Bab 10

“he he he, tuan putri laki laki

yang bersamamu itu hanyalah pecundang, ikutlah dengan kami, kami akan

memberikah kesenangan yang tak terlupakan padamu”

“jaga mulutmu bajingan” Liona

langsung melompat dan mengeluarkan jurusnya, laki laki yang di serang oleh

Liona mengumpulkan kekuatannya untuk mempertahankan diri, namun saudaranya yang

lain tidak bergerak yang membuatnya bingung, melihat orang yang bertopeng putih

itu bingung dan kehilangan konsentrasinya Lioan menyerang dengan kekiatan penuhnya,

laki laki itu ingin mengunakan qinya untuk menghadang serangna liona namun

tidak bisa, sehingga liona berhasil mmendaratkan serangannya di tubuh orang

bertopeng itu.

Iman yang melihat gerakan liona

yang kurang cepat dan tidak bisa membaca gerakan lawan memeberikan arahan lewat

telepati hingga akhirnya dia bisa menyelesaikan pertarungan itu hingga matahari

sudah berada tepat di depan mereka.

Liona berjalan sempoyongan kearah

Iman “aku sudah membunuh mereka semua” ucap liona dan menjatuhkan tubuhnya di

tanah, tenaganya terkuras habis.

Melihat itu iman berjalan

medekatinya, duduk di sebelahnya masih dengan kopi di tangan kanannya dan rokok

di tangan kirinya “gara gara kamu aku sampai menghabiskan setengah bungkus

rokok, lain kali jika ini terjad lagi kamu harus menerima konsekwensinya”

Liona mengertakan giginya menahan

amarah di hatinya “dasar laki laki tidak peka, aku sedang terluka dan kehabisan

tenaga, apa setengah bungkos rokok itu lebih penting … huh” batinnya.

“Darma pergilah mencari kayu bakar

dan makan malam, kita akan bermalam di depan sana” Iman berjalan kearah tempat

pertarungan tadi menjentikan jarinya, api berwarna jingga keemasan keluar dari

ujung jarinya, membesar dan membakar semua orang orang terbunuh tadi, setetes

darah pun tidak tersisa, namun tumbuhan dan yang lainnya tidak ikut terbakar

seakan api itu memiliki kesadarannya sendiri, stelah itu Iman melangkahkan

kakinya dan semuannya kembali seperti semuala seakan di tempat itu tidak pernah

terjadi pertarungan. Setelah itu dia berjalan kea rah Liona, menyentuh bahunya

dan seketika menghilang dari sana.

Cling…

Iman muncul di tempat yang di

tunjuk Iman tadi saat memberitahu Darma, ia mengedarkan kekuatan sepritualnya

dan memeriksa tubuh Liona walaupun tadi dia sudah melakukannya tanpa menyentuh

tubuhnya.

“pondasi tubuh yang sangat lemah,

pantas saja kamu samapai seperti ini hanya melawan cultivator ranah kaisar saja”

dia mengambil sebuah pil dari botol giok dan memasukannya ke mulut Liona, Liona

yang merasa kesal memejamkan matanya dan pura pura tidak sadarkan diri. Iman

menyadari tingkah liona ini sehingga dia bergumam namun bisa di dengar jelas

oleh liona.

“Dia Pingsan ya, baiklah obat ini

akan aki cairkan dulu di mulutku baru aku akan alirkan ke mulutnya dengan

mulutku”

Liona yang mendengarkan gumamannya

itu langsung bangun dn pura pura baru sadar “ahhh dimana akua pa yang akan kamu

lakukan?”

“ehhh, aku piker kamu pingsan,

baru aku mau… uhm, lupakan saja…, cepat minum ini dan pulihkan tenagamu” iman

berjalan menuju area yang sedikit agak lapang, melamabaikan tangannya, tanah di

depannya mulai meninggi dan membentuk sebuah rumah yang sangat mungil, kemudin

dia masuk ke dalamnya dan membuat tempat mandi yang nyaman untuk liona,

membauatkan bak mandi yang besar dan mengisinya dengan ir serta bahan obat,

setelah semuanya selesai dilakukanya dia kembali ke temapt Liona yang sedang

memulihkan tenaganya.

Darma keluar dari ssis hutan yang

lain dan menggendong badak api di bahunya “ayah kita beruntung hari ini, bisa

makan daging daka cula api”

“baiklah, trus kayu bakarnya mana?”

