Bab 5

mereka melihat Dharma seperti

melihat hantu, apalagi mendengar jika di terlambat kembali karena di ganggu

oleh serigala itu.

Di sisi lain, serigala itu

menangis darah dalam hatinya, kenapa selalu dia yang dijadikan alas an sama

Dharama.

“bantu anbu membersihakan daging

biara ayah yang membuat api, setelah daging bersih, berikan sebagaian kepada

rombongan itu” darma menunjuk kea rang rombongan tuan putri.

“oh ya, berikan juga obat ini

untuk tetuanya”  Iman mengeluarkan botol

keramik kecil yang digunakan untuk menyimpan pil agar khasiatnya tidak pudar.

Beberapa menit pun berlalu, api

unggun sudah siapa, darma dan Anbu pun sudah kembali dan membawa daging yang

bersih, sesuai perintah ayahnya, daging itu di bagi dan Sebagian besar di

berikan ke pada rombongan tuan putri.

“paman pengawal, ini ada sedikit

daging kijang untuk kalian dan ini untuk tetua kalian”

Setelah menyerahkan daging, Darma

langsung meninggalkan tenda sang putri, dia tidak mau terlamabat untuk makan

atau semua daging di habiskan oleh ayahnya seperti biasanya.

“ini bagianmu” uap Iman ambil

memberikan sepotong daging ke pada Darma.

“terimakasih ayah” Darma duduk di

samaping Anbu dan langsung memakan dagingnya.

“Darma, biarakn serigala itu

pergi, mereka perlu hidup bebas, walaupun akamu meilki kekuatan namun jangan

gunakan untuk menindas, gunakan lah untuk melindungi dan hiduplah welas asih, bunuhlah

yang pantas di bunuh dan lindungilah yang pantas dilindungi ” ucap Iman tanpa

membuka matanya yang setelah makan langsung meditasi.

“baik ayah, aku akan melepaskan

mereka”

“raja serigala, kamu bebas

sekarang, pergilah…!” ucapa Darma dengan suara yang di balut dengan qi,

sehingga sekecil papaun suaranya akan terdengar jelas bagi yang di tuju.

“terimakasih atas kebaikan Tuan

Muda dan Tuan Besar” setelah mengucapkan terimakasih mereka segera pergi seakan

takut Darma akan berubah pikiran.

Malam itu mereka bertiga meditasi

di atas batu, tanpa terasa pagi pun sudah menjelang dan mereka bersiap

melanjutkan perjalanan mereka ke kota otawa, tanpa menghiraukan rombongan sang

putri merek melanjutkan perjalanan, namun Ketika mereka melewati rombongan sang

putri, sebuah suara terdengar dari daalam tenda.

“tuan, maafkan saya menganggu

perjalanan kalian, kami sudah bersalah terhadap tuan, izinkan kami mengantar  kalian dengan kereta” suara itu adalah suara

sang putri.

“wah, ayah ada Wanita cantik yang

mau nganter kita!” ucapa Darma yang tidak mengetahui jika tetua sanga putri hamper

terbunuh oleh ayahnya.

“tambah hukuman 3 hari berada di

pagoda surga” ucap Iman sambil menatap tajam anaknya.

“ayah? Apa salahku?” Darma melihat

kea rah ayahnya dengan heran.

“tuan muda, lebih baik diam dulu,

nantu aku akan ceritakan semuanya” ucap Anbu dengan telepati.

Mendengar itu Darma langsung

terdiam, dia tidak mau menambah hukuman dari ayahnya, dia harus bertarung 3

hari beberapa jam dalam pagoda surga jika di dunia nyata, sedangkan waktu di

pagoda adlah seribu kali lebih cepat, jadi dia harus menghabiskan tiga ribu

hari lebih di dalam pagoda dan melawan binatang buas yang tidak ada habisnya,

namun dia tidak tahu jika Iman sudah mengatur waktu istirahat anakanya sehingga

jika anaknya sudah meulai kelelahan, binatang buas itu tidk akan menyerangnya

lagi.

“terimakasih atas kebaikan tuan

putri, kami akan jalan duluan”

Iman berjalan melewati mereka

diikuti oleh Darma dan Anbu, bukan Iman merasa sungkan dengan dengan sang putri

karena di merasakan aura membunuh yang samar terpancar dari dalam tenda itu,

Iman tidak mau repot dan di ganggu dalam menikmati perjalanannya.

Perjalanan Iman dan yang lainnya

berjalan lancer, sampai akhirnya mereka sudah hampir keluar dari hutan, di

mencium bau darah sehingga mengedarkan aura sepritualnya untuk memeriksa ke

adaan di depannya, di melihat sanga putri sedang di hadang oleh beberapa orang

berbaju hitam namun dan yang memimpin dalah tetua yang hampir dia bunuh

sebelumnya, Iman melanjutkan perjalanannya tanpa memebritahu anaknya, dia ingin

anaknya bisa belajar bahwa ketamakan manusia tidak akan memandang apapun.

“ayah aku mendengar ada

perkelahian di depan, ayo kita lihat !” ucap Darma sambila melihat ayahnya.

“baiklah, gunkanlah ini, jangan

mengekspose diri kalian, ayah tidak mau repot dengan urusan orang lain apalagi

urusan kekaisaran” Iman memberikan mereka topeng dewa yang bisa merubah wajah dan

penampilan mereka.

Setelah memakainya Darma dan Anbu

melesan dan menghilang kearah terdengarnya petarungan,  Iman juga menghilang setelah memakai topeng.

Di tempat lain, sang putri sedang

di kelilingi oleh pengawalnya yang sudah memiliki banyak luka bahkan beberapa

dari mereka mengalami luka parah.

“liona, aku berterimakasih pada

bajingan yang kita temui kemarin karna masih membiarkan aku hidup bahkan

memberikan oabat penyembuh yang sangat efektif, setelah meminumnya smua luka

dalamku sembuh total, sehingga rencanaku bisa berjalan lancer…. Ha ha ha ha ha”

“Paman, apa yang kamu inginkan?”

“ha ha ha ha, tentu saja kekuasaan,

kekaisaran Edgar akan sangat mengahargai kerja kerasku jika bisa membawamu kepadanya,

ha ha ha ha ha”

“apa imbalan yang dia berikan

ayahku pasti bisa memberikan yang lebih baik”

“ha ha ha, apakah ayahmu bisa

memberikan tahtanya padauk?, ha ha ha ha, ikutlah dengan kami maka aku akan

mebiarkan para pengwalmu hidup”

“baiklah, aku akan mengikutimu, biarkan

mereka pergi”

“tuan Putri, kami akan

mempertaruhkan nyawa kami asalkan tuan putri bisa selamat, jangan ikuti keinginannya”

“Diam, ini perintah, tinggalkan

tempat ini secepatnya”

Liona berjalan keluar dari

perlindungan pengawalnya dan berjalan menuju tetua itu, namun belum jauh di

berjalan semua pengawalny sudah di penggal oleh laki laki berbaju hitam bawahan

tetua itu.

“Tidak, Bajingan kamu Dion…!!!,

ayahku tidak akan mengejarmu samapi ke ujung dunia dan membunuhmu”

“ha ha ha ha, itu jika dia tahu,

bagaimana jika aku bisa kembali dengan terluka dan bertemu dengan dua pemuda

kuat dan satu anak kecil yang menculikmu…. Ha ha ha ha ha”

“kamu bajingan…!”

“ha ha ha ha ha ha, tangkap dia!”

Namun sebelum bawahan tetua Dion

menangkap liona mereka terpental dan langsung tewas, lubang kecil terbentuk di

dahinya dan mengeluarkan darah, laki laki yang berbaju hitam lainnya jadi

waspada, begitu juga dengan Dion.

“Siapa…! Jangan jadi pengecut,

tunjukan dirimu”

Bugh…

Laki laki berbaju hitam yang

berbicara tadi langsung mati dengan lubang di dahinya, ini membuat mereka lebih

waspada dan taut untuk bicara lagi.

Bugh…

Bugh..

Bugh…

Semua laki laki berbaju hitam itu

mati dengan luka yang sama yaitu berlubang di dahinya, melihat ini Dion

merasakan ketakutan dan merasakan yang membunuh anak buahnya bukanlah lawannya

dan bersiap untuk kabur, namun sebelum bisa kabur sebuah biji kacang menembus kedua

kakinya.

“aku selalu diajarkan dan ijinkan

untuk membunuh yang pantas untuk di bunuh” Darma keluar dari kehampaan.

“Senior maafkan saya, saya tidak

ingin menyinggung senior, saya akan pergi dari sini dan tidak akan mengganggu

tuan putri dan senior lagi, saya … saya akan keluar dari kekaisaran ini”

“kami kira aku anak kecil, kamu

bahkan mampu mengkambinghitamkan orang yang bahkan tidak ada hubungannya dengan

kalian” Darma terus melangkah mendekati Dion.

“emang kamu anak kecil kan” batin Anbu

dan Iman yang hampir bersamaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!