"Aku mau nikah dengan Luna besok." berita itu membuat Rose terbelalak tak percaya. Ia kesal karena Ryan kembali menikahi wanita lain.
"Kenapa mesti dia? Kamu tahu kan kalau dia yang sengaja celakai Lita? Kenapa mesti dia? Kenapa nggak aku?" Rose menjadi kesal.
"Dengerin aku!" Ryan menenangkan Rose yang mulai tantrum.
"Kalau aku nggak nikahi dia. Papa nggak akan kasih warisan ke aku. Semua warisan akan disumbangkan ke panti asuhan." Ryan menjelaskan semuanya kepada Rose.
Sepertinya setelah kematian istrinya. Hubungan Ryan dan Rose menjadi dekat dan special. "Kamu mau aku nggak punya apa-apa?" Rose menggeleng dengan cepat.
"Makanya, tapi kamu harus rahasiain ini dulu! Cuma sampai aku dapatin warisan papa, aku akan ceraiin dia dan akan menikahi kamu." ucapan Ryan begitu manis. Sehingga dengan mudah Rose mulai tenang.
Rose pun memeluk Ryan dengan senang. Akhirnya setelah bertahun-tahun, ia bisa memiliki Ryan sepenuhnya.
******
Di rumah sakit.
Tepat jam 10 pagi, Ryan dan Luna menikah di depan papanya Ryan. Pernikahan itu hanya dihadiri Sinta selaku mama tiri Ryan, dan juga Dito, assisten pribadi Ryan.
"Mulai malam ini, kamu tinggal di apartemen sama aku!" kata Ryan. Namun ia tak mendapat jawaban apapun dari Luna.
Luna masih antara sadar atau tidak. Dalam sekejap ia telah berganti status menjadi istri orang. Lebih tepatnya menjadi istri dari mantan kakak iparnya. Luna masih merasa bersalah kepada kakaknya.
"Nggak usah sedih! Terima saja konsekuensi atas tindakan jahat kamu!" ucap Ryan yang kembali menyakiti perasaan Luna.
Namun, Luna tidak ingin bertengkar untuk saat ini. Ia lebih memilih diam. Ia merasa sia-sia berdebat dengan Ryan. Toh Ryan juga tidak percaya kepadanya meskipun ia telah menjelaskan berulang kali.
"Aku mau bekerja!" kata yang Luna ucapkan.
"Sebagai istri Ryan Wisnu Dewangga, kamu nggak perlu bekerja!" perkataan Ryan itu memantik amarah Luna yang sejak tadi ia pendam.
"Aku udah turuti kemauan kamu, tapi jangan pernah larang aku untuk bekerja! Kita memang suami istri sekarang, tapi aku minta kita punya privasi masing-masing." kata Luna. Tidak lagi ingin bertengkar, Luna memilih untuk meninggalkan tempat tersebut.
Dengan perasaan marah, Luna meninggalkan rumah sakit. Untung dia tidak ada kelas hari ini. Jadi dia bisa langsung pergi ke tempat kerja. Luna selalu melampiaskan kekesalan dan kemarahannya dengan bekerja.
Bekerja di sebuah restoran kecil sebagai pelayan membuat Luna bisa berinterkasi dengan banyak orang. Itu salah satu cara untuk menghibur dirinya.
Anabella melihat Luna yang sedang semangat bekerja. Ia mendekati Luna yang sedang mengelap meja setelah digunakan pelanggan sebelumnya. "Kamu jadi nikah?" tanya Anabella.
Luna tidak menjawab dengan lisan. Ia cukup mengangkat tangan dan memperlihatkan jari manisnya yang terpasang cincin kawin.
"Suami kamu cukup murah hati. Setidaknya dia memberi kamu mas kawin yang mahal." ucap Anabella. Ia melihat cincin yang melingkar dijari Luna. Ia tahu jika cincin itu sangatlah mahal, karena itu merupakan berlian asli.
"Nanti aku ijin pulang sore ya? Hari ini aku pindah ke apartemen." Luna meminta ijin kepada pemilik restoran, yaitu Anabella.
"Ke apartemen?"
"Ya. Apartemen yang harusnya ditinggali kak Lita dan mamaku." Luna kembali bersedih. Ia kembali teringat kakak dan orang tuanya.
"Lun.." Anabella memeluk Luna.
"Aku jahat ya An? Aku rebut suami kakakku sendiri." lirih Luna, dia merasa bersalah kepada mendiang kakaknya.
"Nggak. Kamu nggak jahat. Ini semua takdir. Kita nggak bisa menolak takdir." Anabella menyenangkan hati Luna. Ia tak ingin sahabatnya itu selalu menyalahkan dirinya sendiri.
Luna menghibur diri dengan pekerjaannya. Anabella menjadi kasihan meliatnya. "Kasihan banget sih kamu, Lun. Kenapa hidup kamu seperti ini?" gumamnya seorang diri.
Sebelum waktunya restoran tutup. Luna pamit pulang lebih dulu. Ia akan beberes karena malam ini ia akan pindah ke apartemen. Rasanya Luna masih ragu untuk meninggalkan rumah itu. Rumah yang terlalu banyak kenangan di dalamnya.