“ehhh, maaf ayah aku lupa,

bukannya ayah tinggal ,elambaikan tangan saja untuk membuat api unggun, kenapa

kita perlu kayu bakar?”

“kamu sudah mulai pintar sekarang

ya?”

“ehe…. Saiap dulu dong ayah……”

belum selesai Darma bicara ayahnya sudah menjitak kepalanya.

“aduk, ya aku salah… jangan jitak ;agi

nanti gantengku turun satu persen” setelah bilang itu Darm alangsung menghilang

untuk mencari kayu bakar.

Iman berjalan  kearah tubuh Badak cula api melamnaikan tanganya

untuk membersikan dagingnya dan membakar semua yang tidak dia butuhkan.

Beberapa menit kemudian, Darma

datang membawa kayu bakar menumpuknya dan membuat api unggun untuk membakar

daging, mereka langsung mamanggang daging itu dengan di isi bumbu yang dia

dapat di hutan kematian.

Beberapa menit berlalu, aroma

daging bakar tercium ke mana mana, Liona yang tenaganya sudah pulih tujuh puluh

persen, tidak bisa tidak membuka matanya dan berjalan menuju Iman.

“aku juga mau dong!” ucap Liona

“wah bibi pulih dengan cepat ya,

ini untuk Bibi” darma menyerahkan daging yang sudah matang pada liona.

Liona melirik Iman yang sedang

makan daging sambil melanjutkan membakar daging, berharap diakan tersenyum

namun apa yang di harapkannya tidak kunjung terjadi.

Selesai makan Iman berjalan menuju

Liona “mulai sekarang kamu akan memakai ini, ganti pakaianmu disana,

berendamlah malam ini di bak yang sudah aku siapakn samapai kasiat obat itu

habis kamu tidak boleh keluar dari bak mandi, Paham?”

“baiklah aku paham” Liona berdiri

dan berjalan menuju rumah yang sudah disiapkan Iman, ruangan di dalam rumaha

itu memiliki perbedaan waktu serratus kali lipat lebih cepat waktu di dunia

nyata dan bahu yang di berikan Iman apada liona adalah baju pelatihan, baju itu

bisa di atus beratnya dam tidak akan bsia di lepas tanpa ijin dari iman namun

hal itu tidak di ketahui oleh Liona.

Beberapa menit kemudia terdengar

suara ernagan dan teriakan dari dalam rumah, Iman menyebarkan kekuatan

sepritualnya dan membuat aray formasi agar suaranya tidak terdengar keluar “jaga

agar kamu tetap selalu sadar diri” ucap iman di telinga Liona.

Tidak terasa malam sudah mulai mau

habis, matahari sudah meulai menampakan dirinya walaupun baru sedikit, teriakan

Liona pun sudah tidak terdengar, semalaman Iman berjaga penuh untuk mengawasi

Liona dengan kekuatan sepiritualnya, sehingga Liona tidak tahu jika Iman selalu

menjaganya.

Liona membuka pintu rumah itu dan

berjalan menuju Iman “selamat pagi Kak Iman?”

“Pagi Bibi, kenapa dengan wajah

bibi mmerah seperti itu, apa Bibi sakit?” Darma yang melihat liona langsung

mengeluarkan komantarnya.

“aahhh .. Bibi tidak apa apa!”

ucap Lioan samabil memalingkan wajahnya takut terlihat oleh Iman, namun tanpa

dia sadari Iman merasakan sedikit kehangatan di hatinya saat Liona memanggilnya

kakak.

Iman melambaikan tangannya ujung

jari tangan yang lainnya menggambar sesuatu di udara kosong, sekatika baju yang

di pakai Lioan menjadi berat, liona merasa terj=ekjut dan ingin melepaskan baju

itu tidak bisa.

“mulai sekarang kamu akan berlatih

dengan baju itu, beratnya sekarang adalah dua rastu kilogram, ssat kamu sudah

terbiasa dengan berat ini aku akan menambha beratnya, dan baju ini tidak bisa

di lepas tanpa seijinku”

Iman melangkah dan melambaikan

tangannya ke arah rumah yang di pakai liona tadi malam, tiba tiba rumah itu

kembali menjadi tanah datar dan sekan tidak pernah ada rumah disana, selain itu

bekas api unggun yang di pakai iman untuk memanggang ikan juga menghilang sekan

tidak terjadi apa apa.

“ayokita lanjutkan perjalanan”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!