9. Bab 9

"Kamu tinggal sendiri?" Luna menganggukan kepalanya.

"Orang tua kamu?"

"Aku udah nggak punya orang tua."

"Maaf. Aku nggak tahu." Heksa merasa sangat bersalah karena tanpa sengaja membuat Luna sedih.

"Nggak apa kok. Aku ambilin minum bentar, tapi maaf, adanya air putih." Heksa tersenyum sembari menganggukan kepalanya.

Sejak melihat Luna, ia merasa senang dan merasa aneh di dalam hatinya. Heksa seperti ingin mengenal Luna lebih dalam. Kebetulan Luna tipe Heksa banget. Cewek lugas, sedikit tomboy dan memiliki senyuman yang sangat manis, serta auranya yang adem.

"Kamu masih kuliah atau udah kerja?"

"Masih kuliah, ya, cuma tinggal skripsi aja. Dan juga udah kerja."

"Kerja dimana?"

"Restoran kecil, di jalan Mawar."

"Oh.."

"Kalau kamu?"

"Aku kerja di salah satu perusahaan IT."

Luna dan Heksa mengobrol cukup lama. Sampai tanpa sadar sudah jam makan siang. Hari ini Luna ijin tidak bekerja karena kepalanya pusing telah jatuh tadi. Luna juga meminta Heksa untuk pulang. Dia merasa tak enak karena Heksa terus menunggunya, sampai Heksa tidak bekerja. Bukannya Luna mau mengusir Heksa. Tapi dia merasa tak enak hati.

"Iya maaf kalau aku ganggu kamu istirahat. Aku bakal pulang setelah kita makan siang. Aku udah pesan makanan untuk kita." Luna membulatkan matanya. Ia tak menyangka jika Heksa sudah memesan makan untuk mereka yang dialamatkan ke rumahnya.

"Seharusnya nggak perlu repot-repot!"

"Nggak repot kok, bentar lagi sudah sampai." Heksa melihat ponselnya. Sepertinya dia sedang melihat sudah sampai mana makanan yang ia pesan tersebut.

Benar saja, tak lama kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu rumah Luna. Heksa segera bangkit, ia yang menerima pesanan makanan tersebut. Ia pun segera menyiapkan makanan tersebut supaya segera dimakan oleh Luna.

Mata Luna terbelalak, karena Heksa memesan makanan lebih dari tiga jenis makanan. Menurut Luna itu terlalu banyak dan berlebihan. Makanan tersebut juga kelihatan enak dan mewah. "Harusnya nggak usah pesan terlalu banyak kayak gini!" kata Luna.

"Kalau nggak habis di makan nanti lagi aja, Lun."

"Yuk kita makan! Setelah makan aku janji akan pulang." kata Heksa.

"Makasih ya kak." Heksa tersenyum sembari menganggukan kepalanya. Ia kemudian memasukan makanan ke dalam mulutnya.

Heksa berat untuk meninggalkan Luna. Tapi dia tidak mau membuat Luna ilfeel. Juga tidak mau mengganggu istirahat Luna. "Masukan nomer kamu!" ia menyodorkan ponselnya ke Luna.

"Boleh kan aku mengenal kamu lebih dalam? Eh maksudnya berteman?" Luna segera mengambil ponsel milik Heksa. Ia kemudian memasukan nomer teleponnya, lalu mengembalikannya ke Heksa.

"Oke aku save ya. Laluna." Heksa menyimpan nomer telepon Luna dengan nama Laluna, nama asli Luna.

"Itu nomerku." Heksa menelepon nomer Luna dan berharap Luna menyimpan nomernya juga. Setelah itu Heksa berpamitan.

"Kalau luka kamu kenapa-napa, kasih tahu aku ya!" Luna tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Makasih." katanya.

Selepas Heksa pulang. Luna kembali masuk ke rumah. Hari ini dia tidak masuk kuliah dan ijin kerja. Luna menatap kesekeliling, tiba-tiba air matanya menetes. Ia kembali teringat akan kenangan-kenangan di rumah tersebut. Dia kangen dengan kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Luna menangis terisak-isak karena rasa rindu yang ia rasakan. "Kenapa kalian tinggalin aku sendiri?" gumamnya.

Luna merasakan pusing yang hebat. Kemudian ia pergi ke kamar dengan tertatih-tatih. Mungkin efek cidera di kepalanya. Luna pun memilih untuk tidur sejenak. Berharap rasa pusing itu akan segera hilang.

.....

