Dengan telaten Mahen membantu Anna, menyuapinya makan dan memberikan obat yang tadi diresepkan oleh dokter. Anna yang memiliki kebencian pada Mahen perlahan-lahan mulai menaruh rasa suka padanya. Bagaimana tidak, ia diratukan di rumah ini oleh seorang pria tampan dan mapan. Siapa yang tidak akan goyah meskipun rasa benci itu tetap ada.
Di balik semua itu terselip tanda tanya besar dalam benak Anna, apakah benar dia adalah orang yang dicari Mahen? Jika benar, betapa senangnya mendapatkan Kakak sekaligus calon suami seperti pria ini. Tetapi, bagaimana jika Mahen salah orang padanya, ia tentu akan kehilangan semua ini dan dihempaskan dari kehidupan Mahen.
'Aku harus menjaga hatiku jika tidak ingin sakit dikemudian hari. Aku tidak boleh jatuh cinta padanya sampai aku yakin aku akan bersama dengannya seumur hidup!' tekad Anna dalam hati.
Anna yang terus melamun rupanya diperhatikan oleh Mahen. Ia bingung tetapi sesekali tersenyum kecil melihat raut wajah Anna yang berubah-ubah. Persis sekali seperti Namira saat kecil dulu, hanya saja yang ini jauh lebih galak sedangkan Namira sebelum mengetahui kebenaran di keluarganya gadis kecil itu sangat cerewet dan tidak bisa diam.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, hm?" tanya Mahen, bubur di mangkuk itu telah habis, ia meletakkannya di atas nakas.
"Ah itu, aku memikirkan tentang aku dan kamu. Aku tidak merasa mengenalmu. Aku juga tidak ingin diberi perhatian lebih olehmu, karena jika suatu saat nanti aku jatuh cinta padamu lantas kamu menemukan fakta bahwa bukan aku orang yang kamu cari maka, aku yang paling terluka. Mengapa kamu begitu yakin denganku sedangkan aku sangat tidak yakin padamu?"
Mahen tertawa hingga air matanya keluar. Ia baru berhenti saat melihat sorot mata Anna yang kesal padanya.
"Maaf, aku merasa kamu begitu lucu, Anna. Orang-orangku sudah menyelidiki tentang kamu, kamu bukan asli keturunan keluarga Gilbert, mereka mengadopsimu sembilan tahun yang lalu. Lagi pula kamu memiliki kunci yang langsung membuatku yakin jika kamu adalah Namira. Jangan dipikirkan lagi, beristirahatlah karena tubuhmu belum pulih benar. Jika butuh sesuatu segera panggil Theo," ucap Mahen kemudian ia mengusap lembut puncak kepala Anna lalu ia keluar dari kamar itu.
Anna melihat pintu yang telah ditutup oleh Mahen lalu ia memegang dadanya. Debaran aneh itu datang lagi, ia menyukai Mahen tetapi otaknya melarang keras. Terluka adalah hadiah yang akan ia dapatkan jika suatu saat nanti kebenaran tidak berpihak padanya.
"Kunci apa yang dia maksud? Mengapa dia begitu manis dan mampu membuatku meleleh? Oh Tuhan, jangan sampai aku jatuh cinta padanya," gumam Anna, ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menutup sebagian dengan selimut.
****
Zoya begitu gugup saat akan berhadapan dengan koordinator tempat di mana Laura bekerja. Setelah club malam milik Tom hancur dan bosnya itu meninggal dunia, Zoya tidak lagi memiliki pekerjaan. Kebetulan di tempat Laura bekerja yaitu di hotel sedang membutuhkan satu karyawan lagi. Teman satu shift Laura berhenti, jadilah Laura mengajak Zoya untuk bekerja.
"Jangan tegang, Nyonya Dom sangat baik hati, dia pasti akan menerima kamu bekerja di sini," ucap Laura menenangkan.
"Aku tidak memiliki pengalaman di bagian room service, aku biasanya yang diservis di dalam kamar," bisik Zoya kemudian ia terkekeh.
