Malam gelap bertabur bintang. Suara angin berhembus dengan cukup kencang. Sepasang anak manusia masih terjaga. Seperti layaknya seorang bayi, Ryan menghisap gundukan daging kenyal menciptakan suara des*han yang terkadang tertahan ditenggorokan. Luna meremas rambut Ryan dengan mata terpejam. Lenguhan sering terdengar disela des*h*nnya. Ia merasakan geli di area sekitar daging kenyal tersebut. Ryan tanpa henti menghisap dan menciumi area tersebut.
Malam itu mereka masih terjaga karena aktifitas rutin sebagai sepasang suami dan istri. Ryan terus memompa hasratnya. Dan Luna hanya bisa pasrah dan bertahan. Sudah hampir seminggu mereka menikah. Aktifitas tersebut menjadi aktifitas rutin setiap malamnya. "Hah..." Ryan mengerang.
Sudah lebih dari satu jam, akhirnya dia sampai pada puncak kenikmatannya. Ryan lemas dan jatuh diatas tubuh Luna.
"Kamu ada hubungan apa dengan Raditya?" Ryan belum bangun, tapi dia sudah bertanya mengenai hubungan Luna dengan kakak Anabella.
"Aku lihat kalian akrab banget. Waktu itu kamu juga bercanda sama dia." tanyanya lagi dengan nada kesal.
"Nggak ada hubungan apa-apa. Bangun! Berat!" pinta Luna.
Ryan segera turun. Ia duduk sembari menatap Luna. Beberapa hari terakhir Luna memang masih sangat cuek kepadanya. Entah kenapa itu membuat Ryan menjadi kesal. Apalagi Luna bersikap lembut kepada Dito dan juga Raditya. "Kamu dilarang pergi sama Raditya lagi!" imbuhnya.
Tentu saja itu membuat Luna langsung menoleh dan menatapnya dengan tajam. "Jangan kekanakan!"
"Aku suami kamu, kamu harus nurut apa kataku!"
"Kalau gitu kamu juga harus jauhi Rose!" Ryan ganti menatap Luna dengan tajam.
"Aku istri kamu. Kamu juga harus nurut apa kataku." Luna membalikan perkataan Ryan. Tentu saja itu membuat Ryan terdiam dengan wajah kesal.
"Sejak kapan kamu sama kak Rose? Apa saat kak Lita masih ada, kalian sudah bersama?"
"Bukan urusan kamu. Pindah ke sofa!" serunya. Ryan marah karena Luna mempertanyakan hubungannya dengan Rose.
Dengan segera Luna memakai bajunya. Ia pergi ke kamar mandi untuk membasuh dirinya. Setelah itu, ia berbaring di sofa seperti permintaan Ryan. Dia tidak lagi mempedulikan Ryan yang menatapnya dengan tajam. Luna lebih memilih untuk memejamkan matanya. Ia menarik selimutnya sampai menutupi semua bagian tubuhnya termasuk kepalanya.
Keesokan paginya. Pagi-pagi sekali Luna sudah keluar dari rumah. Tapi dia menyiapkan sarapan untuk suaminya terlebih dulu. Meskipun ia marah, tapi Luna masih memiliki hati nurani.
Ryan bangun dan tidak mendapati istrinya pun menjadi kesal. Setelah sarapan ia segera pergi ke kantor dengan wajah marah. Bahkan Dito tidak berani mengatakan apapun di dalam mobil. "Kenapa papa ingin aku nikah sama wanita itu sih? Ngeribetin banget." gumam Ryan dengan marah.
Ryan tak tahu kenapa papanya ingin dia menikahi anak sahabatnya itu. Pertama dengan Lita, kini dengan Luna. Padahal sejujurnya Ryan masih belum siap menikah. Pemuda berusia 27 tahun itu masih belum ingin terikat dengan pernikahan. Tapi dia justru malah sudah menikah dua kali.
"Pagi-pagi sudah pergi dari rumah. Maunya apa sih?" gumamnya lagi.
Dito hanya menjadi pendengar. Dia tidak berani untuk mengeluarkan suara. Dia takut akan kemarahan bos-nya. Jadi dia lebih memilih diam tidak mau memperkeruh suasana. Selama hampir seminggu ini Ryan memang sering merasa kesal karena istrinya.
"Bilangin dia kalau dia masih seperti ini, aku akan ceraiin dia."
"Tapi bos, kalau kalian cerai sekarang, warisan tuan besar akan jatuh ke tangan mama tiri bos." Dito mengingatkan Ryan agar lebih tenang.
Ryan terdiam. Kondisi papanya saat ini masih belum stabil. Jadi papanya belum bisa mengurus warisan yang ia kasih ke Ryan untuk saat ini. "Akh..." Ryan memukul kursi disebelahnya.