Di kantor, Ryan sama sekali tidak fokus bekerja. Istrinya tidak memberi kabar sama sekali sejak pagi tadi. Dia bahkan marah tak jelas saat Luna tidak mengangkat teleponnya. "Akh..." Ryan melempar ponselnya.

"Apa aku terlalu baik sama dia?" tanyanya kepada Dito yang tidak berani bicara sejak pagi.

Dito tidak tahu kenapa bos-nya kalang kabut seperti itu hanya karena istrinya tidak memberi kabar. Bukankah dia menikahi istrinya bukan karena rasa suka tapi demi warisan orang tuanya.

"Kamu nggak punya kuping? Kalau ditanya tuh jawab!" Ryan membentak Dito. Pokoknya semua orang kena omel darinya tanpa terkecuali, termasuk Dito.

"Eh, maaf bos." Dito terkaget karena bentakan Ryan.

Ryan segera bangkit. Dia ingin pergi menemui Luna di tempat kerjanya. "Ke tempat kerja Luna!"

"Tapi bos sepuluh menit lagi ada meeting dengan dewan direksi." seketika Ryan kembali duduk. Wajahnya semakin nampak suram.

"Aku bikinin kopi ya bos." Dito ketakutan melihat wajah Ryan yang semakin muram. Dia segera keluar dari ruangan bos-nya karena ia merasa tak bisa bernafas didalam ruangan bos-nya. Sudah lebih dari tiga tahun ia menjadi assisten Ryan. Tapi baru pertama kali ia melihat Ryan begitu gelisah. Padahal biasanya ia nampak tenang. Dan yang lebih mengherankan, dia gelisah karena seorang wanita. Padahal selama ini sudah berapa banyak wanita yang mendekatinya, tapi tak ada satu pun dari mereka yang bisa membuat Ryan gelisah seperti itu.

"Jangan-jangan bos udah jatuh cinta sama istrinya?" gumam Dito seorang diri.

"Bos kenapa sih?" saat Dito sedang membuat kopi untuk Ryan. Tetiba seorang rekan kerjanya mendekat. Dia adalah Sari, sekretaris Ryan. Dia juga merupakan salah satu yang kena omel Ryan tadi.

"Nggak tahu." Dito tidak berani mengatakan yang sesungguhnya. Karena ia sudah janji untuk merahasiakan pernikahan Ryan.

"Siapin dokumen untuk meeting siang ini!" perintah Dito.

"Udah ada di meja kamu." jawab Sari.

Dito pun segera mengantar kopi ke ruangan Ryan. Takut kena omel kalau kelamaan. Setidaknya selama ini, ketika Ryan kesal dan marah. Dito akan membuatkan kopi untuknya, dan itu efektif menurunkan amarah Ryan. "Minum kopi dulu bos!"

Ryan segera menenggak kopi tersebut. Namun sayangnya cara itu tidak berhasil kali ini. "Kenapa kopinya pahit? Kamu nggak kasih gula?" tanya Ryan dengan marah.

Dito terkejut karena hal tersebut tidak mempan sama sekali. Dia segera mencicipi kopi yang ia buat untuk Ryan. Tidak ada yang aneh apalagi pahit. Itu pas rasanya sama seperti yang biasa ia buat. "Padahal manis, yang pahitkan hati dia.." gumam Dito yang hanya mampu ia dengar sendiri. Kalau sampai ketahuan Ryan, bukankah itu sama aja dengan b*n*h diri.

"Aku ganti."

"Nggak usah! Kita langsung ke ruang rapat aja!" Ryan bangkit kemudian pergi ke ruang rapat. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya kemudian menemui istrinya di tempat kerja istrinya.

Dito mengikuti dari belakang dengan membawa berkas yang nantinya dibutuhkan saat rapat. "Semangat!" ucap Sari pelan saat ia berpapasan dengan Dito.

"Semangat." Dito mengangkat tangan sebagai simbol semangat. Namun tentu saja tanpa mengeluarkan suara karena takut kena omel bos-nya yang lagi sensitif.