Laura memutar bola matanya jengah, sebenarnya ia juga merasa lega karena club itu hancur agar Zoya berhenti dari pekerjaannya, hanya saja penghasilan bekerja di sini memang lebih sedikit itu pun diterima setiap bulannya, bukan setiap hari seperti pekerjaan Zoya dahulu.
Sesampainya di ruangan Nyonya Dom, Laura memperkenalkan Zoya. Beberapa kali mereka terlibat perbincangan kemudian Nyonya Dom menerima Zoya bekerja di sini dan akan berada dalam masa magang.
Hari ini tugas Laura adalah memperkenalkan pekerjaan kepada Zoya. Sahabatnya itu tampak mulai menikmati pekerjaannya, sudah lama ia bertekad meninggalkan pekerjaan kotor itu makanya ia merasa senang apalagi bekerja bersama Laura.
"Laura, apakah di hotel ini tidak ada servis plus-plus?" tanya Zoya iseng.
Wajah Laura langsung terlihat kesal. "Ada, tetapi wanitanya sudah disiapkan. Jangan berpikir untuk kembali lagi ke pekerjaan itu," tegas Laura.
"Aku tidak," sanggah Zoya kemudian ia kembali fokus bekerja.
Begitu banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan hingga tidak terasa waktu bekerja telah usai. Sekarang sudah pukul sembilan malam, shift selanjutnya akan bertukar dengan kelompok Laura. Terlihat mereka sudah datang dan saling menyapa lalu mengisi daftar hadir.
"Aku ke toilet dulu, tunggu sebentar ya," ucap Laura pada Zoya.
Hanya anggukan yang diberikan Zoya sebab ia sudah merasa sangat lelah. Laura pun meninggalkan Zoya yang terlihat mengantuk, sesekali ia tertawa melihat kesungguhan sahabatnya itu.
Sesampainya di toilet, rupanya ada begitu banyak yang menggunakannya. Laura memutuskan untuk pergi ke toilet lainnya. Ia melewati dapur dan menyapa beberapa koki yang sedang bekerja lalu ia permisi meminjam toilet mereka. Saat Laura berada di dalam toilet, tak sengaja ia mendengar percakapan karyawan di bagian dapur.
"Kamu harus memasukkan ini ke dalam minuman Tuan Mahen yang berada di kamar 108. Aku membayar kamu sangat mahal untuk ini, jangan sampai gagal!"
Jantung Laura seakan berhenti berdetak mendengar nama itu disebutkan. Entah itu orang yang sama atau bukan tetapi jelas sekali ia tidak bisa melupakan kebaikan Mahen meskipun ia tahu Mahen tidak mungkin selamat dalam kejadian malam itu.
"Tiga puluh menit lagi dia akan masuk ke kamarnya karena saat ini dia masih meeting di restoran hotel. Kamu datang beberapa menit setelah dia masuk!"
Percakapan berakhir, untuk beberapa menit Laura memilih diam saja karena tidak ingin seseorang mencurigainya ternyata berada di dalam toilet juga. Setelah dirasa aman Laura pun keluar, tujuannya saat ini adalah restoran hotel, ia ingin memastikan seseorang bernama Mahen itu apakah orang yang sama atau bukan.
Langkah Laura sangat cepat, ia juga sangat gugup. Untung saja ia sudah berganti pakaian sehingga tidak akan ada yang mengenalinya sebagai karyawan hotel. Sesampainya di restoran Laura celingak-celinguk mencari sosok yang dimaksud hingga jantungnya hampir melompat keluar saat melihat sosok yang kini tengah serius berbicara dengan beberapa orang.
"Di-dia masih hidup," lirih Laura.
Ada senyum yang tergambar di bibir Laura saat melihat pria itu baik-baik saja. Kini ia berpikir untuk membantu Mahen selamat dari rencana orang itu meskipun ia tidak tahu apa yang sudah dimasukkan ke dalam minuman tersebut. Jika pun itu adalah racun maka Laura siap menukar dengan nyawanya sebab Mahen telah membantu keluarganya, ini saatnya ia membalas budi.
"Aku akan menemui Zoya dan memintanya untuk pulang lebih dulu. Tuan Mahen tidak boleh kenapa-kenapa," gumam Laura kemudian ia kembali ke tempat di mana Zoya menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments