Dua Minggu telah berlalu tetapi Mahen belum juga kembali. Anna menanti dalam kegelisahan yang tidak berkesudahan. Apa artinya ia tinggal di rumah sebesar itu dengan semua penjagaan dan fasilitas tetapi sosok yang ia butuhkan tidak lagi memberi sedikit saja kabar.
Bisnis yang coba ia kembangkan hampir saja gagal jika tidak ada Laura yang mengurusnya. Dua hari yang lalu toko parfum milik Anna resmi dibuka, hanya saja berhubung pemiliknya sedang tidak bisa fokus alhasil Laura yang menanganinya. Anna meminta maaf pada Laura dan Zoya karena ia tidak bisa mengurus toko, dan karena Laura begitu bisa diandalkan, Anna menunjuknya menjadi asisten pribadinya.
"Nona, Anda kenapa?" tanya Laura, ia memperhatikan raut wajah Anna yang terus saja berubah-ubah.
"Aku merindukan dia, Laura. Apakah dia telah membuangku? Mengapa dia memenjarakan aku di sini lantas di luar sana dia mencampakkan aku?" keluh Anna.
Laura sedikit bingung tetapi ia sudah mendengar jika kekasih Anna yang tidak lain adalah pemilik rumah ini memang belum pulang dan tidak ada kabar tentang dirinya.
"Nona harus berpikir positif, berdoalah semoga Tuan selalu baik-baik saja. Mungkin ada kendala yang membuatnya tidak bisa menghubungi Anda," hibur Laura.
Anna mengerucutkan bibirnya. "Masalahnya tidak sesederhana ini, Laura. Aku dan dia memiliki hubungan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, aku bahkan kadang meragu dengan hubungan kami. Percayalah, aku bahkan merasa suatu saat nanti, cepat atau lambat dia pasti akan membuangku," ucap Anna, ia belum pernah bercerita seperti ini pada orang lain. Bersama Laura rasanya ia ingin mengeluarkan segala apa yang ia rasakan.
"Mengapa Nona berpikiran seperti itu? Dari yang saya dengar, Tuan begitu menyayangi Nona. Jangan terus berpikiran negatif karena buah dari pikiran itu sering kali terasa pahit," ucap Laura berusaha menenangkan.
Anna menggeleng. "Aku sering bermimpi dia menikah dengan wanita lain dan aku hanya bisa menatapnya sambil menangis. Aku tidak bisa mengabaikan mimpi-mimpi itu sebab bagiku itu bukan hanya sekadar bunga tidur, Laura."
'Dan aku sering bermimpi memarahi seorang lelaki yang entah siapa, Nona. Aku juga awalnya mengira semua itu hanya bunga tidur tetapi dengan seintens mimpi itu hadir dalam tidurku, aku rasa semua itu tidaklah sesederhana kata mimpi,' gumam Laura dalam hati.
****
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Anna bersiap untuk pulang sedangkan Laura dan Zoya masih berada di toko untuk mengecek persediaan dan laporan. Kedua wanita itu sangat bersemangat karena pekerjaan mereka cukup ringan namun penghasilannya sangat besar. Belum lagi dengan pelanggan yang datang silih berganti, mereka yang hanya pekerja saja sudah merasa begitu bahagia.
Langkah Anna gontai memasuki kamarnya, ia sebenarnya malas berada di kamar ini. Ia ingin seperti Laura dan Zoya, bisa tidur sekamar dan memiliki teman untuk mengobrol. Berbeda dengan kamar sebesar ini, hanya ada ia sendiri memeluk hampa berselimut sunyi.
Keadaan kamar saat Anna membuka pintu memang sangat gelap. Ia tidak peduli tetapi hampir saja ia terkena serangan jantung saat tangan kekar melingkar di pingangnya. Ia hendak teriak tetapi aroma dari orang itu langsung membuat senyuman Anna melebar.
Akhirnya dia kembali.
"Maaf," lirih Mahen. Ia mengecup puncak kepala Anna.
Mata Anna berkaca-kaca, rasanya ingin menangis tetapi ia yang masih marah pada Mahen pun berusaha bersikap tegas.
"Aku pikir kamu tidak ingat pulang dan sudah melupakan aku. Apakah kamu telah menikah dengan wanita lain di luar sana?"
Mahen tersenyum geli. Baginya ucapan Anna sangat menggemaskan, ia kembali mengeratkan pelukannya. "Maaf, apakah kamu merindukanku? Aku sangat merindukanmu. Aku tidak bisa menghubungimu karena aku berada di tempat yang tidak bisa mendapatkan sinyal. Apakah Jack sudah mengatakannya padamu?"
Anna mengangguk.
Mahen tersenyum tipis, ia tidak bisa mengatakan tentang ia yang koma di rumah sakit selama beberapa hari. Anna tidak boleh khawatir berlebihan padanya, Anna pun tidak boleh tahu tentang pekerjaannya selain psikiater dan juga pengusaha di bidang kuliner.
"Apakah tidak ingin berbalik dan membalas pelukanku?" tanya Mahen, dengan cepat Anna berbalik badan dan memeluk erat tubu Mahen.
"Aku merindukanmu, tidak ada kata yang bisa aku gunakan untuk mengibarkan rindu ini," bisik lirih Anna.
Setelah puas berpelukan, Mahen meminta Anna untuk membersihkan diri. Ia akan mengajak kekasihnya itu jalan-jalan berdua, ia ingin menghabiskan waktu bersama Anna sebab beberapa hari lagi ia akan pergi ke Singapura.
Mahen memutuskan untuk turun menemui Theo, ia merasa lapar. Terburu-buru ingin menemui Anna ia tidak sempat makan di rumah Ayah angkatnya.
"Theo buatkan aku makanan —" ucapan Mahen terhenti saat ia melihat seseorang yang keluar dari kamar yang berada di samping kamar Theo.
Laura sama kagetnya, ia tidak menyangka pria yang ingin ia hindari seumur hidupnya berada di sini. Hatinya menjerit, mengapa pria yang tidak kunjung pergi dari pikirannya ini justru berdiri kokoh di hadapannya? Bagaimana bisa ada di rumah ini? Laura menundukkan pandangannya, sebenarnya ia ingin menyapa tetapi ia ingat betul jika lelaki yang berhasil membeli keperawanannya ini menginginkan mereka untuk saling melupakan.
Mahen sendiri terpaku di tempat ia berdiri. Tidak menyangka akan bertemu dengan wanita yang ingin ia hindari sebab wanita ini adalah wanita terkahir yang ia tiduri selama ia bersama Anna.
Theo yang berada di samping Mahen meresa heran dan mengikuti arah pandang Mahen. "Oh, dia pekerja baru di rumah ini, Tuan. Sekarang dia adalah asisten Nona Anna," ucap Theo memperkenalkan.
What a coincidence!
Mahen mengangguk kemudian ia menatap Laura sekali lagi sebelum meninggalkan kamar khusus pelayan. Tak lupa Theo mengikut di belakangnya untuk membuatkan makanan.
Kaki Laura rasanya begitu lemas. Ia terduduk di lantai saat mengingat Theo memanggil Mahen dengan sebutan 'Tuan'. Jadi selama ini Tuan yang dimaksud itu adalah lelaki yang coba ia hindari.
How come?
Bagaimana bisa ini terjadi? Dia yang ingin lari dari kenyataan justru masuk ke dalam ruangan yang berisi fakta. Sekarang, bagaimana caranya menjelaskan pada Mahen jika ia tidak bermaksud mengikuti lelaki itu?
"A-apakah aku harus berlari lagi? Tetapi aku lelah bersembunyi. Aku membutuhkan pekerjaan sedangkan semua selalu saja terhubung dengan dua pria yang ingin aku hindari," gumam Laura.
Wanita itu memilih masuk ke kamar dan mengistirahatkan diri. Ia mungkin akan melewatkan makan malam, tiba-tiba saja keinginannya untuk membantu koki menguap begitu saja. Laura lelah menghadapi kenyataan.
Di meja makan Mahen hanya mengaduk-aduk makanan yang disiapkan Theo. Entah pergi ke mana rasa lapar yang tadi mengacau di perutnya. Apakah dengan melihat wajah wanita yang ingin ia hindari itu seluruh cacing di perutnya mendadak kenyang? Mungkin saja para cacing tahu jika harga beras sedang tidak baik-baik saja.
"Aku harus menjauhkannya dari Anna," gumam Mahen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sri Siyamsih
kl jodoh y ktmu lg mahen meskipun kmu hindari. lanjut tho 💪
2024-03-21
0