Luna melayani Heksa sembari menemani Heksa ngobrol. Tentu saja itu sudah mendapat ijin dari Anabella selaku pemilik restoran. "Kamu nggak makan?" tanya Heksa.
"Nanti kak."
Heksa terlihat sangat lahap saat menikmati hidangan yang ia pesan. Ia juga memuji makanan di restoran tersebut. Meskipun restoran kecil, tapi soal rasa tak kalah dengan restoran yang sudah besar. "Hm,, menurutku makanan disini cukup enak. Mungkin aku akan lebih sering makan disini setelah ini." ucap Heksa.
Dia melahap makanan di depannya tanpa sisa. Tentu saja itu membuat Luna merasa sangat senang. Dia merasa puas karena Heksa begitu menikmati hidangan di restorannya. "Aku juga akan ajak temen-temenku kesini." imbuh Heksa.
"Makasih kak."
"Lun, kamu selesai kerja jam berapa?"
"Jam 8 malam. Kenapa kak?"
"Pulang kerja ke street food di alun-alun yuk!" ajak Heksa. Setelah mengumpulkan keberanian, Heksa pun berani membuka mulutnya. Dia mengajak Luna untuk kencan.
"Em,, gimana ya kak?" Luna bingung, karena kalau dia mau, pasti dia akan pulang kemalaman. Dan tentu saja itu akan membuat Ryan marah. Karena ia pulang telat. Sedangkan kalau dia minta ijin, sudah pasti Ryan tidak akan mengijinkannya.
"Atau kalau nggak, pas kamu libur aja gimana?" Heksa merasa tak enak mengganggu pekerjaan Luna. Dia takut Luna akan marah karena dia mengganggu kerja Luna. Ia juga tahu pasti Luna capek setelah seharian bekerja.
"Iya minggu depan aja ya kak, kebetulan aku libur pas hari itu." kata Luna lagi.
"Oke."
Setelah selesai makan, Heksa segera berpamitan. Karena dia masih memiliki banyak pekerjaan sebenarnya. "Makasih kak." ucap Luna.
Senyuman manis menghiasi wajah tampan Heksa. Ia melambaikan tangannya. "Aku duluan." pamitnya.
Selepas kepergian Heksa. Anabella mendekati Luna yang sedang membersihkan meja bekas makan Heksa tadi. "Siapa tadi? Hayo..." kata Anabella.
"Temen. Dia yang nggak sengaja nabrak aku kemarin." jawab Luna dengan santai.
"Tampan juga. Nggak kalah sama suami kamu yang brengs*k itu." memang dari segi penampilan, Heksa memang cukup tampan. Makanya Anabella memujinya sesuai apa yang ia lihat.
"Nggak usah bahas dia!" Luna selalu malas saat membahas lelaki yang kini resmi menjadi suaminya itu. Kalau bukan karena rasa bersalah ke kakaknya, dia juga tidak mau menikah dengan lelaki arogan itu. Walaupun dia menolak tuduhan bahwa dia mencelakai kakaknya. Tapi dalam hati kecilnya dia menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku juga malas." jawab Anabella. Sebenarnya Anabella tak memiliki dendam apapun. Dia juga tidak mengenal Ryan sebelumnya. Hanya saja dia selalu kesal saat mendengar cerita Luna mengenai suami brengs*knya itu.
*****
Raditya datang ke restoran adiknya dengan wajah kusut. Sepertinya dia pusing memikirkan pekerjaannya. Melihat wajah kakaknya yang kusut membuat Anabella penasaran, apa yang terjadi dengan kakaknya. Ia pun mendekati kakaknya. "Kenapa mukanya ditekuk gitu?" tanya Anabella.
"Kakak mau makan apa?" tanya Luna yang juga mendekat.
"Apa aja deh." jawab Raditya tak seperti biasanya. Dari jawaban itu, Luna bisa memastikan jika Raditya sedang ada masalah. Ia pun tak berani bertanya lagi dan memilih untuk pergi ke dapur.
Luna mengambil kue yang menjadi menu baru di restoran tersebut. Kemudian menyiapkan kopi hitam untuk Raditya. Ia tahu minuman kesukaan kakak lelaki bos-nya itu. Segera ia membawa hidangan tersebut ke meja Raditya. "Silahkan dicoba kak! Ini menu baru restoran kita." kata Luna.
Pada saat itu, Anabella dan Raditya sedang berbicara serius. Tiba-tiba mereka menatap Luna dengan mata berbinar. Seperti baru saja menemukan penolong. "Kenapa sih lihatinnya gitu?" Luna merasa canggung dengan tatapan Raditya dan Anabella.
