Bab 15

"apa hubungan kalian dengan Liona?"

mereka bertiga kembali saling pandang "Kak Liona?, apakah tuan tahu dimana dia sekarang?"

"hmmm" iaman mengangguk.

"Kak Liona adalah kakak pertama kami, dia keluar dari sekte ketika mendengar ayah sakit keras namun belum kembali sampai sekarang dan kami belum mendapatkan kabar darinya"

Iman kemudian melambaikan tangannya dan sorang wanita muncul di depan mereka, wanita ini acak acakan, bajunya compang camping, terlihat seperti pengemis sedang memegang pedang.

"ayo kesini akan kubunuh kalian semua!!!!" ketika dia sadar dia tertegun dan melihat sekelilingnya, ketika dia melihat Iman yang memakai topeng yang diingatnya waktu bertemu pertama kali dia langsung memeluknya dengan erta "aku merindukanmu" bisiknya.

"ini tidak menunjukan sikap seorang putri kan?, lihatlah saudaramu itu, mulut mereka terbuka melihat kita, mungkin sudah puluhan lalat mendarat di sana"

"apa....!, saudaramu?, bukan kamu bilang apa tadi binatang apa itu, apakah itu beracun?"

"ah.." Ian langsung memukul kepalanya karena keceplosan, di dunia itu tidak ada namnya lalat.

"ahhh, itu tidak beracun, kamu tenang saja"

Lioan melepaskan pelukannya dan berbalik, "salam tetua Moran, Adik Riris dan Oscar" mendengar wanita ini memanggil, mereka tidak langsung menjawab namun masih berpikir apakah benar ini adalah kakak mereka, karena sejak dulu kakaknya ini selalu bersikap dingin, tegas, dan selalu menjaga penampilan"

"kakak Lina, ada apa denganmu, apakah kamu jiwamu terluka?"

"aku tidak apa apa, apakah ada yang aneh denganku?" saat dia mengucapkan itu Liona langsung melihat dirinya sendiri dan baru sadar melihat penampilannya yang seperti pengemis.

"kak iman kenapa kamu tidak memberitahuku......!!!!!" dia berteriak pada Iman.

"ehhh, kenapa aku yang jadi salah?"

"aku tidak mahu tahu, buatkan temapat untuk mandi!" ucpanya dengan keras.

adika dan tetua uang melihat itu merasa geli di hatinya, mereka tersenyum melihat pertengkaran yang mirip pertengkaran suami istri itu, setelah ayahnya sakit ini pertama kali melihat kakaknya seakan tidak ada beban seperti dulu.

"ah.... merepotkan sekali" Iman melambaikan tangannya, sebuah rumah kayu yang mirip ruangan sauna muncul tidak jauh dari tempat mereka berdiri, melihat itu Liona langsung berlari masuk dan menutup pintunya. melihat it tetua Moran tertawa bersamaan dengan Ririn dan Osacar, kemudian mereka mengalihkan pandangannya ke arah Iman, mereka tidak melihat expresi Iman yang tersenyum di balik topengnya, dia merasa da kehangatn di dalam hatinya, walaupun selam ini Darma bertingkah konyol di depannya dan di ajuga merasakan hal yang sama, namun ketika melihat Liona ada rasa yang berbeda di hatinya.

Iman melaangkah sedikit menjauh dari mereka, melambaikan tangannya, seketika banyak alat alat yang aneh aneh yang keluar dari kehampaan, itu menurut ketiga orang yang melihat Iman saat ini, iman tidak sadar sedang di perjatikan, karena suasana hatiny sedang senang saat ini maka dia ingin memesak makanan yang ada di bumi, yang kebetualan semua bahannya sudah ada di inventory penyimpanan system. Beberapa menit kemudian meja makan yang sudah tertata rapi dan dapur modren terpampang di depan tiga orang itu yang membuat mereka tertegun, mulut mereka terbuka lagi.

"ah... saya lupa" iman melambaikan tanganya dam muncul seorang anak muda remaja yang berumur belasan tahun, karena di pindahkan mendadak dia tidak menekan auranya sehingga menyesakan ketiga orang itu dan membuat gua yang luasnya hampit seratusan meter itu menjadi bergetar, Iman melambaikan tangannya lagi dan seketika aura itu menghilang "tekan kekuatanmu anak muda, hangan samapai aku menghukumku"

"ehhh... kenapa ayah mengeluarkanku tanpa peringatan, jelas ini bukan salahku" ucap Darma membela dirinya karena karena dia merasa tidak bersalah.

" salam untuk kakek dan kakak sekalian, he he he maafkan saya sudah tidak sengaja membuat kalian tidak nyaman" Ucap Darma samabil menggaruk kepalanya.

"eh ayah, jarang ajarang ayah memasak besar seperti ini, apakah ayaj mau dinner sama bibi Liona"

"Tak...." sendok sayur langsung berada di dahinya.

