Di ruangan CEO.
Luna hanya diam saja karena dia masih kesal. Luna masih memikirkan perkataan resepsionis tentang hubungan Ryan dengan Rose. Melihat Luna hanya diam sejak masuk ke kantornya. Ryan pun segera memeluknya. "Maafin karyawan aku! Nanti aku pecat mereka, tapi jangan diemin aku!" lirihnya.
Luna mendorong Ryan menjauh. "Nggak usah peluk-peluk, nanti pacar kamu marah." ucap Luna dengan ketus.
Ryan hanya menatap Luna sembari menghela nafasnya. Padahal semalam dan pagi tadi mereka masih baik-baik saja. Tapi kenapa Luna kembali jutek. "Kenapa sih?" tanya Ryan.
"Nggak kenapa-napa, aku mau pulang." Luna bangkit dan mengambil tas-nya. Namun dengan cepat Ryan menahannya.
"Aku nggak mau berantem lagi sama kamu. Jadi tolong please, jangan pancing-pancing aku!" ucap Ryan menahan amarahnya.
Luna menatap Ryan dengan tajam. Begitu juga Ryan, dia juga menatap Luna dengan beribu pertanyaan di kepalanya. Sesaat kemudian Luna mengalihkan pandangannya.
"Ada apa? Kalau aku punya salah, ngomong! Aku nggak mau berantem." Ryan menarik dagu Luna sehingga mereka kembali bertatapan.
Jantung Luna berdebar tak karuan saat itu. Dia kembali menghindari tatapan Ryan. Kemudian memilih untuk duduk kembali. Akan tetapi, Luna masih saja diam dengan wajah jutek. Ryan masih bingung kenapa Luna bisa semarah itu. Apa mungkin karena dia diusir resepsionis dan satpam tadi. Ryan bertanya-tanya.
"Kamu masih marah? Kalau gitu aku pecat mereka sekarang!" Ryan hendak menelepon Dito. Namun Luna melarangnya.
"Jangan! Nggak usah!" Luna menahan tangan Ryan.
"Biarin. Siapa suruh berani usir istri aku?" Ryan kembali hendak menelepon Dito.
"Jangan! Aku nggak apa-apa kok. Kasihan mereka kalau kehilangan pekerjaan." ucap Luna.
Ryan terus menatap Luna. Dia tak menyangka jika Luna memiliki hati sebaik itu. Ryan tersenyum sembari terus menatap Luna.
Luna kembali salah tingkah saat Ryan terus menatapnya. Dia pun mengalihkan perhatian. "Mau makan sekarang?" tanyanya.
Ryan menganggukan kepalanya. Luna pun segera menyiapkan makan untuk suaminya. Semua makanan yang ia masak merupakan makanan kesukaan Ryan. Hari ini entah kenapa Ryan begitu manja. Dia minta disuapi oleh Luna.
"Rose sering kesini kan?" tanya Luna sembari menyuapi Ryan.
Ryan memicingkan matanya. Dia kini tahu apa yang membuat Luna marah tadi. Pasti resepsionis itu memberitahu Luna jika Rose sering datang ke kantornya. "Hmm, bukan hanya Rose, banyak wanita yang sering datang kesini. Kamu kan tahu kalau suami kamu ini ganteng banget.." Ryan berkata dengan percaya diri.
Sementara Luna memutar bola matanya mendengar perkataan Ryan yang narsis. Luna tidak lagi mau menanggapi Ryan. Dia terus menyuapi Ryan tanpa berkata apapun.
"Kamu kerja jam berapa?"
"Jam 1."
"Kalau gitu kamu istirahat disini aja dulu. Nanti aku anter, aku ada meeting di dekat restoran kamu!" Luna menganggukan kepalanya. Setelah membereskan sisa makanan. Ia pun mulai menunggu di sofa sembari mainan hape.
Tetapi, tiba-tiba ia merasa sangat ngantuk. Ia pun ketiduran di sofa depan meja kerja Ryan. Melihat Luna yang tertidur. Ryan pun mendekatinya. Ia tersenyum melihat Luna yang ketiduran. Ryan juga memotret Luna saat ia tertidur.
"Dasar anak kecil." gumam Ryan. Ia mengambil jas-nya kemudian menyelimuti Luna dengan jas tersebut.
Tok. Tok. Tok.
Sari mengetuk pintu ruangan Ryan. Dia ingin meminta tanda tangan Ryan untuk beberapa dokumen. Namun, ia justru melihat pemandangan yang tak biasa. "Pak, aku mau minta tanda tangan." ucap Sari pelan.
Sebelumnya, Ryan sudah mengisyaratkan Sari agar tidak berisik. Supaya tidak mengganggu istrinya yang sedang tidur.