Tiba-tiba air mata Luna kembali menetes. Ia kembali teringat akan kenangan bersama kakak dan juga kedua orang tuanya. "Ma, pa, kak, aku kangen.." lirihnya.
Tok. Tok. Tok.
Luna dikagetkan oleh seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Seorang lelaki memakai jas rapi masuk ke dalam rumahnya. "Nyonya ditunggu pak Ryan." kata Dito. Ia merupakan assisten pribadi Ryan.
"Iya, aku beberes bentar." Luna mengusap air matanya. Ia segera melanjutkan beberes. Di bantu oleh Dito.
"Makasih ya!" kata Luna.
Dito hanya menganggukan kepalanya. "Perkenalkan, aku Dito, assisten pribadi pak Ryan. Kalau nyonya butuh apa-apa bisa hubungi aku!"
Luna tersenyum. Ia suka melihat kesopanan Dito. "Makasih." jawab Luna sembari tersenyum.
Dito juga membantu Luna membawakan barang-barang ke mobil. Disana, Ryan sudah menunggu Luna dengan tidak sabar. Begitu Luna masuk ke mobil. Ia pun mulai mengomel. "Lama banget sih? Bawa barang gitu aja lelet banget." gerutu Ryan.
"Kalau nggak sabaran, kenapa tadi ikut kesini? Dito aja udah cukup, orang kamu juga nggak guna." sahut Luna yang membuat Ryan geram.
"Ish.." Ryan kesal, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa kepada istri barunya itu.
"Kamu jangan sok! Kamu tuh hanya pengganti!" ucap Ryan. Akan tetapi, Luna sama sekali tidak mengindahkannya. Ia memilih untuk tetap diam.
Dito perlahan melajukan mobilnya menuju apartemen tempat yang akan ditinggali Ryan dan Luna. Dia juga membantu merapikan barang bawaan Luna.
"Makasih Dito. Kamu boleh pulang, biar aku lakukan sendiri aja!" Luna tak tega membiarkan Dito membantunya. Karena waktu juga sudah mulai larut.
Dito pun berpamitan. Setelah Dito pergi. Luna masih sibuk merapikan barang-barangnya. Ia bahkan tidak mempedulikan Ryan sama sekali. Membuat Ryan kesal. Di malam pertama pernikahan, istrinya bersikap dingin padanya. Ryan kemudian mendekati Luna. Ia melempar Luna dengan handuk. "Buruan mandi!" ucapnya.
"Nanti aja, aku masih belum selesai."
"Kamu bau."
"Biarin. Kalau kamu terganggu, aku bisa tidur di sofa." Luna tidak mau mengalah begitu saja.
Ryan menjadi semakin kesal. Ia segera membopong Luna dan membawanya ke kamar mandi. Ryan menghidupkan shower sehingga membuat Luna basah kuyup.
"Ryan!!" seru Luna. Dia kesal karena Ryan menghidupkan shower tanpa menghidupkan kran air hangat membuat Luna kedinginan.
Luna pun menggigil karena kedinginan. "Hacccuuu..." setelah berganti pakaian, Luna menutup tubuhnya dengan selimut tebal.
"Nih minum air hangat!" Ryan menyiapkan segelas air hangat untuk istrinya. Ia juga menyiapkan obat untuk Luna.
Dengan segera Luna meminum obat tersebut. Namun ia masih saja menggigil. Membuat Ryan menjadi tidak tega. Ia duduk di samping Luna. "Mau aku hangatin nggak?" tanya Ryan.
"Ish..." Luna menjadi semakin kesal. Ia pun segera membaringkan tubuhnya. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Hei, masa malam pertama kita kayak gini? Nggak seru banget." gerutu Ryan.
Luna melempar Ryan dengan bantal. Ia kesal karena Ryan tak paham situasi. "Dasar nggak punya hati!" ucap Luna dengan marah. Bisa-bisanya Ryan masih mikirin malam pertama, sementara dia sedang demam dan itu juga karena dirinya.
"Itu kewajiban bagi suami istri." kata Ryan lagi.
"Bodo amat."
"Kamu dosa."
Luna membuka selimutnya dan melotot ke arah Ryan. "Kamu lihatnya aku sedang demam? Kamu mikirnya ini karena siapa?" celoteh Luna dengan kesal.
"Iya, iya karena aku.. Ya udah kita tidur aja." Ryan merasa bersalah, dan ia mau mengalah demi Luna.
Mereka pun akhirnya tertidur dalam satu ranjang. Luna dengan segera memberi pembatas dengan sebuah guling. "Nggak boleh lewatin ini!" katanya.
"Tsk.." Ryan tersenyum geli melihat tingkah Luna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Fi Fin
Nah suka novel yg tòkoh utama nya ga lemah dan mudah di tindas
2024-06-04
0
Patrick Khan
lanjut kak
2024-03-12
1
❤ Nadia Sari ❤
Ceritanya menarik kyk tom and jerry mengingatkan kisah Alfa dan Kimora ... Mudah2an ceritanya ringan gak mendayu-dayu en mdh2an Ryan mulai cinta Luna..RyNa😘😘😄😄
2024-03-12
2