"jangan sembarang bicara, Tetua dan saudara sekalian, maafkan anak saya yang suka berbuat dan berkata konyol ini, namanya Darma" mereka ingin ketawa melihat tingkah ayah dan anak ini, namun tidak berani karena baru saja mereka merasakan aura anak ini, bisa saja dia marah dan memusnahkan mereka bertiga dengan menjentikan jari saja.

"Darma, mereka adalah anggota sekte Morang, yang kamu panggil kakek itu adalah tetua Moran, ini adalah saudaranya Liona, Ririn dan Oskar", jaga sikapmu, jangan tidak sopan dengan mereka.

"maaf ya tetua saya sudah panggil kakek"

"ha ha ha ha, anak baik, aku tidak masalah kamu panggil kakek kalo itu membuatmu nyaman, lagin punya cucu sepertimu juga tidak jelek kan? ha ha ha ha" ucap tetua moran dengan exspresi bahagia, siap yang tidak mau punya cucu kuat dan jenius seperti itu, selain itu ayahnya mungkin memilki hubungan special dengan Liona yang merupakan keponakannya.

"terimakasih kakek" ucap Darma sambil membungkuk.

"Bibimu lagi membersihkan diri, kamu pergilah bersihkan dirimu dulu nanti setelah kamu kembali maakan ini sudah akan siap, sama tolong bantu ayah, membunuh beberapa nyamuk yang berkeliaran di hutan ini" iman menyentuhkan telunjuknya ke dahi Darma sebuah cahaya masuk ke dalam kepalanya.

"ehhh mau mencelakai saudara bibiku ya... he he he" Darma langsung menghilang dari tempatnya.

"apa Rin apa kamu merasakan energinya, cepat sekali"

"aku juga tidak bisa melihat pergerakannya, dan juga bukannya pintu goa ini di pasangi aray sama tuan itu"

"tetua..." oskar hendak bertanya, namun di potong oleh tetua Moran.

"jangan banyak tanya aku juga tidak bisa mendeteksi gerkannya, mungjin dia memakai item khusus, melihat ayahnya memiliki banyak item tingkat tinggi"

beberapa menit berlalu, masakan sudah terhidang di atas meja, Liona keluar dari ruang ganti dan langsung duduk di kursi meja makan, karean kini beban bajunya adalah lima ton, kursi itu langsung hancur karena tidak bisa menahan berat beban Liona.

"ahhh, maaf aku lupa" kata iman, melambaikan tangannya, beban di tubuh Liona langsung menghilang di barengi dengan kursi yang hancur itu kembali seperti semula, tetua Moran dan dua pemuda itu lagi terkejut melihat hal ini, dan bergumam, "element, itu pengendalian elemen dan teknik penciptaan, siapa Iman ini sebenarnya" gumaman ini di dengar oleh Liona, "tetua, kak iman sudah menyelamatkanku berkali kali, dia juga melatihku saat ini, tadi aku sedang menahan beban lima ton makanya kursi itu jadi hancur, selain itu beberapa tahun ini aku bertarung dengan binatang roh dan sepiritual dengan hanya kekuatan fisiku saja di duni dimensi yang diciptakan Kak darma"

"beberapa tahun?, bukankah kamu baru meninggalkan sekte selama beberapa bulan Kak, kenapa bisa beberapa tahun, mungkinakah kamu salah hitung"

"tidak aku tidak mungkin salah hitung, aku memeng bertarung selama beberapa tahun dengan kekuatan fisik sja"

"jangan ribut di meja makan, silahakan lanjutkan cerita kalian setelah makan"

"ehh kak Iman kenapa Darma tidak ada" tanya Liona yang sudah merasa dekat dengannya selam berada di dunia pagoda surga.

"sebentar lagi dia akan datang" ucap iman sambil mengambil nasi dan menaruhnya di piring.

"kenapa ayah tidak menungguku untuk makan"

"kamu terlalu lambat, memebunuh nyamuk segitu saja"

"enmm itu, maaf ayah, mereka semua berada di kaisar dewa tingkat tinggi, bahkan ada yang setengah imortal, sepertinya baru menerobos, ini harta jarahannya" Darma menyerahkan cincin penyimpanan ke ayahnya.

"hmmm harta yang banyak ya"

"lumayan ayah, ada lima tingkat setengah imortal, lima puluh kaisar dewa tingkat tinggi dan seratus kaisar nirwana tingkat tinggi"

"dengan waktu yang sudah kamu habiskan mengatasi nyamuk kecil itu, sepertinya ayah harus meningkatkan latihanmu lagi"

"ayah, aku sudah bertahun tahun di pagoda surga, aku pengen jalan jalan di luar"

"dengan kekuatan baru kamu bisa melindungi orang oarng yang berarti buatmu, di dunia ini, rambut dan kulit musngkin warnanya sama namun pemikiran dan ketamakan mereka bisa membuatnya saling bunuh tidak peduli sudara, teman ataupun keluarga, sebelum kamu bisa mencapa alam abadi kamu tidak boleh berhenti berlatih"

"baik ayah" Darma tidak berani membantah omongan ayahnya, karena dia tahu Ibunya meninggal karena ketamakan orang orang itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!