Terpopuler

Comments

❤ Nadia Sari ❤

❤ Nadia Sari ❤

Wah jgn2 Luna hamil en Ryan yg ngalami ngidam 😮

2024-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 3. Bab 3
4 4. Bab 4
5 5. Bab 5
6 6. Bab 6
7 7. Bab 7
8 8. Bab 8
9 9. Bab 9
10 10. Bab 10
11 11. Bab 11
12 12. Bab 12
13 13. Bab 13
14 14. Bab 14
15 15. Bab 15
16 16. Bab 16
17 17. Bab 17
18 18. Bab 18
19 19. Bab 19
20 20. Bab 20
21 21. Bab 21
22 22. Bab 22
23 23. Bab 23
24 24. Bab 24
25 25. Bab 25
26 26. Bab 26
27 27. Bab 27
28 28. Bab 28
29 29. Bab 29
30 30. Bab 30
31 31. Bab 31
32 32. Bab 32
33 33. Bab 33
34 34. Bab 34
35 35. Bab 35
36 36. Bab 36
37 37. Bab 37
38 38. Bab 38
39 39. Bab 39
40 40. Bab 40
41 41. Bab 41
42 42. Bab 42
43 43. Bab 43
44 44. Bab 44
45 45. Bab 45
46 46. Bab 46
47 47. Bab 47
48 48. Bab 48
49 49. Bab 49
50 50. Bab 50
51 51. Bab 51
52 52. Bab 52
53 53. Bab 53
54 54. Bab 54
55 55. Bab 55
56 56. Bab 56
57 57. Bab 57
58 58. Bab 58
59 59. Bab 59
60 60. Bab 60
61 61. Bab 61
62 62. Bab 62
63 63. Bab 63
64 64. Bab 64
65 65. Bab 65
66 66. Bab 66
67 67. Bab 67
68 68. Bab 68
69 69. Bab 69
70 70. Bab 70
71 71. Bab 71
72 72. Bab 72
73 73. Bab 73
74 74. Bab 74
75 75. Bab 75
76 76. Bab 76
77 77. Bab 77
78 78. Bab 78
79 79. Bab 79
80 80. Bab 80
81 81. Bab 81
82 82. Bab 82
83 83. Bab 83
84 84. Bab 84
85 85. Bab 85
86 86. Bab 86
87 87. Bab 87
88 88. Bab 88
89 89. Bab 89
90 90. Bab 90
91 91. Bab 91
92 92. Bab 92
93 93. Bab 93
94 94. Bab 94
95 95. Bab 95
96 96. Bab 96
97 97. Bab 97 (Tamat)
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
3. Bab 3
4
4. Bab 4
5
5. Bab 5
6
6. Bab 6
7
7. Bab 7
8
8. Bab 8
9
9. Bab 9
10
10. Bab 10
11
11. Bab 11
12
12. Bab 12
13
13. Bab 13
14
14. Bab 14
15
15. Bab 15
16
16. Bab 16
17
17. Bab 17
18
18. Bab 18
19
19. Bab 19
20
20. Bab 20
21
21. Bab 21
22
22. Bab 22
23
23. Bab 23
24
24. Bab 24
25
25. Bab 25
26
26. Bab 26
27
27. Bab 27
28
28. Bab 28
29
29. Bab 29
30
30. Bab 30
31
31. Bab 31
32
32. Bab 32
33
33. Bab 33
34
34. Bab 34
35
35. Bab 35
36
36. Bab 36
37
37. Bab 37
38
38. Bab 38
39
39. Bab 39
40
40. Bab 40
41
41. Bab 41
42
42. Bab 42
43
43. Bab 43
44
44. Bab 44
45
45. Bab 45
46
46. Bab 46
47
47. Bab 47
48
48. Bab 48
49
49. Bab 49
50
50. Bab 50
51
51. Bab 51
52
52. Bab 52
53
53. Bab 53
54
54. Bab 54
55
55. Bab 55
56
56. Bab 56
57
57. Bab 57
58
58. Bab 58
59
59. Bab 59
60
60. Bab 60
61
61. Bab 61
62
62. Bab 62
63
63. Bab 63
64
64. Bab 64
65
65. Bab 65
66
66. Bab 66
67
67. Bab 67
68
68. Bab 68
69
69. Bab 69
70
70. Bab 70
71
71. Bab 71
72
72. Bab 72
73
73. Bab 73
74
74. Bab 74
75
75. Bab 75
76
76. Bab 76
77
77. Bab 77
78
78. Bab 78
79
79. Bab 79
80
80. Bab 80
81
81. Bab 81
82
82. Bab 82
83
83. Bab 83
84
84. Bab 84
85
85. Bab 85
86
86. Bab 86
87
87. Bab 87
88
88. Bab 88
89
89. Bab 89
90
90. Bab 90
91
91. Bab 91
92
92. Bab 92
93
93. Bab 93
94
94. Bab 94
95
95. Bab 95
96
96. Bab 96
97
97. Bab 97 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!