“he he he, tuan putri laki laki
yang bersamamu itu hanyalah pecundang, ikutlah dengan kami, kami akan
memberikah kesenangan yang tak terlupakan padamu”
“jaga mulutmu bajingan” Liona
langsung melompat dan mengeluarkan jurusnya, laki laki yang di serang oleh
Liona mengumpulkan kekuatannya untuk mempertahankan diri, namun saudaranya yang
lain tidak bergerak yang membuatnya bingung, melihat orang yang bertopeng putih
itu bingung dan kehilangan konsentrasinya Lioan menyerang dengan kekiatan penuhnya,
laki laki itu ingin mengunakan qinya untuk menghadang serangna liona namun
tidak bisa, sehingga liona berhasil mmendaratkan serangannya di tubuh orang
bertopeng itu.
Iman yang melihat gerakan liona
yang kurang cepat dan tidak bisa membaca gerakan lawan memeberikan arahan lewat
telepati hingga akhirnya dia bisa menyelesaikan pertarungan itu hingga matahari
sudah berada tepat di depan mereka.
Liona berjalan sempoyongan kearah
Iman “aku sudah membunuh mereka semua” ucap liona dan menjatuhkan tubuhnya di
tanah, tenaganya terkuras habis.
Melihat itu iman berjalan
medekatinya, duduk di sebelahnya masih dengan kopi di tangan kanannya dan rokok
di tangan kirinya “gara gara kamu aku sampai menghabiskan setengah bungkus
rokok, lain kali jika ini terjad lagi kamu harus menerima konsekwensinya”
Liona mengertakan giginya menahan
amarah di hatinya “dasar laki laki tidak peka, aku sedang terluka dan kehabisan
tenaga, apa setengah bungkos rokok itu lebih penting … huh” batinnya.
“Darma pergilah mencari kayu bakar
dan makan malam, kita akan bermalam di depan sana” Iman berjalan kearah tempat
pertarungan tadi menjentikan jarinya, api berwarna jingga keemasan keluar dari
ujung jarinya, membesar dan membakar semua orang orang terbunuh tadi, setetes
darah pun tidak tersisa, namun tumbuhan dan yang lainnya tidak ikut terbakar
seakan api itu memiliki kesadarannya sendiri, stelah itu Iman melangkahkan
kakinya dan semuannya kembali seperti semuala seakan di tempat itu tidak pernah
terjadi pertarungan. Setelah itu dia berjalan kea rah Liona, menyentuh bahunya
dan seketika menghilang dari sana.
Cling…
Iman muncul di tempat yang di
tunjuk Iman tadi saat memberitahu Darma, ia mengedarkan kekuatan sepritualnya
dan memeriksa tubuh Liona walaupun tadi dia sudah melakukannya tanpa menyentuh
tubuhnya.
“pondasi tubuh yang sangat lemah,
pantas saja kamu samapai seperti ini hanya melawan cultivator ranah kaisar saja”
dia mengambil sebuah pil dari botol giok dan memasukannya ke mulut Liona, Liona
yang merasa kesal memejamkan matanya dan pura pura tidak sadarkan diri. Iman
menyadari tingkah liona ini sehingga dia bergumam namun bisa di dengar jelas
oleh liona.
“Dia Pingsan ya, baiklah obat ini
akan aki cairkan dulu di mulutku baru aku akan alirkan ke mulutnya dengan
mulutku”
Liona yang mendengarkan gumamannya
itu langsung bangun dn pura pura baru sadar “ahhh dimana akua pa yang akan kamu
lakukan?”
“ehhh, aku piker kamu pingsan,
baru aku mau… uhm, lupakan saja…, cepat minum ini dan pulihkan tenagamu” iman
berjalan menuju area yang sedikit agak lapang, melamabaikan tangannya, tanah di
depannya mulai meninggi dan membentuk sebuah rumah yang sangat mungil, kemudin
dia masuk ke dalamnya dan membuat tempat mandi yang nyaman untuk liona,
membauatkan bak mandi yang besar dan mengisinya dengan ir serta bahan obat,
setelah semuanya selesai dilakukanya dia kembali ke temapt Liona yang sedang
memulihkan tenaganya.
Darma keluar dari ssis hutan yang
lain dan menggendong badak api di bahunya “ayah kita beruntung hari ini, bisa
makan daging daka cula api”
“baiklah, trus kayu bakarnya mana?”
