3. Bab 3

Satu bulan kemudian.

Luna masih merasa kehilangan dengan kepergian kakak dan mamanya. Ia masih sering merasa sedih. Belum lagi tuduhan dari beberapa orang atas insiden kecelakaan yang mengakibatkan kakak dan mamanya meninggal. Tentu saja itu mempengaruhi kuliahnya. Luna bahkan hampir menyerah pada kuliahnya. Namun, tinggal beberapa bulan lagi ia sudah akan lulus. Mengingat janjinya kepada mamanya, Luna kembali menatap masa depannya.

Meskipun banyak orang yang menuduhnya telah merencanakan kecelakaan kakak dan mamanya. Namun masih ada orang yang percaya bahwa dia tidak mungkin melakukan hal semacam itu.

Anabella memeluk Luna. "Jangan mikir yang aneh-aneh!" katanya.

"Menurut kamu, apa aku mungkin melakukan hal konyol itu?" tanya Luna kepada Anabella.

"Nggak lah. Aku kenal kamu, kamu nggak akan pernah lakuin hal itu. Jangan dipikirin lagi ya!" Anabella semakin erat memeluk Luna.

"Makasih ya An.."

Perkenalan Anabella dengan Luna cukup berkesan. Saat itu Anabella melihat Luna, seorang gadis yang baru saja menjadi mahasiswi, ia bertekad mencari pekerjaan sampingan untuk membantu orang tuanya. Pada pandangan pertama, Anabella sudah merasa tertarik dengan semangat Luna. Meskipun Anabella seusia kakaknya Luna, namun ia bisa menjadi teman dan kakak yang baik untuk Luna.

Luna menjalani kehidupan seperti biasa. Ia kuliah sembari bekerja. Namun kini, rumahnya terasa sepi. Hanya tersisa kenangan demi kenangan. Luna masih sering berpikir jika kakak dan kedua orang tuanya masih hidup. Rasanya baru kemarin mereka masih bersendau gurau. Masih makan bersama dan bercengkerama bersama.

Air mata Luna kembali menetes. Ia masih belum percaya jika ia kini hidup seorang diri. Luna mengambil foto keluarga yang ada di ruang tamu. "Kenapa kalian ninggalin aku sendiri? Kenapa kalian nggak ajak aku? Kenapa kalian selalu memperlakukan aku seperti ini?" air matanya sudah tak bisa terbendung.

Dulu Luna juga sering ditinggal sendiri. Tapi waktu itu kakak dan kedua orang tuanya masih hidup. Jadi dia masih bisa melihat mereka. Namun kini, mereka sudah pergi jauh meninggalkan dunia ini. "Pa, ma, kak, aku kangen.." lirihnya. Ia kembali menangis sambil memeluk foto tersebut.

"Ternyata, rindu yang paling menyakitkan ialah rindu kepada mereka yang sudah tidak lagi bisa kita lihat, sudah tidak bisa lagi kita sentuh." Luna semakin tersedu.

*******

Tiba-tiba Dewangga jatuh sakit. Ia harus dilarikan ke rumah sakit. Tentu saja keadaan Dewangga itu membuat Ryan gelisah. Sepanjang hari ia menunggu papanya bangun. Sudah hampir seminggu Dewangga tak sadarkan diri.

"Pak Ryan, ada yang ingin aku sampaikan mengenai permintaan pak Dewangga sebelum jatuh sakit." kata pengacara Dewangga.

"Apa papa sudah menulis wasiat?" pengacara itu menganggukan kepalanya. Kemudian ia menyerahkan berkas yang merupakan wasiat dari Dewangga yang Dewangga tulis sendiri.

Ryan membaca wasiat itu. Namun matanya terbelalak. Ada sebuah permintaan papanya yang membuatnya tidak senang. "Bisa nggak kalau poin ini dihapus?" Ryan menunjuk sebuah poin yang menurutnya tidak masuk akal.

"Bisa, tapi pak Ryan tidak akan mendapat apapun dari warisan pak Dewangga." kata sang pengacara.

"Kalau bapak ingin warisan pak Dewangga jatuh ke ibu Sinta, silahkan abaikan poin ini!" imbuh sang pengacara.

Ryan mulai berpikir keras. Ia menjadi kesal karena. "Kenapa dia tidak membiarkan aku hidup tenang sih?" gumam Ryan seorang diri.

Setelah membaca surat wasiat dari papanya. Ryan mulai berpikir keras lagi. Ia memikirkan bagaimana memenuhi permintaan papanya itu.

Ryan menemui Luna di tempat kerjanya. "Aku mau bicara sama kamu!" kata Ryan masih bersikap dingin.

Luna mengikuti Ryan. Ia duduk bersebrangan dengan Ryan. "Ada apa? Kamu juga mau nyalahin aku atas kematian kakak dan mamaku?" tanya Luna dengan ketus.

"Papaku sakit."

"Om Dewangga sakit apa?" Luna nampak begitu khawatir.

"Parah, papa sakit parah. Tapi, sebelumnya ia meminta aku agar menikahi kamu." Ryan tidak berbasa basi. Ia langsung bicara ke intinya.

Tentu saja perkataan Ryan itu membuat Luna terkejut. Mulutnya mangap saat mendengar perkataan Ryan tersebut. "Aku nggak mau. Gila apa ya, kamu mantan suami kakakku. Nggak mungkin aku nikahi kamu." dengan cepat Luna menolak. Selain dia tidak menyukai Ryan. Luna juga memikirkan pandangan orang terhadapnya.

"Aku nggak butuh jawaban kamu. Lagipula kamu harus mempertanggungjawabkan atas kematian kakak kamu." kata Ryan yang begitu sangat melukai hati Luna.

"Karena kamu, aku sekarang menjadi seorang duda." imbuh Ryan.

Brakk..

Luna menggebrak meja. Ia marah karena tuduhan itu. "Aku nggak pernah celakai kakak aku!" serunya dengan kesal.

"Kenapa kamu bisa selamat? Kenapa cuma Lita dan mama yang ada di mobil itu?"

"Ak.. Aku.."

"Udah cukup! Aku nggak butuh alasan kamu. Aku kesini cuma kasih tahu kamu. Kalau kamu masih punya hati nurani, kamu pasti akan penuhi permintaan papaku, sekaligus mempertanggungjawabkan kematian kakak kamu." Luna sampai terdiam. Ia tak percaya jika Ryan akan menuduhnya seperti itu.

Ryan pun segera beranjak. "Besok pagi jam 10, datang ke rumah sakit! Kita menikah di depan papaku. Kita juga bisa rahasiain masalah pernikahan ini!" kata Ryan sebelum ia meninggalkan tempat tersebut.

"Hufff.." Brakkk..

Luna memukul meja karena kesal. Ia bahkan sama sekali tidak bisa melawan Ryan. "Hah.." Luna menyangga kepalanya. Ia berusaha untuk meredam amarahnya.

"Kenapa semua orang mikir aku yang celakai kakak dan mama aku? Mereka tak tahu seberapa hancurnya aku saat menerima kabar itu." gumamnya seorang diri.

Luna kembali merasa tertekan. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Luna kemudian memikirkan kembali akan kebaikan Dewangga kepada dirinya dan keluarganya. Mendengar Dewangga sakit parah, hati Luna menjadi sedih.

Ryan kembali ke kantor. Ia meminta Dito, assistennya untuk menyiapkan pernikahannya besok. Ia sangat yakin Luna akan setuju menikah dengannya. Ia tahu bahwa Luna merasa bersalah kepada kakaknya. "Jam 10 di rumah sakit! Siapin semua dan jaga rahasia pernikahan ini!" pinta Ryan.

"Siap laksanakan." jawab Dito.

Selain keluarga, Ryan tak ingin orang lain tahu mengenai pernikahan keduanya. Apalagi istrinya adalah adik kandung dari istrinya sebelumnya.

"Setidaknya warisan papa aman dari wanita rubah tua itu." gumam Ryan.

Ia sama sekali tidak mau, semua harta warisan papanya akan jatuh ke tangan mama tirinya. Sejak kecil, ia sangat tidak menyukai wanita itu. Ryan selalu merasa jika mama tirinya itu memiliki niat tak baik terhadap papanya.

"Ryan, aku bawa makan siang buat kamu." Rose masuk ke ruangan Ryan dengan senang.

Setelah kematian Lita, Rose mulai terang-terangan mendekati Ryan. Ia memang menyukai Ryan sejak dulu. "Taruh aja disitu, aku udah makan tadi." jawab Ryan. Meskipun Ryan nampak tak senang. Tapi ia masih bersikap baik ke Rose.

"Besok aku mau nikah sama Luna." kata Ryan.

Tentu saja berita itu membuat Rose terbelalak tak percaya. Ia merasa kesal karena Ryan kembali menikahi orang lain.