"Sebenarnya aku nggak peduli soal warisan papa. Aku hanya nggak ingin semua usaha papa diambil oleh wanita itu. Makanya aku terpaksa menikahi wanita idiot itu." ucap Ryan. Sebagai istri sah, Sinta memang berhak mendapat bagian dari harta milik papanya Ryan. Dan dalam surat wasiat itu dikatakan jika Ryan tidak menikahi Luna, semua harta warisan akan jatuh ke tangan mama tirinya.
"Aku nggak terima usaha papa dan mama jatuh ke tangan wanita ambisius itu." imbuhnya.
****
Di tempat lain. Luna sedang membaca sembari makan roti yang ia bawa dari rumah. Dia memang sengaja menghindari Ryan. Tidak mau bertengkar lagi. Jadi sebelum Ryan bangun, ia sudah keluar dari rumah. Teringat Ryan membuat Luna menjadi semakin kesal. Lelaki yang bersikap semena-mena terhadapnya tersebut. Bahkan ia berpikir untuk kembali ke rumah orang tuanya saja daripada harus terus bertengkar dengan Ryan. "Aku hanya ingin hidup tenang." gumamnya.
Ponselnya beberapa kali berdering. Namun ia hanya menatapnya. Dia terlalu malas untuk menerima panggilan tersebut. Panggilan telepon dari suaminya.
Luna terus menikmati sarapannya. Setelah akhirnya dia berjalan menuju kampusnya. Langkah kecilnya terlihat santai. Namun tiba-tiba ada seseorang yang memakai sepeda mendekati dirinya. Pemuda itu nampak oleng karena sepedanya kehilangan kendali. "Awas!!" seru pemuda tersebut. Ia meminta agar Luna minggir.
Namun ternyata telat. Tangan Luna tersenggol stang sepeda tersebut, membuat terjatuh karenanya. "Akh..." tangan Luna terkantuk trotoar. Darah nampak keluar dari sikutnya. "Aduh.." keluh Luna merasa perih di bagian sikut yang tergores.
Sementara pemuda itu juga terjatuh dari sepedanya. Ia segera bangkit setelah melihat Luna yang jatuh. "Maaf, kamu nggak kenapa-napa?" pemuda itu mendekati Luna.
"Nggak kok.. Lain kali hati-hati!" ucapnya sembari mengelap darah yang mengalir di sikutnya.
"Aku bawa ke rumah sakit ya!" kata pemuda itu.
"Kening kamu berdarah." imbuh pemuda itu dengan khawatir.
Luna menyentuh dahinya. Dan benar saja, keningnya berdarah. Mungkin karena benturan juga. "Nggak apa kok." Luna tetap menolak meskipun ia tahu keningnya berdarah.
"Kamu harus ke rumah sakit!" pemuda itu memaksa dengan menarik tangan Luna. Ia membawa Luna ke klinik yang tak jauh dari kampus Luna.
Saat Luna sedang diobati. Pemuda itu menelepon seseorang untuk membawakan mobil dan juga membereskan sepedanya. "Sekarang juga!"
Sekitar lima belas menit kemudian, Luna keluar dari ruang pemeriksaan. Tangan dan dahinya harus diperban karena luka. Pemuda itu kembali meminta maaf. "Aku minta maaf ya. Aku akan bertanggung jawab sampai kamu sembuh." kata pemuda itu.
"Kenalin aku Heksa." pemuda itu mengulurkan tangannya. Ia memperkenalkan diri.
"Laluna, tapi sering dipanggil Luna." jawab Luna.
"Aku antar pulang ya? Tapi aku bayar administrasi dulu."
"Nggak.. Nggak usah-" tetapi Heksa tidak mendengar Luna, ia bergegas mengurus administrasi.
Di dalam mobil.
Luna merasa heran, bukannya Heksa tadi membawa sepeda. Tapi kenapa sekarang bawa mobil. "Sepeda kamu?"
"Udah ada yang urus. Rumah kamu mana?"
"Aku mau ke kampus aja."
"Tapi kamu masih terluka. Kamu pulang aja dulu, kamu harus istirahat!" Heksa memaksa untuk mengantar Luna ke rumah.
Akhirnya Luna membawa Heksa ke rumah lamanya. Tidak mungkin dia mengajak Heksa ke apartemen. Luna masih harus menyembunyikan jati dirinya sebagai istri Ryan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Patrick Khan
..lanjut kak
2024-03-14
0
❤ Nadia Sari ❤
Ryan cemburu tp msh sama mawar berduri ... Duh mudah2an Luna gak hamil dulu yak minum pil kb atau apa gt smp Ryan bnr2 jth cinta beneran😘
2024-03-14
0