 46
47
47. Bab 47
48
48. Bab 48
49
49. Bab 49
50
50. Bab 50
51
51. Bab 51
52
52. Bab 52
53
53. Bab 53
54
54. Bab 54
55
55. Bab 55
56
56. Bab 56
57
57. Bab 57
58
58. Bab 58
59
59. Bab 59
60
60. Bab 60
61
61. Bab 61
62
62. Bab 62
63
63. Bab 63
64
64. Bab 64
65
65. Bab 65
66
66. Bab 66
67
67. Bab 67
68
68. Bab 68
69
69. Bab 69
70
70. Bab 70
71
71. Bab 71
72
72. Bab 72
73
73. Bab 73
74
74. Bab 74
75
75. Bab 75
76
76. Bab 76
77
77. Bab 77
78
78. Bab 78
79
79. Bab 79
80
80. Bab 80
81
81. Bab 81
82
82. Bab 82
83
83. Bab 83
84
84. Bab 84
85
85. Bab 85
86
86. Bab 86
87
87. Bab 87
88
88. Bab 88
89
89. Bab 89
90
90. Bab 90
91
91. Bab 91
92
92. Bab 92
93
93. Bab 93
94
94. Bab 94
95
95. Bab 95
96
96. Bab 96
97
97. Bab 97 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!