Terpopuler

Comments

Mesri Sihaloho

Mesri Sihaloho

wah Jagan jangan rose dalang dari kecelakaan itu,,

2025-04-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 3. Bab 3
4 4. Bab 4
5 5. Bab 5
6 6. Bab 6
7 7. Bab 7
8 8. Bab 8
9 9. Bab 9
10 10. Bab 10
11 11. Bab 11
12 12. Bab 12
13 13. Bab 13
14 14. Bab 14
15 15. Bab 15
16 16. Bab 16
17 17. Bab 17
18 18. Bab 18
19 19. Bab 19
20 20. Bab 20
21 21. Bab 21
22 22. Bab 22
23 23. Bab 23
24 24. Bab 24
25 25. Bab 25
26 26. Bab 26
27 27. Bab 27
28 28. Bab 28
29 29. Bab 29
30 30. Bab 30
31 31. Bab 31
32 32. Bab 32
33 33. Bab 33
34 34. Bab 34
35 35. Bab 35
36 36. Bab 36
37 37. Bab 37
38 38. Bab 38
39 39. Bab 39
40 40. Bab 40
41 41. Bab 41
42 42. Bab 42
43 43. Bab 43
44 44. Bab 44
45 45. Bab 45
46 46. Bab 46
47 47. Bab 47
48 48. Bab 48
49 49. Bab 49
50 50. Bab 50
51 51. Bab 51
52 52. Bab 52
53 53. Bab 53
54 54. Bab 54
55 55. Bab 55
56 56. Bab 56
57 57. Bab 57
58 58. Bab 58
59 59. Bab 59
60 60. Bab 60
61 61. Bab 61
62 62. Bab 62
63 63. Bab 63
64 64. Bab 64
65 65. Bab 65
66 66. Bab 66
67 67. Bab 67
68 68. Bab 68
69 69. Bab 69
70 70. Bab 70
71 71. Bab 71
72 72. Bab 72
73 73. Bab 73
74 74. Bab 74
75 75. Bab 75
76 76. Bab 76
77 77. Bab 77
78 78. Bab 78
79 79. Bab 79
80 80. Bab 80
81 81. Bab 81
82 82. Bab 82
83 83. Bab 83
84 84. Bab 84
85 85. Bab 85
86 86. Bab 86
87 87. Bab 87
88 88. Bab 88
89 89. Bab 89
90 90. Bab 90
91 91. Bab 91
92 92. Bab 92
93 93. Bab 93
94 94. Bab 94
95 95. Bab 95
96 96. Bab 96
97 97. Bab 97 (Tamat)
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
3. Bab 3
4
4. Bab 4
5
5. Bab 5
6
6. Bab 6
7
7. Bab 7
8
8. Bab 8
9
9. Bab 9
10
10. Bab 10
11
11. Bab 11
12
12. Bab 12
13
13. Bab 13
14
14. Bab 14
15
15. Bab 15
16
16. Bab 16
17
17. Bab 17
18
18. Bab 18
19
19. Bab 19
20
20. Bab 20
21
21. Bab 21
22
22. Bab 22
23
23. Bab 23
24
24. Bab 24
25
25. Bab 25
26
26. Bab 26
27
27. Bab 27
28
28. Bab 28
29
29. Bab 29
30
30. Bab 30
31
31. Bab 31
32
32. Bab 32
33
33. Bab 33
34
34. Bab 34
35
35. Bab 35
36
36. Bab 36
37
37. Bab 37
38
38. Bab 38
39
39. Bab 39
40
40. Bab 40
41
41. Bab 41
42
42. Bab 42
43
43. Bab 43
44
44. Bab 44
45
45. Bab 45
46
46. Bab 46
47
47. Bab 47
48
48. Bab 48
49
49. Bab 49
50
50. Bab 50
51
51. Bab 51
52
52. Bab 52
53
53. Bab 53
54
54. Bab 54
55
55. Bab 55
56
56. Bab 56
57
57. Bab 57
58
58. Bab 58
59
59. Bab 59
60
60. Bab 60
61
61. Bab 61
62
62. Bab 62
63
63. Bab 63
64
64. Bab 64
65
65. Bab 65
66
66. Bab 66
67
67. Bab 67
68
68. Bab 68
69
69. Bab 69
70
70. Bab 70
71
71. Bab 71
72
72. Bab 72
73
73. Bab 73
74
74. Bab 74
75
75. Bab 75
76
76. Bab 76
77
77. Bab 77
78
78. Bab 78
79
79. Bab 79
80
80. Bab 80
81
81. Bab 81
82
82. Bab 82
83
83. Bab 83
84
84. Bab 84
85
85. Bab 85
86
86. Bab 86
87
87. Bab 87
88
88. Bab 88
89
89. Bab 89
90
90. Bab 90
91
91. Bab 91
92
92. Bab 92
93
93. Bab 93
94
94. Bab 94
95
95. Bab 95
96
96. Bab 96
97
97. Bab 97 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!