"Kakak punya pemikiran yang sama?" tanya Anabella. Dengan cepat Raditya menganggukan kepalanya.
"Lun, kamu penyelamatku." ucap Raditya.
Sementara Luna mengerutkan kening. Ia belum tahu apa maksud dari perkataan Raditya. "Penyelamat? Penyelamat apa sih kak?" tanya Luna masih kebingungan.
"An, hari ini aku minta ijin buat Luna. Gaji dia biar aku yang tanggung." ucap Raditya semakin membuat Luna bingung. Ini ada apa sebenarnya.
"Lun, ganti baju, ikut aku!" pinta Raditya.
Namun Luna tidak bergeming. Ia tak tahu apa maksud Raditya. Tetapi tiba-tiba Anabella menggandeng tangannya. "Buruan ganti baju!" katanya.
Luna semakin bingung dibuatnya. "Ini ada apa sih?"
.....
Luna di bawa ke sebuah butik ternama. Butik tersebut milik Raditya. Dulu butik itu dibuka dan dikembangkan oleh mama Raditya dan Anabella. Tapi setelah beliau meninggal, usaha itu diteruskan oleh Raditya yang juga menyukai fashion. "Gini Lun, aku kan mau meluncurkan gaun terbaru. Tapi nggak ada model yang cocok untuk gaun aku ini. Tapi aku yakin kamu yang lebih cocok, dari segi bentuk, warna dan juga auranya kayaknya kamu cocok." ucap Raditya baru menjelaskan niatnya.
Luna berdiri di depan gaun tersebut. Gaun yang nampak cantik dengan pernak-pernik yang tidak berlebih. Gaun yang berwarna abu muda itu terlihat begitu elegan. Luna membayangkan saat dia menikah memakai gaun tersebut.
"Ah.. Nggak.. Nggak.. Apa sih yang aku pikirin?" gumamnya seorang diri. Saat dia sedang membayangkan duduk dipelaminan dengan gaun tersebut. Tiba-tiba dalam bayangannya muncul sosok yang sangat tidak ingin ia pikirkan. Ya, sosok tersebut adalah Ryan, suaminya.
"Jadi aku mohon kamu mau ya jadi model buat gaun aku?" tanya Raditya lagi yang mengagetkan Luna dari lamunannya.
"Eh... Tapi, tapi aku pantes kak?" Luna ragu karena dia belum pernah sama sekali menjadi model untuk sebuah gaun seperti itu.
"Pantes lah. Kamu cantik Luna." sahut Anabella.
"Iya Lun, kamu pantes banget." ucap Raditya.
Akhirnya Luna menyetujui untuk menjadi model gaun tersebut. Untuk menunjang aura kecantikan Luna. Raditya meminta penata riasnya untuk mendandani Luna. Dan betapa terkejutnya Raditya dan juga Anabella begitu Luna keluar.
Mata Raditya bahkan tak bisa berkedip melihat betapa cantiknya Luna dengan balutan gaun buatannya sendiri, dengan riasan yang tidak terlalu menor dan juga sanggul rambut yang modern. Mata Raditya berbinar, ada sesuatu yang masuk ke dalam hatinya. Deg, deg, deg.
"Lun, sumpah, kamu cantik banget.." ucap Anabella yang tak kalah terpukau dengan kecantikan sahabatnya.
Luna hanya tersenyum kecil. Ia tersipu malu dengan pujian Anabella. Saat melihat Raditya yang melongo, Luna hanya tersenyum malu. Dia juga mengakui bahwa dia memang nampak cantik memakai pakain tersebut.
"Mingkem kak! Ngeces tuh." Anabella menyenggol kakaknya yang masih terpesona oleh kecantikan Luna.
"Eh... Maaf, kamu cantik banget Lun, dan cocok banget dengan gaun ini. Sesuai dengan bayangan aku." kata Raditya yang semakin membuat Luna malu-malu.
"Yuk kita mulai pemotretan!"
Raditya mengarahkan pose Luna agar terlihat anggun. Jujur, saat itu Raditya agak tidak fokus. Dia benar-benar terpukau oleh kecantikan Luna. Namun Raditya harus sadar jika Luna hanyalah sebatas adik perempuan untuknya. Apalagi Luna sudah menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
❤ Nadia Sari ❤
Seru nih cinta segiempat...Luna,Ryan,Heksa,Raditya😄
2024-03-16
0