Ryan mengambil dokumen itu kemudian menandatanganinya. Setelah itu Sari keluar dari ruangan tersebut. Wajahnya terlihat bahagia, entah apa yang membuat Sari terlihat begitu senang.
Di depan dia bertemu dengan Dito. "Pacar baru si bos?" tanya Sari. Dia kepo dengan wanita yang ada di dalam ruangan bos-nya. Pasalnya baru kali ini bos-nya memperlakukan wanita dengan lembut.
"Kembali bekerja!" Dito tidak menjawab pertanyaan Sari. Dia menyuruh Sari untuk kembali bekerja.
"Ish.." Sari agak kesal karena kedinginan Dito.
.....
"Ugh..." Luna membuka matanya. Dia melirik jam, sudah pukul 12.00.
"Aku ketiduran?" Ia pun segera bangun.
"Udah jam makan siang, kamu nggak makan?" tanya Luna saat ia melihat Ryan masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Udah bangun? Bentar, masih ada beberapa berkas yang perlu dicek." Luna berjalan mendekati Ryan di meja kerjanya. Dia mengintip sedikit pekerjaan Ryan.
Tiba-tiba Ryan menarik tangan Luna, membuat Luna jatuh dalam pangkuannya. Ryan menatapnya dengan lekat. Tentu saja tatapan itu membuat Luna jadi salah tingkah. Ryan mencium Luna dengan lembut. Dan dibalas oleh Luna. Entah apa yang Luna pikirkan. Cukup lama.
"Hah..." Luna mengusap bibirnya dengan tisu. Begitu juga Ryan. Dia mengambil tisu di meja kerjanya.
"Lun, jangan berantem terus ya!" pinta Ryan.
Seketika Luna menatap wajah Ryan yang terlihat begitu tampan. Dia menatap Luna dengan begitu lembut. Luna mengangguk pelan.
"Sayank aku bawa ma...kanan.." tiba-tiba Rose masuk ke dalam ruangan Ryan. Dia melihat Luna yang duduk dipangkuan Ryan. Matanya terbelalak.
Di belakangnya ada Dito yang sepertinya berusaha mengejarnya. Dito menatap Ryan kemudian keluar setelah Ryan menganggukan kepalanya.
"Maksudnya apa ini Ryan?" Rose maju dengan wajah marah.
Ia bahkan menarik tangan Luna supaya menjauh dari Ryan. Tetapi secara refleks Ryan menepis tangan Rose. Sementara Luna masih tidak mau berdiri. Dia bahkan menunjukan wajah seperti sedang mengejek Rose. Luna menunjukan statusnya di depan Rose.
"Kamu bela dia?" Rose semakin kesal.
"Ada perlu apa?" Ryan menghela nafasnya.
Namun Rose malah menangis. Membuat Luna memutar bola matanya. Mau tak mau Ryan harus berusaha membujuknya. Ryan tidak mau Rose membuat onar di perusahaannya. Ryan pun mendorong Luna dari pangkuannya.
Luna pun tersenyum sinis. Dia pun memilih untuk membereskan alat makannya. Kemudian pergi begitu aja dari ruangan Ryan.
Melihat Luna pergi begitu saja membuat Ryan terkejut. Namun dia tidak bisa berbuat lebih. Dia hanya melihat Luna yang pergi dengan marah. Bahkan Dito pun tidak berani menyapa Luna saat Luna keluar dari ruangan Ryan dengan wajah kesal.
"Kenapa nangis?" tanya Ryan.
"Kamu jahat Ryan. Kenapa kamu bermesraan dengan Luna di kantor kamu?" seru Rose dengan air mata membasahi pipinya.
"Dia anter makan buat aku. Lagipula dia kan istriku, wajar kalau dia ingin kesini. Udah ah jangan nangis, nanti jelek.." ucap Ryan dengan lembut. Dia memeluk Rose yang masih menangis dan juga merengek.
"Ryan kamu jahat.." Rose masih saja merengek dia juga terus memeluk Ryan. Sesaat dia tersenyum sinis. Merasa menang dari Luna, karena bisa membuat Luna pergi dengan marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mesri Sihaloho
Ryan itu cowok plin plan
2025-04-15
0
Ririn Nursisminingsih
lun jg buciin dulu...sama ryan...cowok kok ndak tegas
2024-09-20
0
Dessy Lisberita
kalau suami ad pelakor nya jngan di rungu ga usah berantem nyantai aja emang skit sih kalau suami udah ngetik wanita lain tpi bawa enjoi bearti dia bukan suamii yg baik
2024-06-12
0