“ehhh, maaf ayah aku lupa,
bukannya ayah tinggal ,elambaikan tangan saja untuk membuat api unggun, kenapa
kita perlu kayu bakar?”
“kamu sudah mulai pintar sekarang
ya?”
“ehe…. Saiap dulu dong ayah……”
belum selesai Darma bicara ayahnya sudah menjitak kepalanya.
“aduk, ya aku salah… jangan jitak ;agi
nanti gantengku turun satu persen” setelah bilang itu Darm alangsung menghilang
untuk mencari kayu bakar.
Iman berjalan kearah tubuh Badak cula api melamnaikan tanganya
untuk membersikan dagingnya dan membakar semua yang tidak dia butuhkan.
Beberapa menit kemudian, Darma
datang membawa kayu bakar menumpuknya dan membuat api unggun untuk membakar
daging, mereka langsung mamanggang daging itu dengan di isi bumbu yang dia
dapat di hutan kematian.
Beberapa menit berlalu, aroma
daging bakar tercium ke mana mana, Liona yang tenaganya sudah pulih tujuh puluh
persen, tidak bisa tidak membuka matanya dan berjalan menuju Iman.
“aku juga mau dong!” ucap Liona
“wah bibi pulih dengan cepat ya,
ini untuk Bibi” darma menyerahkan daging yang sudah matang pada liona.
Liona melirik Iman yang sedang
makan daging sambil melanjutkan membakar daging, berharap diakan tersenyum
namun apa yang di harapkannya tidak kunjung terjadi.
Selesai makan Iman berjalan menuju
Liona “mulai sekarang kamu akan memakai ini, ganti pakaianmu disana,
berendamlah malam ini di bak yang sudah aku siapakn samapai kasiat obat itu
habis kamu tidak boleh keluar dari bak mandi, Paham?”
“baiklah aku paham” Liona berdiri
dan berjalan menuju rumah yang sudah disiapkan Iman, ruangan di dalam rumaha
itu memiliki perbedaan waktu serratus kali lipat lebih cepat waktu di dunia
nyata dan bahu yang di berikan Iman apada liona adalah baju pelatihan, baju itu
bisa di atus beratnya dam tidak akan bsia di lepas tanpa ijin dari iman namun
hal itu tidak di ketahui oleh Liona.
Beberapa menit kemudia terdengar
suara ernagan dan teriakan dari dalam rumah, Iman menyebarkan kekuatan
sepritualnya dan membuat aray formasi agar suaranya tidak terdengar keluar “jaga
agar kamu tetap selalu sadar diri” ucap iman di telinga Liona.
Tidak terasa malam sudah mulai mau
habis, matahari sudah meulai menampakan dirinya walaupun baru sedikit, teriakan
Liona pun sudah tidak terdengar, semalaman Iman berjaga penuh untuk mengawasi
Liona dengan kekuatan sepiritualnya, sehingga Liona tidak tahu jika Iman selalu
menjaganya.
Liona membuka pintu rumah itu dan
berjalan menuju Iman “selamat pagi Kak Iman?”
“Pagi Bibi, kenapa dengan wajah
bibi mmerah seperti itu, apa Bibi sakit?” Darma yang melihat liona langsung
mengeluarkan komantarnya.
“aahhh .. Bibi tidak apa apa!”
ucap Lioan samabil memalingkan wajahnya takut terlihat oleh Iman, namun tanpa
dia sadari Iman merasakan sedikit kehangatan di hatinya saat Liona memanggilnya
kakak.
Iman melambaikan tangannya ujung
jari tangan yang lainnya menggambar sesuatu di udara kosong, sekatika baju yang
di pakai Lioan menjadi berat, liona merasa terj=ekjut dan ingin melepaskan baju
itu tidak bisa.
“mulai sekarang kamu akan berlatih
dengan baju itu, beratnya sekarang adalah dua rastu kilogram, ssat kamu sudah
terbiasa dengan berat ini aku akan menambha beratnya, dan baju ini tidak bisa
di lepas tanpa seijinku”
Iman melangkah dan melambaikan
tangannya ke arah rumah yang di pakai liona tadi malam, tiba tiba rumah itu
kembali menjadi tanah datar dan sekan tidak pernah ada rumah disana, selain itu
bekas api unggun yang di pakai iman untuk memanggang ikan juga menghilang sekan
tidak terjadi apa apa.
“ayokita lanjutkan perjalanan”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments